Obsesi DKP Alor 'Mendulang' Rupiah Dari Budidaya Ikan Air Tawar

- 19 Desember 2020, 20:18 WIB
Kegiatan pembuatan bioflok (wadah pembesaran) ikan air tawar di Alor
Kegiatan pembuatan bioflok (wadah pembesaran) ikan air tawar di Alor /

 

Obsesi DKP Alor "Mendulang"  Rupiah Dari Budidaya Ikan Air Tawar

MEDIAKUPANG.COM, ALOR - Kehidupan masyarakat Kabupaten Alor tidak terlepas dari laut, karena secara geografis kabupaten ini merupakan wilayah kepulauan yang dikelilingi laut dengan garis pantai mencapai 669,64 Km persegi.

Memiliki garis pantai yang panjang tersebut, sehingga kaya akan potensi sumber daya perikanan yang tinggi, apalagi ditunjang dengan perairan laut Alor yang berbatasan dengan laut Flores dan selat Makasar yang kaya akan planton sebagai sumber makanan ikan.

Karena memiliki kekayaan laut yang besar yang dipenuhi berbagai jenis ikan, sehingga mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, mulai dari menafkahi hidup dari usaha laut, hingga pola komsumsi masyarakat yang terbiasa dengan ikan laut.

Untuk itu tidak heran jika orang berpikir bahwa instansi tekhis Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Alor lebih "mengurus" soal sektor kelautan, sehingga lebih banyak bergaul dengan nelayan dan jasa lainnya yang berhubungan dengan laut.


Namun bila ditelisik secara detail urusan DKP ini tidak hanya pada sektor laut, namun juga masyarakat petani, peternak, masyarakat umum lainnya mulai dari wilayah perkotaan hingga desa dipegunungan menjadi wilayah garapan DKP atau bisa dikatakan DKP Alor tidak hanya mengurus ikan di laut, namun ikan yang dibudidayakan didarat atau dengan sebutan ikan air tawar juga dikembangkan.

Pengembangan atau budidaya ikan air tawar ini memang patut diakui dalam beberapa tahun belakangan ini baru serius atau gencar dilakukan, karena baru disadari akan peluangnya, yakni sebagai pemenuhan pangan bernilai gizi tinggi bagi masyarakat dan peluang ekonomi baru bagi masyarakat dan pendapatan bagi daerah.

Namun hal penting berikutnya potensi ini dikembangkan karena kabupaten Alor memiliki potensi air yang besar yang cocok untuk pembudidayaan ikan air tawar.

Alasan yang mendasar tersebut bukan sebuah khayalan, namun hal tersebut sudah melalui kajian, dan belajar pengalaman dari daerah lain yang telah berhasil dalam pembudidayaan ikan air tawar, meski daerah yang dimaksud potensi pembudidayaan sangat terbatas.

Berkaitan dengan pembududayaan ikan air tawar di Kabupaten Alor ini, Kepala Bidang Pengelolaan Pembudidayaan Ikan DKP Kabupaten Alor, Ako Lapenangga kepada Wartawan pada Rabu 16 Desember 2020 di Kalabahi menjelaskan, dalam beberapa tahun belakangan ini, pihaknya secara serius melakukan pengembangan ikan air tawar.

Pengembangan ini, karena didukung dengan potensi sumber air yang sangat bagus. Sehingga masyarakat didorong untuk memanfaatkan lahan pekarangannya untuk pembudidayaan ikan air tawar.

Menurut Ako, pengembangan ikan air tawar dengan jenis Lele dan Nila di Kabupaten Alor meski masih terbatas, namun sejumlah kelompok yang melakukan pembudidayaan telah berulangkali panen.

"Memang diakui hasil panen yang ada masih sebatas pemenuhan kebutuhan pangan, namun ada sebagiannya telah menjadikan sebagai nilai ekonomi dengan menjual kepada pengusaha warung makan," jelas Ako.

Ako melanjutkan, pengembangan ikan air tawar di Kabupaten Alor saat ini tersebar hampir di semua kecamatan, dan akan dikembangkan terus termasuk di wilayah Pantar.

Meski pembudidayaannya telah pada tahap panen, namun Ako masih melihat tingkat keberhasilan usaha tersebut baru pada tahap merubah pola pikir masyarakat. Pasalnya ikan air tawar di Kabupaten Alor belum "familiar" dengan masyarakat dalam hal komsumsi, karena masyarakat terbiasa dengan ikan air laut.

"Namanya ikan lele itu nilai gizinya tinggi. Omega 3 (tiga) tinggi. Ini baik untuk dikomsumsi karena bisa mencegah stunting dan kesehatan tubuh lainnya," ungkap Ako.

Bagaimana perkembangan budidaya ikan ini di Kabupaten Alor ?, Ako menjelaskan, pengembangannya dengan pendekatan kelompok atau komunitas, kemudian pemerintah memfasilitasi dengan sarana dan bibit ikan. Untuk bibit ikan sendiri tersedia di Balai Benih Dulionong Kantor DKP Alor.

Dimana, tiap tahunnya produksi bibit ikan di balai benih sebanyak 30 ribu-40 ribu ekor.

Kabid Pengelolaan Pembudidayaan Ikan DKP Alor
Kabid Pengelolaan Pembudidayaan Ikan DKP Alor

Dengan jumlah bibit ini, kata Ako, sangat mencukupi untuk pengembangan di kelompok, sehingga untuk Kabupaten Alor tidak sibuk untuk mendatangkan bibit dari luar daerah atau dari Jawa seperti daerah lain.

Dalam pengembangannya, ungkap Ako, dari DKP terus mendampingi kelompok dengan melakukan pelatihan untuk perawatan ikan.

Ako melanjutkan, upaya pengembangan ikan air tawar yang dilakukan pihaknya mendapat apresiasi dari Kementerian DKP, sehingga belum lama ini mendapat dukungan untuk pembangunan bioflok atau wadah bundar guna melakukan pembesaran ikan. Wadah ini dibangun di Wilayah Mebung, Kecamatan Alor Tengah Utara (ATU).

Bioflok ini merupakan proses pembesaran ikan air tawar yang lebih modern, dimana prosesnya bibit diambil dari kelompok kemudian di lepas dalam wadah (terpal) bundar tersebut untuk menjalani proses pembesaran.

"Kalau bioflok kapasitas padat tebar dengan ukuran bibit 5-8 Cm mencapai 1,000 ekor, sedangkan kalau di kolam biasa hanya bisa tampung 500 ekor. Untuk Kabupaten Alor baru satu bioflok yang baru habis bangun di Mebung," ungkap Ako.

Ako menandaskan, dirinya bukan ambisi, namun merupakan sebuah obsesi, yakni target DKP hasil budidaya ikan air tawar di Kabupaten Alor selain untuk kesejahteraan masyarakat, juga bisa menyumbangkan 'pundi-pundi' untuk pendapatan daerah. Hal tersebut merupakan obsesi rasional, karena hasil produksi ikan lele selain dipasarkan dalam daerah, juga akan di respon oleh pasar luar.

Bahkan untuk dipasarkan, tidak hanya ikan yang usia panen, tetapi Alor juga siap menjadi sumber benih. Kabupaten lain yang ingin benih, tidak perlu harus memesan di Jawa, namun bisa membeli bibit ikan di Alor.

"Untuk ikan usia panen biasanya di jual Rp30 ribu - Rp40 ribu perkilo, dan untuk 1 kg berisikan 5-10 ekor," sebut Ako.

Sementara itu salah seorang masyarakat penerima bantuan budidaya ikan air tawar dari DKP Kabupaten Alor, John L. Maro yang ditemui Wartawan di lahan kolam ikannya di desa Lendola, Kecamatan Teluk Mutiara, pada Rabu 16 Desember 2020 menceriterakan pengalamannya.

Menurut Maro, awal dirinya tertarik untuk membudidayakan ikan air tawar tersebut diyakini oleh mantan anggota DPRD Kabupaten Alor, Deni Lalitan yang sebelumnya telah melihat lokasi lahan kebunnya yang memiliki potensi air yang besar.

Hal ini, jelas Maro, kemudian ditindaklanjuti oleh DKP9 Kabupaten Alor dengan memberikan dukungan pembuatan kolam dan bibit ikan. Hasil budidayanya hampir selama 1 tahun ini telah dilakukan panen sebanyak 3 kali.

Maro mengatakan, hasil panennya saat ini belum dipasarkan, namun masih sebatas komsumsi dengan membagikan kepada masyarakat.

"Kita masih cari informasi pasar, sehingga untuk panen berikutnya kita bisa menjualnya," ungkap Direktur Yayasan Lendola yang saat ini juga mengembangkan usaha ayam petelur.

Maro menambahkan, dirinya yakin apabila pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Alor secara maksimal, maka daerah akan mendulang rupiah untuk menambah pendapatan kas daerah dari sektor perikanan.***

Editor: Okto Manehat


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x