Bjorka Hacker Misterius Membongkar Dalang dan Kronologi Pembunuhan Munir

14 September 2022, 12:06 WIB
Hacker Bjorka bongkar dalang pembunuhan Munir /Twitter @MuhniiArRazzaq

MEDIA KUPANG-Polemik kematian Munir Said Thalid kembali mencuat dalam perbincangan khalayak ramai. Setelah hampir 18 tahun berlalu tanpa kejelasan, kini seorang hacker dengan nama Bjorka mempublikasikan biodata lengkap dan identitas yang diduga aktor intelektual pembunuhan Munir pada Minggu, 11 September 2022.

Bjorka mengatakan melalui unggahan tulisannya pada akun Telegraph bahwa aktor tersebut adalah Muchdi Purwopranjono, Ketua Umum Partai Berkarya. Bjorka juga menerangkan bagaimana kejadian berdarah tersebut menimpa Munir.

Peretas itu menyampaikan kronologi pembunuhan secara tersurat tanpa menyembunyikannya.

Baca Juga: Dituding Mengalihkan Isu Ferdy Sambo, Hacker Bjorka : Saya Bahkan Tidak....

Untuk diketahui, dalam kasus Munir Ketua Majelis Hakim Suharto memutuskan bahwa terdakwa Muchdi Purwopranjono tidak terbukti secara sah dan meyakinkan merencanakan pembunuhan Munir. Dakwaan jaksa menuntut 15 tahun penjara pada 12 Desember 2005 tetapi ia divonis bebas.

Sebagaimana dilansir dari Pikiran Rakyat, pada kasus pembunuhan Munir, Indra Setiawan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia divonis satu tahun penjara karena membuat surat palsu.

Sementara Pollycarpus Budihari Priyanto didakwa sebagai algojo pembunuhan Munir bebas dari hukuman pada 28 September 2014.

Berikut penyampaian Bjorka tentang kronologi pembunuhan Munir:

"'Who Killed Munir?' (Siapa yang Membunuh Munir?)

Saya akan memberi nama jika Anda meminta siapa sosok yang berada di balik pembunuhan Munir. Dia adalah Muchdi Purwopranjono yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Berkarya.

Munir adalah koordinator KontraS yang sangat vokal mengungkapkan bahwa pelaku penculikan 13 aktivis periode 1997-1998 adalah anggota Kopassus yang dikenal dengan Tim Operasi Mawar.

Akibat pengungkapan itu, Muchdi Purwopranjono, Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus, menjadi tidak senang dengan Munir. Akibatnya, Muchdi harus diberhentikan dari jabatan barunya selama 52 hari.

Muchi ditunjuk menjadi Kepala Deputi V BIN pada 27 Maret 2003. "Posisi yang membuka banyak kesempatan untuk menghentikan aktivis, korban mendiang Munir yang merugikan terdakwa".

Muchdi memanfaatkan jaringan nonorganik BIN, Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot PT Garuda Indonesia Airways, untuk membunuh Munir, karena saat itu diketahui Munir akan terbang ke Belanda menggunakan Garuda Indonesia.

Pollycarpus kemudian diangkat menjadi petugas keamanan penerbangan agar bisa naik pesawat PT Garuda Indonesia Airways manapun, termasuk pesawat yang nantinya akan ditumpangi Munir.

Selanjutnya, dijelaskan bagaimana Pollycarpus membuat surat rekomendasi kepada PT Garuda Indonesia agar ditempatkan di corporate security.

Draf surat diketik Pollycarpus menggunakan komputer di ruang staf Deputi V BIN (Muchdi). Setelah selesai, surat dikoreksi oleh saksi Budi Santoso yang sempat bertanya 'Ini untuk apa?'
Polly menjawab, 'Pak, saya ingin bergabung di corporate security karena ada banyak masalah pada Garuda.'

Budi Santoso juga mau membantu memperbaiki surat karena tahu Polly adalah anggota nonorganik dari Muchdi.

Polly lalu membawa surat ke ruangan Muchdi. Setelah beberapa hari, Polly bilang pada Budi Santoso 'Pak, saya mendapat tugas dari Muchdi Purwopranjono untuk membunuh Munir'.

Surat kemudian ditandatangani dan disimpan dalam amplop BIN dengan nomor R-451/VII/2004. yang kemudian langsung diberikan Polly pada Indra Setiawan, Presiden Direktur PT Garuda Indonesia Airways. Polly akhirnya ditugaskan sebagai corporate security seperti yang diminta.

Selanjutnya, Polly menelepon telefon Munir. Yang diangkat oleh Suciwati (Istri Munir) untuk bertanya kapan Munir akan pergi. Suci menjawab kalau suaminya akan pergi pada Senin, 6 September 2022 di Garuda Boeing 747.400 Penerbangan GA-974.

Polly juga mengatur agar bisa bergabung dengan penerbangan sebagai kru tambahan. Polly seharusnya menjadi pilot utama penerbangan ke Peking, China dari 5 September -9 September 2004.

Jadi, pada penerbangan Senin, Polly bisa menerbangkan pesawat bersama Munir yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Pukul 23.32 WIB, setelah terbang sekitar 120 menit, pesawat mendarat di Bandara Changi Singapura.

Polly yang sudah bertemu dengan Munir, membawa korban ke Coffee Bean melalui Gerbang 42. Munir menunggu Polly yang memesankan dua minuman, yang mana satunya sudah dimasukkan racun arsenik untuk korban.

Munir menghabiskan minum yang diberikan Polly kepadanya. Selanjutnya, Munir kembali ke pesawat untuk melanjutkan penerbangan. Sementara Polly kembali ke Jakarta.

Polly menghubungi Budi Santoso dan menyatakan 'Menemukan Ikan Besar di Singapura' pada Selasa, pukul 10.47 siang. Catatan: Ikan Besar (Big Fish) merupakan idiom Bahasa Inggris yang berarti orang penting, sukses, atau berpengaruh (bisa jadi dalam hal ini adalah Munir).

Sementara itu, Munir meninggal dua jam sebelum pesawat mendarat di atas langit Rumania di Bandara Schipol Amsterdam, Belanda.

Berdasarkan hasil otopsi pihak berwenang Belanda, tubuh Munir mengandung 3,1 miligram racun arsenik. Ada proses pengadilan dalam kasus ini. Namun, tabir misteri tidak pernah terungkap dengan jelas.

Selanjutnya, Bjorka juga menceritakan proses pengadilan dari para tersangka yang diduga melakukan pembunuhan terhadap Munir.

Bjorka bahkan menyebut nama Ketua BIN saat itu AM Hendropriyono serta Presiden Indonesia yang menjabat, Megawati Soekarnoputri karena menurut ia, seorang bawahan tak mungkin bisa bertindak sendiri tanpa perintah atasan.

Bjorka juga sempat menyebut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menurutnya selalu berjanji akan menuntaskan kasus Munir, tapi tak ada tindakan nyata.

Menurut Bjorka kasus Munir terancam kadaluarsa bila tidak ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat. Komitmen Jokowi dipertanyakan dalam menegakan kasus pelanggaran HAM.***

Editor: Ardy Milik

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler