Aparat Myanmar Kembali Tembaki Demonstran Sehari setelah Pembakaran Pabrik Cina

- 15 Maret 2021, 18:53 WIB
Relawan palang merah Myanmar membawa seorang demonstran yang ditembak pasukan keamanan saat unjuk rasa anti-kudeta militer di Thingangyun, Yangon, Myanmar 14 Maret 2021
Relawan palang merah Myanmar membawa seorang demonstran yang ditembak pasukan keamanan saat unjuk rasa anti-kudeta militer di Thingangyun, Yangon, Myanmar 14 Maret 2021 /REUTERS/Stringer/

Jepang, yang telah lama memperebutkan pengaruh di Myanmar dengan Cina, mengatakan sedang memantau situasi dan mempertimbangkan bagaimana menanggapi dalam hal kerja sama ekonomi.

Pertumpahan darah terburuk hari Minggu terjadi di pinggiran Yangon di Hlaingthaya di mana pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 37 pengunjuk rasa setelah serangan pembakaran di pabrik-pabrik milik Cina, kata seorang dokter di daerah itu yang menolak untuk disebutkan namanya.

Enam belas orang tewas di tempat lain, kata Assistance Association for Political Prisoners (AAPP). Seorang polisi juga dilaporkan tewas, kata AAPP.

Media mengatakan darurat militer telah diberlakukan di Hlaingthaya dan beberapa distrik lain di Yangon, dan di beberapa bagian kota kedua Mandalay.

Kematian terbaru membuat total jumlah korban dari protes menjadi sekitar 140 sejak kudeta 1 Februari, berdasarkan penghitungan oleh AAPP dan laporan terbaru.

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan Reuters untuk meminta komentar

Dalam upaya untuk menekan berita tentang kekacauan tersebut, penyedia layanan telekomunikasi diperintahkan untuk memblokir semua data seluler secara nasional, kata dua sumber yang mengetahui masalah tersebut. Telecom Telenor mengatakan dalam sebuah pernyataan "internet seluler tidak tersedia".

Kawasan industri Hlaingthaya adalah tempat bagi para migran dari seluruh Myanmar. Pada hari Minggu, pasukan keamanan melepaskan tembakan saat asap hitam mengepul dari pabrik.

Kedutaan Besar Cina menggambarkan situasi sangat parah setelah serangan terhadap pabrik-pabrik yang dibiayai Cina, dan mendesak pihak berwenang "untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum para pelakunya sesuai dengan hukum, dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan Cina dan personelnya".

Sentimen anti-Cina telah meningkat sejak kudeta, dengan demonstran penentang kudeta telah melihat Cina diam merespons kudeta dibandingkan dengan negara Barat yang sangat mengecam kudeta.

Halaman:

Editor: Marselino Kardoso

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah