Ritual Adat "Irong Ngerit" di Watunggong : Persembahan Mohon Berkat Tuhan dan Leluhur Untuk Benih Tanaman

30 September 2022, 09:29 WIB
Tu'a Teno Watunggong dan masyarakat adat Gendang Watunggong melaksanakan ritual adat /AS Rabasa/

MEDIA KUPANG - Budaya merupakan sebuah hal yang sudah ada sejak seorang manusia lahir di dunia. Budaya diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang yang kemudian kita sebut sebagai warisan leluhur.

Di Watunggong, Desa Satar Nawang, Kecamatan Congkar, Manggarai Timur, NTT sangat dijunjung tinggi nilai budaya. 

Baca Juga: Bupati Manggarai Buka Kegiatan Penetapan dan Penegasan Batas Desa

Masyarakat Watunggong masih kental dalam budaya setempat. Hal tersebut tampak dalam ritual atau prosesi budaya yang dilaksanakan setiap tahun.

Hari Kamis, tanggal 29 September dilaksanakan upacara dan prosesi adat untuk leluhur, di gendang Watunggong, tepatnya di Natas kampung.

Prosesi tersebut dikenal dengan nama "Irong Ngerit." 

Penanaman benih secara simbolis oleh Tu'a Teno kelilingi Natas/Compang

Irong Ngerit dimaksudkan sebagai bentuk doa, permohonan kepada Sang Penguasa Alam Semesta dengan sebutan "Tana Wa Awang Eta" dan kepada leluhur. Permohonan untuk musim tanam berikutnya.

Baca Juga: Ricuh, Pemilihan Kepala Desa di Desa Compang Suka, Manggarai Barat

Menurut Tu'a Teno (Tua Adat) Watunggong, David Geong, prosesi Irong Ngerit merupakan salah satu wujud penghormatan dan pelestarian budaya dari generasi penerus. Ada benda-benda tertentu yang digunakan sebagai bahan dalam ritual adat itu.

"Ngerit merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur. Doa dari kita kepada Sang Penguasa Semesta dengan leluhur sebelum bercocok tanam. Kita mengolesi bibit tanaman dengan darah hewan (babi dan kambing) sebagai bentuk kurban persembahan. Hal itu menjadi tanda bahwa kita betul-betul terikat dengan kedua Unsur dimaksud," ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan bahwa Ngerit juga dibuat untuk menjaga bibit tanaman dari hama.

Baca Juga: Ternyata Anne Ratna Mustika Adalah Istri Kedua Dedi Mulyadi

"Benih yang dilumuri darah hewan bertujuan untuk menjaga tanaman dari hama, dari hal-hal lain yang akan mengganggu pertumbuhan, perkembangan tanaman," lanjut pria yang fasih dalam setiap istilah budaya itu.

Untuk diketahui, ngerit juga menjadi awal bagi pelaksanaan puasa adat di wilayah itu. Puasa adat itu disebut "Irong".

Irong dilaksanakan selama dua hari 3 malam setiap tahun. Untuk melaksanakan Irong, harus dipatuhi pantangan dan larangan yang disepakati bersama secara turun-temurun.

Larangan-larangan yang wajib dipatuhi oleh semua warga kampung dan biasa larangan-larangan ini wajib ditaati, jika tidak maka akan ada sanksi adat yang menggugatnya.

Baca Juga: Camat Congkar Pimpin Bakti Gotong Royong dari kampung Kalo Menuju Kampung Mering

Beberapa istilah dalam puasa adat itu antara lain Irong Ngerit, Irong Satar dan Irong Ongkar.

Irong atau puasa adat tahun ini akan mulai hari ini, Jumat, 30 September 2022  sampai Sabtu 01 Oktober 2022.

Menyongsong Syukuran Penti Weki Peso Bro

Setelah melaksanakan prosesi adat Ngerit dan nanti setelah menjalankan masa puasa adat (Irong), masyarakat adat Gendang Watunggong akan mengadakan syukuran panen.

Hewan kurban yang darahnya dilumurkan ke benih

 Syukuran panen tersebut dikenal dengan istilah "Penti Weki Peso Beo" (syukuran panen seluruh warga kampung).

Baca Juga: Makin Memanas, Nikita Mirzani Ancam Akan Bongkar Hotel Tempat di Mana Najwa Shihab Pernah Cek-in

Banyak ritual adat yang akan dilakukan pada kegiatan tersebut. Tentu saja, akan dibuka dengan perayaan Ekaristi Kudus secara Inkulturasi.

Salah satu yang akan dipertunjukkan adalah pentas tarian Caci, tarian adat khas Manggarai yang menggunakan cambuk.

Syukuran penti weki peso beo akan dilaksanakan pada tanggal 4-6 Oktober 2022. 

Bagi Anda pencinta budaya dan tarian Caci silahkan datang menyaksikan secara langsung di Watunggong, Congkar, Manggarai Timur.***

Editor: AS Rabasa

Tags

Terkini

Terpopuler