Tentang Wisata Pulau Komodo, Prof Emil Salim : Itu Binatang Unik yang Bukan untuk Dikomersilkan

22 Juli 2022, 08:31 WIB
Prof Emil Salim Ketika Berbicara tentang Pulau Komodo /Anggel/Tangkapan layar Youtube @SystemDynamics

 

MEDIA KUPANG - Pulau Komodo Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT, deberitakan akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yakni PT Flobamor yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disparekraf NTT, Zeth Soni Libing.

Berkaitan dengan berita ini, Pakar Lingkungan Hidup Indonesia, Prof. H. Emil Salim, Ph.D memberikan tanggapan tentang masa depan komodo.

Dikutip MediaKupang.Pikiran-rakyat.com dari youtube @SystemDynamics, tanggal 22 Juli 2022, Prof Emil Salim menyampaikan bahwa jangan samakan wisata komodo kita dengan wisata bali atau kebudayaan.

Baca Juga: Jokowi Minta Pengusutan Kasus Kematian Brigadir J Jangan Ada yang Ditutup-tutupi

Wisata komodo adalah wisata dengan leaving critcher, binatang yang historis.

Yang kita persoalkan adalah pola pariwisata dengan nyawa hewan. Komodo adalah makluk hidup yang uniknya itu menjadi daya tarik yang harus kita pertahankan.

Strategi pariwisata di daerah komodo jangan diletakan pada jumlah kuantitas tamu, tapi pada keterbatasan kualitas tamunya itu, yang menjadi objek pariwisata bukan barang mati, tegas Prof Emil Salim.

Poin pertama orientasi kita terhadap komodo harus berubah. Bukan sebagai objek turissetnya tetapi sebagai objek makluk yang unik. Ribuan tahun masih hidup di Republik Indonesia ini, ini adalah kekayaan luar biasa dari Sang Pencipta. Maka binatang tidak hidup sendiri, dia bergantung pada ekosistem alam sekitarnya.

Baca Juga: Jadi Ketua ASEAN 2023, ini Prioritas Indonesia untuk Timor Leste

Bukan jumlah uang wisata yang naik menjadi patokan tapi berapa besar toleransi yang bisa diterima oleh lingkungan komodo.

Jadi komodo tidak menjadi korban dari jumlah pengunjung, komodo kita teralu berharga untuk dikorbankan sebagai objek komersial memperoleh uang.

Jadikan komodo kita bukan objek turis tapi subjek turis. Bukan komodo yang harus menyesuaikan dengan jumlah turis melainkan jumlah turis yang harus dikendalikan sesuai dengan daya serap, daya tampung dari kemampuannya komodo.

Kalau perlu tarif dinaikan sebagai pengganti jumlah yang dibatasi, bukan jumlah turis yang ditambah. Tetapi tetapkan satu filing diatas filing itu tarif naikan sebagai pengganti dari jumlah.

Baca Juga: Yuk Lihat Apa Ramalan Zodiak Anda, Jumat 22 Juli 2022, Pisces Hari Yang Fantastis

Dengan demikian komodo kita harap tetap bisa hidup sepanjang zaman, masih banyak yang perlu diorientasi pembangunan pariwisata daerah Labuan Bajo bukan pariwisata oriented tapi survivor pelestarian, peningkatan dari pada komodo yang unik itu.
Dengan tercapainya pelestarian itu, menjadi daya tarik pariwisata.

"Saya mungkin sebentar lagi tidak ada, tetapi komodo harus tetap ada, met off zonder kita dalam dunia ini. Sepakati itu yang harus kita tanam, bahwa kita membangun komodo bukan sebagai objek tetapi komodo sebagai subjek yang unik pemberian Tuhan pada alam Indonesia," tuturnya.***

Editor: Primus Nahak

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler