Nyawa Pekerja Migran Melayang dalam Tahanan Imigrasi Malaysia (Bagian Kedua-selesai)

- 18 Desember 2022, 04:30 WIB
Ilustrasi eksploitasi pekerja migran di rumah tahanan Imigrasi
Ilustrasi eksploitasi pekerja migran di rumah tahanan Imigrasi /AM/Freepik/bedneyimages

Para deportan mengaku jika mayoritas tahanan di Depo Tahan Imigrasi-Tawau mengalami keracunan, pada November 2021.  Deportan mengalami sakit perut dan diare. Saat itu belasan tahanan dibawa ke rumah sakit.

Satu orang tahanan asal Indonesia meninggal karena keracunan makanan. Menurut beberapa tahanan yang mengenalnya, dia menderita diare lebih dari satu minggu. Para tahanan menyebut peristiwa keracunan ini sebagai kasus kencing tikus. Ada dugaan jika tempat makanan di dapur depo tahan Tawau kotor, tidak dicuci dan telah dikencingi tikus sebelumnya.

Meski kondisi memilukan tidak ada inspeksi berkala yang dilakukan baik oleh imigrasi maupun otoritas kesehatan di dapur-dapur pusat tahanan imigrasi. Tidak ada tes rutin untuk menguji kelayakan, nutrisi, dan kesehatan dari makanan dan minuman di pusat.

Ironinya, peraturan di Malaysia mewajibkan adanya inspeksi dan tes terhadap makanan yang ada di penjara. Pemberian makan busuk ini adalah bagian dari strategi untuk menimbulkan efek jera, membuat tahanan kapok menjadi migran tidak berdokumen. Penghukuman lewat makanan di pusat tahanan tidak menargetkan individu, melainkan semua tahanan yang mendekam di blok-blok yang penuh sesak.

Penyiksaan demi Penyiksaan

Seorang tahanan berusaha lari dari tempat tahanan namun kemudian upaya melarikan diri itu gagal. Konsekuensinya, almarhum dikeroyok oleh petugas Depo Tahan Imigrasi di hadapan tahanan lainnya. Peristiwa pemukulan itu dengan sengaja dipertontonkan. Sama sekali tidak dilakukan sembunyi-sembunyi.

Menurut kawan sesama tahanan, “almarhum dihantam, ditonjok dadanya, ditendang dan kejamnya dipukuli menggunakan batu merah. Tidak ada petugas yang menghantam bagian paha atau bawah. Mereka hanya mengincar dada dan kepala. Ada juga yang memukul menggunakan pipa besi.”

Meski sesamanya disiksa di depan mata tidak ada satupun tahanan dan keluarga korban yang berani menghentikan penganiayaan tersebut. Mereka takut akan terkena siksaan. Setelah dianiaya dengan kejam, almarhum dengan kondisi penuh darah langsung dijebloskan ke dalam sel isolasi sambil tangannya tetap diborgol.

Pada rumah tahan lain seperti di Depo Tahanan Imigrasi-Tawau dan Depo Tahan Imigrasi Papar, bagi yang ketahuan berkelahi, mereka akan diminta untuk duduk sambil memanjangkan kaki keluar dari teralis blok tahanan. Lalu telapak kaki mereka akan dipukul dengan pipa plastik yang di dalamnya telah ditaruh besi panjang.

Ada yang dipukul sebanyak 10 kali, bahkan lebih. Setelah dipukul telapak kakinya, korbanbiasanya tidak akan bisa berjalan normal selama beberapa hari. Sehingga harus merangkak atau dipapah oleh kawannya jika harus ke toilet.

Halaman:

Editor: Ardy Milik

Sumber: migran berdaulat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x