Pemanfaatan FABA di Flores Dorong Inovasi Energi di Indonesia

- 17 Maret 2022, 09:05 WIB
Gereja Santo Donatus Bhoanawa Ende, Flores, NTT merupakan gereja pertama di Indonesia yang menggunakan bata interlock dari FABA sebagai material pembangunan.
Gereja Santo Donatus Bhoanawa Ende, Flores, NTT merupakan gereja pertama di Indonesia yang menggunakan bata interlock dari FABA sebagai material pembangunan. /ANTARA/Fransiska Mariana Nuka

MEDIA KUPANG – Sebuah bangunan gereja di Kota Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur tampak berdiri kokoh dengan material batu bata yang berbeda dari bata pada umumnya. Batu itu berwarna abu-abu pekat dan sedikit lebih berat, namun rapi ketika terpasang pada dinding dan disatukan bersama batu-batu lainnya.

Batu tersebut merupakan bata interlock, sebuah inovasi konstruksi yang terbuat dari abu hasil pembakaran batu bara berupa abu terbang dan abu dasar (Fly Ash Bottom Ash/FABA) yang ada pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ropa di Ende.

Gereja Santo Donatus Bhoanawa Ende ini merupakan gereja pertama di Indonesia yang menggunakan bata interlock dari FABA sebagai material pembangunan.

Baca Juga: Prihatin Terhadap Kondisi Veteran di NTT, Kababinminvetcaddam Berjanji Akan ke Kupang

Pastor Paroki Santo Donatus Bhoanawa Romo Domi Nong kepada ANTARA mengatakan telah mendapatkan bantuan 52.000 buah bata interlock yang diproduksi di PLTU Ropa untuk pembangunan gereja tersebut. Sekiranya 60 persen material pembangunan gereja menggunakan bata hasil pemanfaatan limbah batu bara itu.

“Perbandingan 60:40. Jadi, 40 persen batako biasa, karena memang sudah mulai dikerjakan sejak tahun 2020 sebelum tahu adanya bata interlock. Sekarang semuanya gunakan bata dari FABA ini,” kata Romo Domi.

Bermula dari informasi terkait adanya inovasi bata yang disediakan PLN, Romo Domi bergegas menyiapkan proposal permohonan bantuan pembangunan dan berangkat ke Maumere di Sikka untuk bertemu dengan Manajer PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Flores Lambok Siregar.

Gayung bersambut, proposal disetujui oleh pihak PLN. Bahkan, seluruh biaya pengangkutan bata interlock dari PLTU Ropa ke Kota Ende ditanggung oleh PLN. Tak hanya membangun gereja, bata juga digunakan untuk membedah rumah warga tidak mampu dalam lingkungan paroki.

Domi tak henti-hentinya memuji inovasi FABA itu. Bata tersebut kokoh dan kuat. Cara pemasangan bata interlock dari FABA juga perlu ketelitian.

Pastor tua ini menyebut, ada ruang kosong pada bagian dalam batu yang nantinya berisikan cairan campuran perekat. Campuran cairan yang dimasukkan dalam rongga batu itulah yang menjadi pengganti sloof. Selain itu, bata yang telah tersusun pada dinding terlihat rapi meski tanpa plester.

Halaman:

Editor: Fredrikus Wilhelmus Wahon

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x