Pakar Militer Ungkap Kemungkinan Kekalahan Amerika Serikat Jika Terjadi Perang dengan China

- 5 Maret 2021, 12:19 WIB
Ilustrasi. China kerahkan kapal perang untuk latihan tempur di pulau yang tersembunyi. Petty Officer 3rd Class Nicholas Huynh/U.S. Navy/Handout via REUTERS
Ilustrasi. China kerahkan kapal perang untuk latihan tempur di pulau yang tersembunyi. Petty Officer 3rd Class Nicholas Huynh/U.S. Navy/Handout via REUTERS /Petty Officer 3rd Class Nicholas/via REUTERS

MEDIA KUPANG - Perang urat syarat Amerika Serikat dan China masih terus berlanjut. Dua negara adidaya ini terlibat persaingan strategis paling ketat di dunia. 

Peringatan akan kemungkinan kuat Amerika Serikat bisa saja kalah jika terjadi perang dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China diungkap pakar militer AS, Lyle Goldstein. 

"Sangat masuk akal untuk mengatakan tidak ada jaminan kemenangan pada fase pertama," kata Prof. Goldstein dari Institut Studi Maritim China Naval War College di Newport, Rhode Island, seperti dikutip dari Pikiran-Rakyat.com dari Express, Jumat, 5 Maret 2021.

Dia mengatakan skenario untuk konfrontasi semacam itu bervariasi secara substansial tetapi memperingatkan semua 'sangat menantang' bagi pasukan AS.

"Saya pikir China sekarang memiliki kekuatan yang memadai, termasuk udara, rudal, peperangan elektronik, operasi spek, angkatan laut, bawah laut dan nuklir untuk kemungkinan menang di fase pertama dan mungkin di fase berikutnya juga," ujar Goldstein.

Baca Juga: CPNS 2021, Pemerintah Siapkan 189 Ribu Kursi untuk Pegawai Daerah Se-Indonesia

Dia menambahkan persenjataan memiliki peran cukup penting tetapi mengatakan China akan diunggulkan karena geografi yang menguntungkan, kemauan yang lebih besar dan kemauan untuk menyerang lebih dulu.

Beijing dan Washington tetap berselisih atas wilayah luas wilayah maritim dan pulau-pulau yang diperebutkan di China Selatan dan Timur. AS menuduh China mencoba memiliterisasi wilayah tersebut untuk mendapatkan dominasi atas negara tetangganya.

Kehadiran militer AS di perairan sengketa itu terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan tampaknya tidak akan berkurang di bawah pemerintahan baru Joe Biden.

Halaman:

Editor: Royan B

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah