HUT RI ke-76, Begini Kaum Disabilitas di Atambua Memaknai Hari Kemerdekaan Indonesia

- 6 Agustus 2021, 17:39 WIB
Penyandang Disabilitas sedang menggelar dagangannya di tepi jalan di Kota Atambua, Ibukota Kabupaten Belu, Rabu (4/8/2021)
Penyandang Disabilitas sedang menggelar dagangannya di tepi jalan di Kota Atambua, Ibukota Kabupaten Belu, Rabu (4/8/2021) /Royan B/Nandito Fatin

MEDIA KUPANG - HUT RI ke-76 tahun ini makin dekat. Masing-masing warna negara punya cara sendiri dalam memaknai hari kemerdakaan Bangsa Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus ini.

Tak terkecuali Kaum Disabilitas di Atambua, Ibukota Kabupaten Belu, wilayah perbatasan RI-RDTL.

Menurut kaum disabilitas, makna kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 76 tahun ialah yang penting cukup makan, cukup minum dan bisa membayar kos.

Hal ini disampaikan Emerensiana Hoar pedagang kemoceng (pembersih kaca dan meja) yang juga merupakan penyandang disabilitas Tuna Netra (Buta) kepada Media Kupang saat ditemui di depan SMK Kusuma Atambua, Rabu (4/8/2021) siang.

Kisah Mama Emerensiana, bahwa sudah tiga tahun dirinya bersama keluarga yang adalah penyandang disabilitas itu berjualan kemoceng dengan bahan dasar tali rafia itu, untuk bertahan hidup walau kadang ia sekeluarga tidak dapat makan karena kehabisan beras.

"Sudah tiga tahun saya dengan suami jualan kemoceng ini. Kita mau kerja apa dengan kondisi yang begini. Dengan jual begini, supaya bisa beli beras, beli sayur, untuk anak sekolah dan untuk pake bayar uang kos," jawabnya dengan sesekali memperbaiki anaknya yang sedang digendongnya itu.

Lanjutnya, makna kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke 76 tahun menurut dirinya dan keluarga ialah yang terpenting bisa beli beras, sayur dan bisa bayar uang kos.

"Karena kami ini masyarakat kecil, orang susah, yang penting itu, kami bisa beli beras sehingga cukup makan, cukup minum setiap hari dan bisa pake bayar uang kos," pinta warga kelurahan Manumutin ini.

Emerensiana Hoar (30) setiap pagi sekitar pukul 08.00 Wita atau terkadang pukul 09.00 WITA didampingi oleh suaminya Elias Louk Moruk (50) yang juga merupakan penyandang disabilitas (Tuna Netra) dan dua anaknya Marni (5) dan Erlin (9 Bulan) juga ikut ayah dan ibunya lantaran tidak ada yang menjaga mereka di rumah.

Halaman:

Editor: Royan B


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah