Sebulan Terakhir Lebih dari 60 Ekor Sapi di Fulan Fehan Mati Diserang Penyakit, Begini Gejala Klinis

4 Desember 2022, 23:58 WIB
Sebulan Terakhir Lebih dari 60 Ekor Sapi di Fulan Fehan Mati Diserang Penyakit, Begini Gejala Klinisnya /Kundus Loe/Media Kupang

MEDIA KUPANG - Sejak sebulan terakhir petani peternak sapi di Fulan Fehan, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen mengeluh.

Mereka mengeluh lantara ternak sapi mereka menderita penyakit dan mati.

Jumlah ternak sapi yang telah mati akibat terserang penyakit itu sudah lebih dari 60 ekor.

Baca Juga: Dinas PUPR Belu Kolaborasi dengan Masyarakat Perbaiki Penahan Roboh

Salah seorang peternak sapi di Fulan Fehan, Gusti Suri kepada Media Kupang di Fulan Fehan, Minggu 4 Desember 2022 mengatakan, ternak sapi yang mati itu diduga karena terserang penyakit menular.

"Rata-rata, sapi yang mati adalah sapi yang belum divaksin," ungkap Gusti.

Dikatakannya, ternak sapi yang mati dalam bulan November 2022 sudah 60-an ekor lebih di antaranya sapi betina dan sapi anak.

Baca Juga: KBG Renya Rosari Paroki St Eduardus Watunggong Perbaiki Jalanan yang Rusak Parah Sebagai Bentuk Aksi Natal

"Jika penyakit ini sudah kena sapi, sapi akan mati dalam waktu 2 hari jika tidak ditangani dengan cepat dan yang mati ini sapi induk dan anak sapi," ujarnya.

Mengenai gejala klinisnya, Gusti menjelaskan bahwa  sebelum mati, sapi-sapi tersebut mengalami lutut, kaki dan rahang sapi akan bengkak, tidak mau makan rumput, dan dikerumunin lalat yang berlebihan.

"Penyakit ini tidak hanya ada di Fulan Fehan saja tetapi ada juga di berapa kampung sekitaran Fulan Fehan," tutupnya.

 

Mengenal Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Penyebab matinya sapi milik warga Desa Dirun di Fulan Fehan belum diketahui secara pasti karena belu dilakukan konfirmasi ke pihak yang berkompeten.

Namun Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sempat mencuat beberapa waktu lalu termasuk di NTT. Banyak yang belum tahu apa itu PMK.

Dilansir pertanian.kulonprogokab.go.id 

PMK adalah penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100% dan kerugian ekonomi sangat tinggi. PMK memiliki 7 varian yang berbeda.

PMK disebabkan oleh virus dengan genus Aphthovirus dari famili Picornaviridae.

Apa saja gejala dari PMK?

PMK dapat dikenali dengan adanya luka seperti sariawan di rongga mulut yaitu di gusi dan lidah, di sela-sela kuku kaki, dan bisa di ambing susu hewan betina.

Selain itu, hewan yang terinfeksi akan mengalami demam (suhu 39-41 derajat Celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut, beberapa mengalami pincang, luka di kaki-kuku, sulit berdiri, gemetaran, nafas cepat, dan produksi susu menurun drastis.

 

Bagaimana cara mendiagnosa penyakit PMK?

PMK dapat didiagnosa dengan sampel jaringan dari vesikel (sariawan), sampel darah, dan sampel cairan kerongkongan. Diagnosa laboratorium bisa dilakukan di BBVet Wates dengan metode ELISA.

PMK tidak bisa diobati, tetapi bisa diredakan gejala yang timbul dengan pengobatan simptomatis.

Bagaimana cara menanggulangi dan memberantas PMK?

Pembatasan lalu-lintas ternak (masuk dan keluar) dari dan menuju ke daerah wabah. Untuk sekarang daerah wabah adalah Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto Provinsi Jawa Timur.

Pemusnahan jeroan dari hewan yang terinfeksi PMK.
Melakukan vaksinasi minimal 70% dari populasi di daerah terancam.

Apa yang bisa kita lakukan untuk ikut andil dalam penanggulangan dan pemberantasan PMK?

Tidak melakukan jual-beli hewan ternak untuk sementara ini, khususnya dari daerah Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto Provinsi Jawa Timur.

Apabila menemukan hewan ternak dengan gejala seperti mulut keluar lendir berlebih atau berbusa, ada luka seperti sariawan di lidah, gusi, kuku kaki, dan ambing, mohon untuk dilaporkan ke Puskeswan terdekat atau langsung ke Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo. *** (Kundus Loe/Media Kupang)

Editor: Fredrik Bau

Tags

Terkini

Terpopuler