Pemimpin Al-Qaeda Tewas, Presiden AS: Keadilan Telah Ditegakkan

2 Agustus 2022, 18:06 WIB
Dua pemimpin Al-Qaeda, Osama Bin Laden (kiri) dan Ayman al-Zawahiri (kanan). Keduanya ditewaskan oleh AS. /Reuters/Hamid Mir

MEDIA KUPANG - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengklaim telah membunuh pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri dalam serangan drone di pusat kota Kabul, Afghanistan pada
Minggu malam, 31 Juli 2022 waktu setempat. Klaim tersebut menjadi pukulan terbesar bagi Al-Qaeda sejak pendirinya, Osama Bin Laden tewas pada 2011 lalu.

Zawahiri menjadi pemimpin Al-Qaeda setelah Bin Laden tewas. Selama bertahun-tahun, ia mengorganisir kelompok militan tersebut. Zawahiri turut mendalangi serangan pada 11 September 2001 di AS yang hampir 3.000 orang.

Ahli bedah asal Mesir itu menjadi salah satu teroris paling dicari dunia, khususnya AS. Pemerintah AS bahkan menghadiahi siapa pun yang membunuh Zawahiri dengan uang
sebanyak US$25 juta.

Baca Juga: Rusia Klaim Telah Hancurkan Batalion Pasukan Elit Ukraina, Semua Peralatan Tempur Dinonaktifkan

Kabar tentang tewasnya Zawahiri diumumkan secara langsung oleh Presiden AS, Joe Biden di Gedung Putih pada Senin, 1 Agustus 2022 waktu setempat.

"Keadilan telah ditegakkan dan pemimpin teroris ini tidak ada lagi," kata Biden seperti dikutip Media Kupang.com dari Reuters .

Biden juga mengatakan, AS tidak peduli berapa lama dan di manapun Zawahiri bersembunyi. “Kalau Anda jadi ancaman bagi rakyat kami, Amerika Serikat akan mengawasi dan membawa Anda keluar.”

Dalam serangan tersebut, Biden pun mengklaim bahwa tidak ada warga sipil yang tewas. Hal ini juga ditegaskan Abdul Nafi Takor, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.

“Tidak ada korban jiwa karena rumah dalam keadaan kosong,” kata Abdul.

Di pihak lain, pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa pada pagi hari 31 Juli 2022, Zawahiri berdiri sendiri di balkon rumahnya di Kabul. Sebuah drone AS lalu peluncuran rudal Helfire.

Intelijen AS meyakini, orang yang tewas adalah Zawahiri. Serangan drone itu juga merupakan serangan pertama AS di Afghanistan sejak pasukan dan diplomat AS meninggalkan negara itu pada Agustus 2021 lalu.

Sebelumnya, pada 25 Juli 2022 Biden mengumpulkan anggota kabinet dan penasehat utama untuk menerima pengarahan terakhir. Dalam pertemuan itu, mereka membahas bagaimana pembunuhan Zawahiri akan mempengaruhi hubungan AS dan Taliban.

Setelah mendapat berbagai masukan, Biden mengizinkan layanan udara yang tepat dengan syarat dan risiko korban sipil. Baginya, serangan itu merupakan upaya penegakan keadilan.***

 

Editor: Efriyanto Tanouf

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler