Mengenal Ubi Nuabosi, Makanan Khas Orang Flores NTT

- 26 Desember 2020, 21:10 WIB
Foto Ubi Nuabosi
Foto Ubi Nuabosi /

MEDIAKUPANG.COM - Ubi nuabosi (dalam bahasa Flores disebut uwi ai nuabosi) adalah salah satu jenis ubi yang terdapat di Ende, Flores wilayah Nusa Tenggara Timur. Dapat dikatakan ubi nuabosi merupakan tanaman endemik dari Flores, Nusa Tenggara Timur.

Ubi Nuabosi pertama kali ditanam oleh Warga didaratan Ndetundora, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende,Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari empat desa berbeda yakni, Ndetundora I, Ndetundora II, Ndetundora III dan Randotonda,warga didaerah tersebut sudah membudidayakan ubi nua bosi sejak 1954,nama Nuabosi sendiri diambil dari salah satu kampung di Desa Ndetundora.

Meskipun dianggap sebagai endemik, tetapi ubi nuabosi sebenarnya berasal dari Brasil. Ubi tersebut bisa sampai ke Nusa Tenggara Timur karena Kolonial Portugal yang menjajah Brasil membawa benih ubi itu ke wilayah Nusa Tenggara Timur pada abad 16.

Ubi nuabosi memiliki ukuran yang lebih besar dan panjang daripada ubi pada umumnya. Ubi nuabosi juga memiliki 5 varietas, yaitu waitero (ubi kayu kuning), waibara (ubi kayu putih), toko rheko, tana ai, dan terigu (berbeda dengan terigu gandum). Diantara 5 varietas tersebut, toko rheko, tana ai, dan terigu adalah varietas yang paling banyak dibudidayakan masyarakat Flores, karena tiga varietas inilah yang asli dikembangkan masyarakat Flores.

Ubi nuabosi sangat khas, karena bila dikembangkan di daerah lain (termasuk masih di wilayah Nusa Tenggara Timur) maka produksi dan cita rasanya tidak sebaik di tempat asalnya di Flores.

Ubi ini sangat terkenal karena memiliki cita rasa yang khas dan aroma wangi, berbeda dengan jenis singkong lainnya.

Ubi Nuabosi biasanya dijual di pasar,namun ada juga yang menjual langsung ditempat asal dari ubi tersebut, Seperti disaksikan MEDIA KUPANG.COM, saat mendatangi rumah Yosafada penjual Ubi di Desa Ndetundora II, Kamis 25 Desember 2012.

Pembeli tampak sedang memilah-milah Ubi Nuabosi untuk dibeli.

Ubi Nuabosi sudah diikat rapi pada bagian pangkalnya, satu ikatan bisa empat hingga lima batang dengan panjang kira-kira 20 hingga 30 sentimeter. Para pedagang tinggal memilih sesuai kebutuhan atau isi dompet.

"Ini harganya macam-macam, tinggal pilih saja, mau berapa Ikat. Satu Ikat dua puluh ribu, harganya tidak naik tidak turun, begini sudah. Tapi kalau mau beli yang harga sepuluh ribu juga bisa, itu tidak pakai Ikat dan ukurannya lebih pendek, satu kumpul ini ada empat batang," ungkap Yosafada salah satu pedangang Ubi Nuabosi.

Yosafada mengatakan,dengan menjual Ubi Nuabosi ia bisa meraup keuntungan dua hingga tiga juta rupiah sehari.

Menurutnya, karena punya cita rasa yang khas dan aromawangi Ubi Nuabosi banyak peminat. Bahkan, peminat Ubi Nuabosi bukan hanya dari Ende atau NTT saja, tetapi juga dari luar NTT.

Biasanya kalau orang dari Jawa, saat mau kembali ke daerahnya selalu membawa oleh-oleh Ubi Nuabosi. Yah, karena Ubi Nuabosi ini sudah sangat terkenal. Atau orang NTT yang tinggal di luar NTT ketika datang libur dan kembali banyak yang datang cari ubi ini, " ungkapnya.

Menurutnya, di Ende dalam berbagai acara, Ubi Nuabosi selalu dihidangkan."Jadi tidak heran kalau acara-acara bahkan acara pemerintah, Ubi Nuabosi selalu dicari," ungkapnya.

Ansel Kaise Wartawan Ekora NTT, salah satu dari peminat Ubi Nuabosi, mengaku dalam seminggu ia bisa dua kali membeli Ubi Nuabosi untuk makanan keluarga atau dihidangkan kepada tamu

"Apalagi kalau ada tamu dari luar Ende pasti saya kasi ubi Nuabosi. Macam-macam, bisa pakai goreng, rebus dan saya siapkan juga sambal tomat dan ikan teri. Kalau yang sudah biasa makan, pasti taulah enak. Tapi baru pertama kali pasti mereka tanya ini ubi ko lain, enak. Intinya mereka tertarik," ungkapnya.

Kepala Desa Ndetundora II, Adrianus Renga menyampaikan Potensi yang ada di Desa tersebut hanyalah ubi nuabosi ketimbang sayur-sayuran, namun ironisnya petani di Ndetundora saat ini mengalami kendala di pasaran.

“Hitungan ekonominya petani rugi sebab umurnya bisa 10 bulan sampai 1 tahun baru bisa dipanen,” jelas Adrianus.

Dia menjelaskan bahwa dalam areal seluas setengah hektar, ubi nuabosi dibeli pedagang hingga 10 juta rupiah. Namun hal itu dirasa belumlah cukup bagi petani untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Karena panennya lama kami hanya tanam ubi nuabosi sedikit saja, sisa lahan lain ditanami tanaman sayur dan jagung,” tambah Siprianus Leda, petani lainnya menjelaskan.

Diapun mengaku, lahan yang ditanami ubi nuabosi telah diijonkan kepada pedagang. Pada saat berumur 6 bulan, bahkan ada yang sebulan, pedagang akunya berani membayar lunas sehingga mereka yang akan memanen nantinya.

“Kami jual dengan sistem ijon sebab kami butuh uang, jika menunggu waktu panen nilainya pun tetap sama, tidak memberikan keuntungan,” jelasnya.

Ketika ditanya Langkah apa yang akan diambil oleh Desa, kepala Desa Ndetundora II menyampaikan bahwa langkah yang akan ditempuh adalah di tahun 2021 desa akan merencanakan membentuk kepengurusan BUMDES, Sehingga Ubi Nuabosi nantinya akan diurus oleh BUMDES.

Ubi Nuabosi tidak asing lagi bagi orang NTT apalagi Ende. Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, dalam kunjungan kerjanya di Ende pada akhir Juni 2020 sempat berbicara soal Ubi Nuabosi dalam konteks pengembangan pariwisata di Kabupaten Ende.

Menurut Viktor narasi dan atraksi pariwisata di Kabupaten Ende mesti ditingkatkan. Hal itu bukan tanpa alasan, Ende memiliki kekayaan dan potensi pariwisata yang luar biasa.

Oleh karena itu Viktor mendorong semua pihak di Kabupaten Ende agar mengenal sungguh potensi yang ada.***

Editor: Marselino Kardoso


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x