Mengenal 68 Bahasa Daerah di Nusa Tenggara Timur

- 7 Juni 2023, 19:33 WIB
Peta NTT
Peta NTT /Peta HDN/


MEDIA KUPANG - Seperti kita ketahui, bahasa adalah alat utama manusia untuk berkomunikasi. Dengan adanya bahasa, segala pembahasan akan berlangsung dengan lancar.

Negara Indonesia sendiri sesuai dengan amanat undang - undang bahasa resminya adalah bahasa Indonesia.

Meski begitu, selain bahasa Indonesia, di beberapa wilayah juga masyarakat sering berinteraksi menggunakan bahasa daerah atau biasa disebut bahasa ibu.

Di Indonesia, secara keselurahan terdapat 718, dimana, sebanyak 90 persen tersebar di wilayah Indonesia timur.

Khusus di Nusa Tenggara Timur ( NTT ) tercatat ada 68 bahasa yang tersebar di beberapa kabupaten di NTT, seperti bahasa Dawan, bahasa Manggarai, bahasa Kambera, bahasa Rote, dan bahasa Abui.

Selain beberapa bahasa tersebut, berikut daftar lengkap 68 bahasa daerah di NTT sebagaimana Media Kupang kutip melalui akurat.co.id yang menyadur dari
laman petabahasa.kemdikbud.go.id.

Bahasa Abui: Bahasa Abui (Aboa) dituturkan di Desa Dede Kadu, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat di sebelah timur dan selatan Desa Dede Kadu merupakan penutur bahasa Kolon.

Bahasa Adang: Bahasa Adang dituturkan di Desa Lenang, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Adang dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Lenang.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Adang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Abui, Adang, Anakalang, dan Gaura.

Bahasa Alor: Bahasa Alor dituturkan di Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Alor terdiri atas tiga dialek, yaitu  dialek Nlauta yang dituturkan di Desa Mauta, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor;  dialek Tubbe yang dituturkan di Desa Tude, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor; dan dialek Lamma yang dituturkan di Desa Kalondama, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor.

Bahasa Anakalang: Bahasa Anakalang ialah bahasa yang dituturkan di Kecamatan Katiku Tana dan Walakaka, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Bahasa Anakalang terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Kabela Wuntu yang dituturkan di Desa Kabela Wuntu, Kecamatan Katiku Tana; dialek Lenang yang dituturkan di Desa Lenang, Kecamatan Katiku Tana; dan dialek Prai Bakul yang dituturkan di Desa Prai Bakul.

Bahasa Bajo: Di Provinsi NTT, bahasa Bajo dituturkan di Desa Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Bajo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sikka di sebelah timur, barat, dan selatan serta wilayah tutur bahasa Muhang (Muhan) di sebelah utara.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Sikka dan Lio.

Bahasa Bajo Delang: Bahasa Bajo Delang dituturkan di dusun Delang, Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Bahasa Bajo Delang secara khusus dituturkan oleh masyarakat etnik Bajo yang merupakan penduduk minoritas, di samping etnik Lamaholot yang mayoritas. Masyarakat Bajo ini biasa mendiami wilayah pantai utara.

Bahasa Batu: Bahasa Batu dituturkan di Desa Batu, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Desa Batu dituturkan bahasa Teiwa, di sebelah utara dituturkan bahasa Alor, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Kaera.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Batu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%—100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Adang, Alor, Blagar, Hamap, dan Deing.

Bahasa Blagar: Bahasa Blagar dituturkan di Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Blagar dituturkan juga di Desa Ombay, Nule, Tereweng, dan Toang.

Bahasa Buna:  Bahasa Buna / Bunak dituturkan di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen dan Desa Rainawe, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT. Bahasa Buna (Bunak) banyak dituturkan di luar Desa Rainawe, seperti di Desa Lakekun Utara, Lakekun Barat, Lakekun, Litamali, Sisi, Babulu, dan Babulu Selatan.

Sementara itu, bahasa lain yang juga dituturkan di Desa Rainawe ialah bahasa Kemak dan Tetun. Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bunak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kemak dan Tetun.

Bahasa Dawan Timor: Bahasa Dawan Timor dituturkan di Kabupaten Kupang, Kabupaten Ambenu, Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Penutur bahasa Dawan Timor berbeda-beda dalam menyebut bahasa yang mereka gunakan. Di Desa Camplong I, Oenoni, dan Teunbaun, bahasa Dawan Timor disebut sebagai bahasa Timor Dawan; di Desa Bipolo, Hauteas, Abani, dan Oepliki disebut sebagai bahasa Timor Naikono; di Desa Tetaf dan Manufui disebut sebagai bahasa Timor; di Desa Sallu dan Manunain disebut sebagai bahasa Dewan; di Desa Netpala, Nenas, Bijeli, Nobi-Nobi, Lotas, dan Lilo disebut sebagai bahasa Dawan.

Bahasa Deing: Bahasa Deing dituturkan di Desa Muriabang, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Deing berbatasan dengan wilayah tutur  bahasa Teiwa di sebelah timur, dengan wilayah tutur  bahasa Baranusa (Alor) di sebelah barat, dengan wilayah tutur  bahasa Nedebang  di sebelah utara, serta dengan wilayah tutur  bahasa Mauta dan bahasa Alor dialek Nlauta) di sebelah selatan.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, bahasa Deing merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di NTT, misalnya bahasa Alor, Kabola, Kolana, dan Dulolong.

Bahasa Dulolong: Bahasa Dulolong dituturkan di Desa Dulolong, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT.

Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Dulolong berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Adang di sebelah timur, barat, dan utara, sedangkan di sebelah selatan Desa Dulolong ialah laut.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Dulolong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya,misalnya bahasa Alor, Hamap, Kaera, dan Kiraman.

Bahasa Gaura: Bahasa Gaura dituturkan di Desa Gaura, Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Gaura berbatasan dengan wilayah tutur  bahasa Sumba Barat dialek Lamboya di sebelah timur, dengan wilayah tutur  bahasa Sumba Barat dialek Kodi di sebelah barat, dan dengan wilayah tutur bahasa Sumba Barat dialek Wewewa di sebelah utara.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Gaura merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anakalang, Lamboya, dan Wanukaka.

Bahasa Hamap: Bahasa Hamap dituturkan di Desa Moru, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Penutur bahasa ini tinggal di wilayah pesisir, ± 1 km dari pantai dengan kondisi geografis berupa dataran.

Bahasa Helong: Bahasa Helong dituturkan di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang; di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang; dan di Desa Uitao, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Bahasa Helong yang dituturkan di wilayah-wilayah tersebut sama dengan bahasa Helong yang dituturkan di desa-desa lain di Pulau Semau, Provinsi NTT.

Bahasa Hewa: Bahasa Hewa dituturkan di Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penutur, di sebelah barat wilayah tutur bahasa Hewa berbatasan dengan wilayah penutur bahasa Muhan, sedangkan di sebelah timurnya berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Lamaholot.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Hewa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa lain, misalnyabahasa Muhan dan Lamaholot.

Bahasa Kabola: Bahasa Kabola dituturkan di Desa Kabola, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Kabola dituturkan oleh masyarakat Kabola dan sebagian kecil dari masyarakat Dulolong.

Bahasa Kaera: Bahasa Kaera dituturkan di Desa Kaleb, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kaera berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Deing di sebelah barat dan wilayah tutur bahasa Teiwa di sebelah utara.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kaera merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Alor, Deing, Teiwa, dan Hamap.

Bahasa Kalela: Bahasa Kalela dituturkan di Kecamatan Atadei dan Kecamatan Naga Wutung, Kabupaten Lembata Flores Timur, Provinsi NTT. Bahasa Kalela terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Kalikasa yang dituturkan di Desa Katakeja, Kecamatan Atadei; dialek Lerek yang dituturkan di Desa Lerek, Kecamatan Atadei; dan dialek Labalimut yang dituturkan di Desa Boto, Kecamatan Naga Wutung.

Bahasa Kamang: Bahasa Kamang dituturkan di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kamangberbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kula (bahasa Kulatera) dan Kolana di sebelah timur, bahasa Abui (Aboa) di sebelah barat, serta bahasa Abui (Aboa) dan Kiraman di sebelah selatan.

Bahasa Kambera: Bahasa Kambera dituturkan di Desa Rindi, Kecamatan Rindi Umalu;  Desa Kambata Bundung, Kecamatan Kahaungu Eti; dan Desa Lumbu Manggit, Kecamatan Wulla Waijelu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT. Bahasa Kambera terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Rindi dengan wilayah pakai di Desa Rindi, Kecamatan Rindi Umalu dan Desa Kambata Bundung, Kecamatan Kahaungu Eti serta dialek Lumbu Manggit dengan wilayah pakai di Desa Lumbu Manggit, Kecamatan Wulla Waijelu.

Bahasa Kambera Pandawai: Bahasa Kambera Pandawai dituturkan di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera; Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu; dan Desa Wangga Mbewa, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT.

Bahasa Kambera Pandawai terdiri atas dua dialek dengan persentase perbedaan 51-54,88%. Kedua dialek itu ialah dialek Lambanapu yang dituturkan di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera serta dialek Rambangrawu yang dituturkan di Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu dan di Desa Wangga Mbewa, Kecamatan Paberiwai.

Bahasa Kedang: Bahasa Kedang dituturkan di Desa Leuwayang, Desa Tiba, dan Desa Walangsawah, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Berdasarkan penghitungan dialektometri, bahasa Kedang terdiri atas dua dialek dengan persentase perbedaan 69—71%.

Kedua dialek itu ialah dialek Leuwayang yang dituturkan di Desa Leuwayang serta dialek Tiba-Walangsawah yang dituturkan di Desa Tiba dan di Desa Walangsawah, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Flores Timur.

Bahasa Kemak: Bahasa Kemak dituturkan di Desa Umaklaran, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi NTT. Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kemak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Buna (Bunak), Dawan, dan Tetun.

Bahasa Kiraman: Bahasa Kiraman dituturkan di Desa Padang Alang, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kiraman berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kamang di sebelah timur dan utara dan wilayah tutur bahasa Abui  di sebelah barat.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kiraman merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abui, Kui, dan Kamang.

Bahasa Klamu: Bahasa Klamu dituturkan di Desa Kabir, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Desa Kabir didiami oleh dua etnik, yaitu etnik Klamu yang menjadi etnik mayoritas (± 80%) dan etnik Bittang (± 20%).

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Klamu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Alor, Kolana, Kabola, dan Kiraman.

Bahasa Klon: Bahasa Klon dituturkan di Desa Probur, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Pulau Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Klon yang ada di Desa Probur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Abui di sebelah selatan dan timur, wilayah tutur bahasa Kui di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Kabola di sebelah utara.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Klon merupakan sebuah bahasa-bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abui, Kolana, Kabola, dan Kui.

Bahasa Kolana: Bahasa Kolana dituturkan di Desa Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kolana berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Langkuru di sebelah selatan, wilayah tutur bahasa Sawili di sebelah timur, dan wilayah tutur bahasa Kamang di sebelah barat.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kolana merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor, Deing, Kabola, dan Kolana.

Bahasa Komodo: Bahasa Komodo dituturkan di Desa Komodo, Pulau Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT. Bahasa Komodo juga dituturkan di Pulau Rinca dan Desa Warloka.

Bahasa Kui: Bahasa Kui dituturkan di Desa Prai Bakul, Kecamatan Haharu, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kui merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor dan Dulolong.

Bahasa Kulatera: Bahasa Kulatera dituturkan di Desa Tanglapui, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kulatera di Desa Tanglapui berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sawila di sebelah timur, dengan wilayah tutur bahasa Wersing di sebelah utara dan Barat, dan dengan wilayah tutur bahasa Kamang di sebelah selatan.

Bahasa Labala: Bahasa Labala dituturkan oleh etnik Labala yang tinggal di Desa Lewo Raja, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Bahasa Labala juga dituturkan di Desa Pantai Harapan dan Desa Atakera.

Bahasa Lamaholot: Bahasa Lamaholot dituturkan di Desa Ratulodong, Desa Sinarhadigala, Desa Ile Padung, dan Desa Paingnapang, Kecamatan Tanjung Bunga; di Desa Pululera, Desa Boru, Desa Lewoingu, Desa Tanah Lein, Desa Lemanu, Pamakayo, dan Desa Watobuku, Kecamatan Solor Timur; di Desa Wulublolong dan Desa Watobuku, Kecamatan Naga Wutung, Kecamatan Demon Pangong di Lewokluok - Bama.

Lalu, di Desa Pasir Putih, Desa Oringbele, Desa Tapobali, Desa Lamawolo; dan Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape; di Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape; di Desa Kenotan, Desa Hoko Horowura, Desa Lamalera A/B, Kampung Mulankera, dan Desa Leworaja.

Bahasa Lamatuka: Bahasa Lamatuka dituturkan oleh etnik Ruing yang tinggal di Desa Lamatuka, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Lamatuka juga dituturkan di beberapa desa disekitarnya, antara laindi sebelah timur Desa Lamatuka, yaitu Desa Lerahingah; di sebelah barat, yaitu Desa Baopanah; di sebelah utara, yaitu Desa Harakewah; dan di sebelah selatan, yaitu Desa Banitoba.

Bahasa Lamatuka merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang ada disekitarnya. Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan bahasa Lamatuka dengan bahasa Lewuka sebesar 86% dan dengan bahasa Labala sebesar 88%.

Bahasa Lamboya: Bahasa Lamboya dituturkan di Desa Kabu Karudi, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Mayoritas penutur bahasa Lamboya yang tinggal di Desa Kabu Karudi ialah etnik Welawa.

Menurut pengakuan penutur, bahasa Lamboya juga dituturkan di desa yang ada disekitar Kabu Karudi, yaitu di Desa Rajaka yang berada di sebelah timur; Desa Welibo yang berada di sebelah barat; Desa Sodana yang berada di sebelah utara; Desa Ringu Rara yang berada di sebelah selatan; serta Desa Laboya Dete.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Lamboya merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya dengan bahasa Wewewa dan bahasa Wanukaka.

Bahasa Lewuka: Bahasa Lewuka dituturkan oleh etnik Lewuka di Desa Belabao, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Bahasa Lewuka juga dituturkan di Desa Udak Melomata, Senaki, dan Bakaor.

Penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antara bahasa Lewuka dengan bahasa Lamatuka sebesar 86% dan dengan bahasa Labala sebesar 90%.

Bahasa Lio: Bahasa Lio dituturkan oleh etnik Lio yang tinggal di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi NTT. Berdasarkan penghitungan dialektometri, terdapat perbedaan pada tingkat wicara/subdialek/dialek, yaitu berkisar 21,88—79,63% dari isolek-isolek yang dibandingkan.

Bahasa Lio terdiri atas tujuh dialek, yaitu dialek Paga-Nita, dialek Mau Basa-Ropa,  dialek Nggela-Wolomage-Ngalupolo, dialek Fataatu-Wololelea-Tou, dialek Watunggere, dialek Ende dan dialek Nage.

Bahasa Lura: Bahasa Lona dituturkan di Desa Kolana Selatan di Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT.

Bahasa Mambora: Bahasa Mambora dituturkan di Desa Wee Ndawa Timur, Kecamatan Laratama, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Mambora merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Gaura dan bahasa Anakalang.

Bahasa Manggarai: Bahasa Manggarai dituturkan di Desa Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat; di Desa Golo Meni, Desa Mukun (Pong Bali), Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba; di Desa Nanga Mejedan Desa Langga Sai, Kecamatan Elar Selatan; dan di Desa Gising (Elar Selatan), Golo Linus, dan Sangan Kalo, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT.

Bahasa Manulea: Bahasa Manulea dituturkan di Desa Manulea, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka, Pulau Timor, Provinsi NTT. Mayoritas etnik di desa itu ialah etnik Klau Asa. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Manulea berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Dawan di sebelah timur, barat, dan utara.

Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tetun. Berdasarkan penghitungan dialektometri, bahasa Manulea merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tetun, Dawan, dan Adang.

Bahasa Melayu: Persebaran bahasa Melayu sangat luas di Indonesia, seperti di Provinsi Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Ternate, Riau, Ambon, Manado, NTB, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.

Di Provinsi NTT, bahasa Melayu dituturkan,antara lain, di Kelurahan Solor, Kecamatan Kota Lama, Kotamadya Kupang; Kelurahan Pohon Sirih, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur; Kelurahan Weri, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek-isolek Melayu yang dituturkan di Kupang, Larantuka (Nagi) dan Wure berada pada tingkat beda dialek, dengan persentase perbedaan sebesar 51%—80%.

Masih ada banyak lagi bahasa daerah yang dipakai di NTT, antara lain Bahasa Nage; Bahasa Namut; Bahasa Ndao; Bahasa Ndora; Bahasa Nedebeng; Bahasa Ngada; Bahasa Omesuri; Bahasa Palu’e; Bahasa Pura; Bahasa Raijua; Bahasa Retta; Bahasa Riung; Bahasa Rongga; Bahasa Rote; Bahasa Sabu; Bahasa Sawila; Bahasa Sikka; Bahasa So’a; Bahasa Sumba Barat; Bahasa Tabundung; Bahasa Teiwa; Bahasa Tetun; Bahasa Tewa; Bahasa Wanukaka (Wanokaka); Bahasa Wersing (Wirasina); Bahasa Wewewa (Wejewa).

Untuk kamu yang ingin mendalami ragam bahasa di NTT ini, kamu bisa melihat di laman petabahasa.kemdikbud.go.id.***

Editor: Marselino Kardoso


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x