Menurut Ansy Lema, seleksi Akpol harus memperhatikan prinsip keadilan dan representasi wilayah. Akpol sebagai wadah candradimuka pembentukan calon pemimpin Polri dan bangsa harus memberikan kesempatan yang sama kepada putra NTT untuk turut berpartisipasi. Karena NTT memiliki putra-putri daerah berkualitas baik yang layak masuk Akpol.
“Saya tidak yakin putra-putri daerah dari NTT tidak layak masuk Akpol. Buktinya, NTT memiliki lulusan Akpol yang berprestasi dan mampu mengemban jabatan tinggi di Polri. Misalnya Irjen Polisi (Purn) Yakobus Jacki Ully, Irjen Polisi Herry Rudolf Nahak (Kasespim Lemdiklat Polri), Irjen Polisi Johanis Asadoma (Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri), dan lain-lain. Bahkan, Jenderal Herry Nahak adalah lulusan terbaik Akpol angkatan 1990 sehingga dianugerahi Adhi Makayasa,” kata Ansy.
Menurut Ansy Lema, berdasarkan prinsip Indonesiasentris dan kenusantaraan, Polri harus memberikan kuota khusus kepada putra-putri daerah NTT dalam seleksi Akpol, dan kuota itu harus diisi anak-anak NTT.
Baca Juga: RUU Sisdiknas Bawa Berita Baik bagi Guru
Pemberlakuan kuota dapat memberikan kesempatan lebih luas kepada generasi muda NTT untuk terlihat membangun bangsa sebagai perwira Polri.
“Kapan akan lahir calon pemimpin-pemimpin Polri dari NTT, jika kuota untuk NTT malah diisi Catar dari luar NTT? Maka, kuota khusus untuk NTT harus diisi putra NTT. Buat sosialisasi dan undang anak-anak muda berkualitas dari NTT untuk ikut seleksi Akpol. Saya yakin dan optimis anak-anak muda NTT dapat berprestasi di Polri setelah menjalani pelatihan dan pendidikan di Akpol,” tambah Ansy.
Akhirnya, Ansy berharap rekrutmen Bintara Taruna Akpol dan Calon Siswa Bintara di kepolisian harus berdasarkan merit sistem yang mengandalkan prinsip transparansi, kualifikasi, dan kompetensi.
Untuk menjalankan pelayanan prima sesuai visi PRESISI (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, dan Berkeadilan) saat ini, Polri membutuhkan SDM muda yang berkapasitas, profesional, dan berkarakter unggul.***