Nyawa Pekerja Migran Melayang dalam Tahanan Imigrasi Malaysia (Bagian Kedua-selesai)

- 18 Desember 2022, 04:30 WIB
Ilustrasi eksploitasi pekerja migran di rumah tahanan Imigrasi
Ilustrasi eksploitasi pekerja migran di rumah tahanan Imigrasi /AM/Freepik/bedneyimages

Bentuk pengkukuman tidak manusiawi ini berlangsung sepanjang hari. Setiap jam Enam atau Tujuh pagi waktu Malaysia, para tahanan akan diminta untuk berhitung. Ketua blok (merupakan tahanan yang dianggap senior yang kemudian ditunjuk oleh petugas untuk menjadi ketua blok) akan meminta seluruh tahanan untuk berbaris berdiri. Satu baris biasanya terdiri dari Sepuluh orang.

Ketika petugas masuk ke dalam blok, serempak mereka semua akan mengucapkan “Selamat pagi, Cikgu! (guru)” Petugas kemudian akan meminta mereka menundukan kepala dan melipat tangan di belakang. Kemudian diminta berhitung mulai dari satu sampai selesai. Jika telat berbaris karena masih tertidur atau sedang ada di toilet, atau melakukan kesalahan menghitung, biasanya mereka akan dipukul atau ditendang oleh petugas tersebut. Setiap habis dipukul, mereka harus mengucapkan “Terima kasih, Cikgu!”, jika tidak mereka akan kembali dipukul.

Perampasan di dalam Rumah Negara

Petugas Depo Tahan Imigrasi kerap mengambil barang yang dikirim kepada tahanan oleh keluarga mereka. Kiriman makanan mereka akan dipotong jatahnya. Jika keluarga mengirim Dua pack mie instan (Satu pack Lima bungkus), maka yang sampai kepada tahanan hanya Satu pack. Begitupun uang. Jika keluarga mengirim RM200, yang sampai kepada tahanan hanya RM100.

Pememerasan demi keuntungan ekonomi terjadi dalam rumah tahanan. Kebutuhan dasar dijual dengan harga berkali-lipat. Ada dua skema penjualan barang, keduanya diatur oleh petugas Depo Tahan Imigrasi.

Skema pertama, petugas memasang tarif jasa penyelundupan barang ke dalam Depo Tahan Imigrasi berdasarkan jenis barang atau ukuran karung yang berisi barang-barang selundupan. Keluarga dari tahanan akan membayar untuk menyelundupkan barang-barang guna dipakai sendiri oleh tahanan atau dijual kepada sesama tahanan lain. Harga yang harus dibayar untuk memasukan barang jualan ke dalam rumah tahanan berkisar antara RM300 hingga RM500 tergantung pada ukuran karung.

Skema kedua, petugas justru bekerja sama dengan tahanan dalam transaksi penjualan. Barang milik petugas Depo Tahanan Imigrasi dijual oleh ketua blok di blok masing-masing. Ketua blok merupakan tahanan. Dalam skema ini, petugas dan ketua blok sama-sama meraup keuntungan dari barang yang dijual. Harga barang di Depo Tahan Imigrasi sangat mahal dibanding harga barang di luar.

Sebagai gambaran, harga garam dalam satu sendok plastik yang diperjualbelikan di Depo Tahan Imigrasi-Tawau adalah RM2 sementara di Depo Tahan Imigrasi-Menggatal adalah RM5. Harga garam yang diperjualbelikan di Depo Tahan Imigrasi-Papar mencapai RM25 per Satu plastik dengan berat setengah kilogram. Sementara itu, harga garam yang dijual di luar DTI adalah RM1-RM3 per 400 atau 500 gram.

Menyikapi fakta yang memilukan ini dan ditunjang oleh video yang beredar mengenai kondisi pekerja migran di Depo Tahan Imigrasi-Malaysia,  maka Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) menyatakan sikap bahwasanya:

Pertama, klaim dari Datuk SH Siti Saleha Binti Habib Yusoff selaku pengarah Imigresen Negeri Malaysia mengenai penanganan tahanan imigrasi yang telah sesuai dengan ketentuan Akta Imigresen 1959/63 dan peraturan imigresen tentang pentadbiran dan pengurusan depot imigresen tahun 2003 jauh dari kenyataan. Pernyataan tersebut sangat jauh berbeda dengan hasil pemantauan yang kami lakukan.

Halaman:

Editor: Ardy Milik

Sumber: migran berdaulat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x