Refleksi Tentang Kehidupan Seorang Imam Katolik Atas Pertanyaan Siapakah Seorang Imam

- 8 Oktober 2022, 19:46 WIB
Para Imam dan Frater Vocationist Fathers Saigon, Vietnam
Para Imam dan Frater Vocationist Fathers Saigon, Vietnam /AS Rabasa /P. Kasianus Nana, SDV

Goresan seperti ini, mungkin berjuta juta- penulis sudah mengartikannya dengan baik dan sempurna. Namun, menelaah langkah perjalanan ini, saya mengalami berbagai pengalaman perjumpaan dengan yang lain, di mana saya memulai karya misi Tuhan yang dipercayakan dalam misi kongregasi Vocationist di tanah misi ini.

Banyak orang beranggapan bahwa menjadi Imam adalah profesi yang santai, suka berpakaian nyentrik, mudah mencari uang. Setiap hari, hanya perlu merayakan misa, mempersiapkan kuliah, berkonsultasi serta membuat dokumen, kadang-kadang muncul di sana-sini menyerukan kontribusi untuk konstruksi, amal.

Baca Juga: Kebakaran di Kantor Kelurahan Reok, Manggarai. Hanya Laptop dan Printer yang Tersisa

Seorang imam terlihat seperti seorang imam Master of Ceremony (MC) mengkhususkan diri dalam memperkenalkan Tuhan kepada orang lain, atau psikolog yang memecahkan masalah, atau seperti seorang tukang yang mengkhususkan diri dalam menyerukan konstruksi dan amal. Kelihatannya seperti itu, tetapi hanya sedikit orang yang memahami dan menyadari keluhuran imamat.

Banyak orang beranggapan bahwa seorang Imam itu seperti pekerjaan MC, karena setiap kali seorang imam merayakan Misa, ia harus berkhotbah, berbicara tentang Tuhan, menghadirkan Tuhan, serta mengajar orang lain untuk hidup dengan baik. Sepertinya tuan rumah menggunakan kefasihannya untuk menarik, serta memperkenalkan sesuatu kepada orang lain. Namun ada hal lain di sini, yaitu Imam tidak hanya mengatakan pernyataan-pernyataan tetapi menyatakan apa yang dikatakannya.

Seorang imam tidak hanya sebagai MC ketika dia mengatakan apa pun yang ingin dia katakan, dia juga tidak berhenti berbicara atau berkata baik, tetapi berbagi pengalaman Iman yang hidup dengan Tuhan. Oleh karena itu, untuk berkhotbah, seseorang harus terlebih dahulu memiliki pengalaman spiritual, pengalaman pribadi dengan Tuhan dan kehidupan doa sehingga ketika berkhotbah, bertekad untuk tidak bodoh atau bisu. Selain itu, setiap kuliah tidak hanya memperkenalkan seseorang, produk seperti seorang MC pada umumnya, tetapi juga membawa orang lain kepada Tuhan, membantu membangkitkan semangat moral.

Baca Juga: Ini Agama Asli Penyanyi Cilik Farel Prayoga

Orang lain lagi berpikir bahwa mungkin Imam seperti seorang psikolog, konsultan untuk memecahkan masalah bagi orang lain. Sebagian orang menganggap Imam itu seperti orang yang ahli dalam menghilangkan keterikatan beban, tempat untuk melegakan psikologi orang lain ketika mereka memiliki masalah. Namun, lagi dan lagi, Imam bukanlah seorang psikolog atau konsultan, melainkan Imam adalah ahli spiritual. Bersedia membantu orang lain saat membutuhkan, membantu orang lain menyadari dan melakukan kehendak Tuhan.

Imam ibaratnya saluran untuk menyampaikan rahmat Tuhan kepada semua orang. Berbeda dengan gambaran perumpamaan yang sering disamakan oleh banyak orang, Imam itu seperti tong sampah sehingga setiap kali seseorang berbuat dosa, kita pergi ke sana untuk membuangnya, tempat untuk menemukan kedamaian. Hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, Imam hanya melakukannya atas nama Tuhan.

Halaman:

Editor: AS Rabasa

Sumber: P. Kasianus Nana, SDV


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x