Gunakan Terasering, KWT Melati Sukses Kembangkan Holtikultura

- 14 Juni 2021, 11:23 WIB
Tanaman holtikultura jenis tomat, yang dikembangakan oleh KWT Melati melalui sistem terasering
Tanaman holtikultura jenis tomat, yang dikembangakan oleh KWT Melati melalui sistem terasering /Media Kupang/Eryck S.

Eros menambahkan, harga jual itupun disepakati oleh semua anggota kelompok, setelah pihaknya mengecek harga tomat di Pasar Alok, Maumere tersebut.

Sedangkan untuk masa panen yang ketiga, mereka mendapatkan 600 Kg dan dijual dengan harga Rp11.000 per kilogramnya.

Baca Juga: Pemilihan Putera-Puteri Tari Indonesia 2021, Bupati Sikka Sebut Belum Bisa Memberikan yang Terbaik

Dirinya pun menceritakan, pada awalnya mereka mengalami kesulitan karena lahan tanaman tomat itu berada di kemiringan dan semua anggota kelompoknya perempuan, yang tidak rutin bekerja di kebun.

"Awalnya kami sulit membuka lahan ini, karena kami harus buat bedeng dengan menggunakan terasering. Kami semua ini ibu-ibu dan bukan setiap tahun kerja kebun, tetapi hanya membantu suami saja," ucapnya.

"Tapi sebagai ketua, modal saya adalah berani menjalankan kegiatan selama ini," tambahnya.

Ketua KWT Melati, Desa Riit, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Salviana Erosvita ketika berada di lahan tomat milik kelompoknya
Ketua KWT Melati, Desa Riit, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Salviana Erosvita ketika berada di lahan tomat milik kelompoknya Media Kupang/Eryck S.

Menurut perempuan 54 tahun ini, yang mengajarkan pihaknya untuk menanam tanaman tomat itu yakni Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Nita.

Yang mana, sebelum melakukan budidaya tananam holtikultura ini, mereka mendapatkan pelatihan melalui Sekolah Lapang (SL).

Disampaikan Eros juga, sejak awal kelompok mereka beranggotakan 14 orang. Namun, dalam perjalanan tinggal 12 orang saja, karena dua orang lainnya mempunyai halangan dan sudah sangat tua.

Halaman:

Editor: Eryck S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah