Benderah Merah Putih Berkibar di Kota Terlarang Beijing saat Kunjungan Jokowi, Kenali Apa Itu Kota Terlarang

27 Juli 2022, 11:34 WIB
Merah Putih Berkibar di Kota Terlarang Beijing /Antara/

 

MEDIA KUPANG - Bendera Indonesia berkibar berbarengan dengan bendera nasional China di depan pintu utama Istana Kota Terlarang, Beijing, China, Selasa 26 Juli 2022 kemarin.

Berkibarnya benderah kedua negara di Kota Terlarang itu berkenaan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) di negara itu.

Berkibarnya bendera merah putih di Kota terlarang Beijing inipun sempat menarik perhatian publik dan santer diberitakan.

Baca Juga: Mengaku Dipukul Warga Sipil, Oknum Anggota TNI Melapor ke Polres Belu

Lantas seperti apa sebenarnya Kota Terlarang di Beijing itu?

Mengutip China Culture.com, Kota terlarang adalah kediaman keluarga kekaisaran selama dua dekade terakhir Dinasti Ming dan Qing.

Namanya berasal dari Zǐjìn Chéng, kenyataan sebelumnya, lokasi yang menyerupai kota kecil ini ini dilarang untuk orang asing memasukinya.

Arsitektur kompleks mengesankan ,tapi sebagian besar barang-barang berharga seperti lukisan dan porselen dibawa ke Taiwan oleh Chiang Kai - shek ( Jiǎng Jieshi dalam bahasa Mandarin ) dan ditampilkan di museum Taipei ( ( Taibei dalam bahasa Mandarin )

Kota Terlarang sendiri sebelumnya terletak di utara pusat kota Beijing. Diantara poros selatan dan bukit buatan kecil, Bukit Batubara .

Kota Terlarang mempunyai luas 960m panjang dan lebar 750 m. Dinding dari 7 sampai 10m tinggi dan parit yang lebar 52m.

Selama pendudukan oleh para kaisar dari dua dinasti terakhir selama lima abad ,
tidak ada bangunan lain di Beijing yang bisa melebihi orang-orang dari Kota Terlarang. Courtyard yang diaspal dengan hampir 12 juta batu bata dan Kota Terlarang terdiri dari sekitar 9.000 kamar.

Baca Juga: Ini Sejumlah Hal Penting yang Dibahas Presiden Jokowi dan Vladimir Putin di Istana Kremlin

Kota Terlarang juga dikenal sebagai Old Palace, tetapi lebih mengacu tepatnya
bagian tengah Kota Terlarang tanpa bagian antara Gerbang Kedamaian Surgawi (Tiān'ānmén) Dan South Gate (Wǔmén).

Sejarah Kota Terlarang

Ini adalah kaisar Yongle , yang memutuskan untuk memindahkan ibukota dari Nanjing ke Beijing.

Pembangunan Kota Terlarang dimulai pada 1406 dan berlangsung empat belas tahun yang sangat cepat untuk sebuah bangunan ukuran ini. Lebih dari 200.000 pengrajin berpartisipasi dalam pembangunan.

Bahan pembangunan Kota Terlarang berasal dari seluruh penjuru kekaisaran : batu dari daerah Beijing ,marmer dari Shanghai , kayu dari provinsi Yunnan dan Sichuan dan batu bata dari Shandong. Konstruksi bersekutu teknik modern waktu sekaligus mempertahankan fitur estetika dan simbolis tradisi.

Kota Terlarang sempat terputus dari dunia luar sampai 1924 ketika Puyi ,kaisar terakhir , diusir.

Kota Terlarang sering terbakar , sering diproduksi oleh kasim dan abdi dalem yang memperkaya diri mereka sendiri melalui karya rekonstruksi.

Pada tahun 1664 , Manchu membakar istana menjadi abu untuk membangun kembali istana dinasti baru di bekas Kota Terlarang dengan bahan berkualitas tinggi dari seluruh kerajaan.

Sebagian besar bangunan yang terlihat
hari ini berasal dari abad kedelapan belas. Selama abad kedua puluh , Kota Terlarang sempat dua kali diubah struktur bangunannya. Pertama oleh tentara Jepang , dan oleh Kuomintang , yang melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949.

Saat ini, Kota Terlarang dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1987 oleh UNESCO sebagai "Istana Kekaisaran Dinasti Ming dan Qing" karena peran besarnya dalam perkembangan arsitektur dan budaya Tiongkok.

Saat ini, Kota Terlarang dikelola oleh
Museum Istana, yang sedang melaksanakan proyek restorasi enam belas tahun untuk memperbaiki dan memulihkan semua bangunan di Kota Terlarang ke keadaan sebelumnya.

Walaupun tidak lagi ditempati oleh kalangan bangsawan, Kota Terlarang tetap merupakan simbol dari kekuasaan Tiongkok.

Gambarnya sendiri muncul pada lambang negara Republik Rakyat Tiongkok. Museum Istana sekarang ini merupakan salah satu lokasi yang paling menarik wisatawan di dunia.***

Editor: Marselino Kardoso

Tags

Terkini

Terpopuler