Naik ke Papan Tengah, PSI Lampaui Elektabilitas 14 Partai Lainnya, Berikut Daftarnya

5 Februari 2022, 21:49 WIB
Logo PSI /Media Kupang Marsel/


MEDIA KUPANG - Partai Solidaritas Indonesia ( PSI ) mulai menunjukan taringnya dalam dunia perpolitikan di Indonesia.

Hasil survei yang dilakukan Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan elektabilitas partai besutan Giring Nidji ini konsisten naik, dimana elektabilitas saat ini mencapai 5,1 persen.

Dengan demikian, saat ini PSI mulai bertengger di papan tengah elektabilitas partai di Indonesia.

Sementara partai-partai lainnya cenderung mengalami penurunan.

“Di tengah kecenderungan turunnya elektabilitas partai-partai politik, PSI terus mengalami kenaikan dan semakin mantap sebagai parpol papan tengah,” ungkap Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K. dalam press release di Jakarta pada Jumat 4 Februari 2022 kemarin.

Sebagai catatan, pada Pemilu 2019 lalu PSI belum berhasil menembus Senayan, baru berhasil merebut kursi di tingkat DPRD.

Menurut Okta, naiknya elektabilitas PSI tidak lepas dari keberhasilan parpol berbasis generasi milenial tersebut dalam menggunakan capaian kursi legislatif di tingkat lokal. Di DKI Jakarta misalnya, anggota DPRD dari PSI gencar melontarkan kritik terhadap Anies Baswedan yang notabene juga sedang mengincar tiket untuk maju dalam Pilpres 2024 mendatang.

“Di balik serangan kritik PSI terhadap Anies, terjadi semacam simbiosis mutualisme di mana baik PSI maupun Anies sama-sama berjuang untuk bisa maju ke kancah nasional,” tandas Okta.

Jakarta sebagai barometer politik nasional memang selalu menjadi ajang rebutan berbagai kekuatan politik, dan Anies tampaknya ingin mengulang kesuksesan  Jokowi sebelumnya.

Selain PSI, sejumlah parpol lain juga menempati posisi papan tengah, yaitu PKB (6,5 persen), Demokrat (5,0 persen), PKS (4,6 persen), dan Nasdem (4,3 persen). “Dengan modal elektabilitas yang ada, parpol-parpol tersebut bisa mengamankan diri di atas ketentuan ambang batas (parliamentary threshold) sebesar 4 persen,” tandas Okta.

Sementara hasil survei yang dilakuan itu juga menunjukan beberapa parpol lainnya masih harus berjibaku untuk bisa Lolos Threshold.

Adapun parpol Senayan masih harus berjuang untuk bisa lolos threshold, diantaranya, PPP (2,6 persen) dan PAN (1,5 persen). “Pada Pemilu 2019 lalu PPP hanya meraih 4,52 persen, atau tipis di atas threshold 4 persen, sedangkan Hanura untuk pertama kalinya terlempar dari Senayan,” jelas Okta.

Ancaman terhadap parpol-parpol Senayan tersebut juga datang dari parpol-parpol baru, seperti Partai Ummat (1,6 persen) dan Gelora (1,1 persen). Sisanya berada di papan bawah, yaitu Perindo (0,8 persen), Hanura (0,6 persen), PBB (0,3 persen), PKPI (0,2 persen), dan Berkarya (0,1 persen), sedangkan Garuda dan Masyumi Reborn nihil dukungan.

Parpol-parpol baru lainnya juga bermunculan, tetapi jika ditotal baru mencapai 0,8 persen, sedangkan sisanya tidak tahu/tidak jawab 28,0 persen.

“Hadirnya parpol baru dalam setiap pemilu menunjukkan ruang demokrasi selalu terbuka, meskipun terdapat banyak syarat yang harus dipenuhi, serta perebutan ceruk suara dengan parpol-parpol lama,” pungkas Okta.

Survei CPCS dilakukan pada 21-30 Januari 2022, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka terhadap responden yang dipilih dengan metode multistage random sampling. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.***

 

Editor: Marselino Kardoso

Tags

Terkini

Terpopuler