Kasus Kematian Pelajar SMP Tersayat Pisau Ayam Taji, Kepala Desa Lamaksanulu Bungkam

- 4 Januari 2021, 20:39 WIB
Foto Kepala Desa Lamaksenulu Sumber Facebook
Foto Kepala Desa Lamaksenulu Sumber Facebook /

MEDIAKUPANG.COM - Seorang pelajar SMP di Kabupaten Belu Perbatasan RI - RDTL Tewas di arena sabung ayam setelah tersayat pisau ayam taji.

Kejadian Na'as ini terjadi saat acara gali air ( Il Su ) di Desa Lamaksanulu, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Kamis 3 Desember 2020 bulan kemarin.

Atas Kejadian tersebut, Kepala Desa Lamaksanulu Yonatas Mali bungkam, alias tidak ingin berbicara.

Dihampiri awak media di kediamannya di Rumah Jabatan Kepala Desa, Minggu, 3 Desember 2021 petang, yang bersangkutan tidak berada di kediamannya. Kemudian dicoba menghubungi lewat telepon selulernya namun istrinya yang sempat menjawab dan mengatakan sang kepala Desa sedang keluar entah kemana.

Selanjutnya awak media mencoba menghubunginya kembali melalui sambungan selulernya Senin 4 Desember 2021 pagi, saat itu terdengar nada dering panggilan masuk namun Kepala Desa yang bersangkutan tidak menjawab.

Tidak sampai disitu media ini mencoba menghubunginya kembali melalui pesan whatsap namun lagi - lagi setelah dibaca tidak ada respon balik dari sang Kades.

Selanjutnya nomor Hp Kepala Desa sudah diluar jangkauan, dihubungi berulang kali namun nomor tersebut sudah tidak aktif alias di luar jangkauan.

Sementara diberitakan sebelumnya, seorang remaja pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di wilayah Perbatasan RI-RDTL tewas di arena judi sabung ayam. 

Kejadian Na'as ini terjadi saat pelajar SMP ini sedang menyaksikan Judi Sabung Ayam di acara gali air di Desa Lamaksanulu, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis 3 Desember 2020 silam.

Pelajar yang diketahui bernama FRL ini meninggal dunia usai diserang seekor ayam jago bertaji dan mengalami luka serius pada bagian kakinya.

Akibat serangan ayam jago bertaji itu, FRL yang sudah duduk di bangku kelas IX salah satu SMP ini mengalami pendarahan hebat dan akhirnya meninggal dunia.

Ayah kandung korban bersama warga sempat melarikan korban ke puskesmas pembantu (pustu) Builalu namun nyawa remaja ini tak tertolong.

Kejadian naas ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya, terutama sang ibu yang hingga kini masih dirundung sedih.

Roswalde, sang ibunda korban tak menyangka, putra kesayangannya harus pergi dengan cara tragis seperti itu.

Meski mengaku sedih, Roswalde mengatakan pihak keluarga telah bersepakat untuk menerima kejadian itu secara ikhlas tanpa mempermasalahkan atau menyalahkan siapapun.

"Kami sudah sepakat waktu itu dengan keluarga besar termasuk dia (korban, red) punya om mereka untuk tidak persoalkan ini lagi," ungkap Roswalde saat ditemui MediaKupang.com di kediamannya, Minggu 3 Januari 2021.

Mengenai kronologinya, Felix Loi yang adalah ayah korban menuturkan, saat itu dirinya bersama sang anak mengikuti acara gali air (Il Su) di Builalu, Desa Lamaksenulu. Dalam acara tersebut ada judi bola guling dan sabung ayam sehingga mereka tertarik untuk menyaksikan.

Tak dinyana, acara Il Su yang harusnya menjadi acara penuh kegembiraan, malah berubah menjadi petaka bagi dirinya dan keluarganya. Dia harus kehilangan putra kesayangan yang sebentar lagi akan masuk ke bangku SMA. 

"Kami ada pi ikut sa, orang ada acara di Builalu bilang ada juga adu ayam (sabung ayam) dengan bola guling to, ini yang tidak tahu bisa sampai begini," cerita Felix dengan raut wajah penuh kesedihan.

Felix menuturkan, sesaat sebelum kejadian, putranya masuk ke dalam arena sabung ayam. Tanpa diduga, seekor ayam yang sudah dipersenjatai pisau taji langsung menyerangnya hingga mengalami dua luka sayatan.

"Waktu itu dia lompat masuk ke kandang, ayam datang totok di dia punya celana. Kaget ayam lompat langsung potong di bagian kaki, saya pikir hanya satu (sayatan pisau, red) tapi sampai di pustu builalu baru saya lihat. Padahal ada dua. Satu di bagian bawah satu di bagian atas," urai Felix.

Usai menceritrakan kejadian itu, Felix terlihat murung. Dia tak lagi bicara banyak selain menunduk sedih. Airmatanya terlihat penuh di kelopak matanya.

Kapolsek Lamaknen, IPDA Jenedi Lian yang dikonfirmasi terkait kejadian ini mengaku tidak mengetahuinya dan berjanji akan mengeceknya.

"Ok nanti bt (saya, red) cek e," jawab IPDA Jenedi saat dihubungi melalui layanan WhatsApp Messenger (WA), Minggu (3/1/2021) malam.

Informasi yang dihimpun, kejadian tersebut telah diketahui polisi. Bahkan kedua orangtua korban didatangi polisi untuk menandatangani surat pernyataan tidak mempersoalkan kematian anaknya.

Pantauan media ini, Minggu (3/1/2021), di lokasi kejadian dibuat penanda dari campuran semen dan dipasangi salib untuk menandai peristiwa ini. Pada salib yang terbuat dari besi ini tertulis nama korban dan tanggal kelahiran yakni  30 Mei 2003 serta tanggal kejadian 3 Desember 2020. Terdapat sisa lilin yang dibakar di sekitar tempat tersebut.***

Editor: Marselino Kardoso


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah