Surat kabar Global Times menyalahkan para penghasut atas pembakaran dan menyerukan hukuman mereka. Global Times megatakan Cina berusaha untuk mempromosikan penyelesaian krisis secara damai.
Pemimpin protes antikudeta, Thinzar Shunlei Yi, mengatakan orang Myanmar tidak membenci orang Cina, tetapi penguasa Cina harus memahami kemarahan yang dirasakan di Myanmar atas sikap mereka.
"Pemerintah Cina harus berhenti mendukung dewan kudeta jika mereka benar-benar peduli dengan hubungan Sino-Myanmar dan untuk melindungi bisnis mereka," katanya di Twitter
Tom Andrews, penyelidik hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa di Myanmar, mengimbau negara-negara anggota PBB untuk memotong pasokan uang tunai dan senjata ke militer.
"Patah hati/marah atas berita tentang jumlah terbesar pengunjuk rasa yang dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar dalam satu hari. Pemimpin junta tidak seharusnya berkuasa, mereka seharusnya di balik jeruji besi," katanya di Twitter.
Militer Myanmar mengatakan pihaknya mengambil alih kekuasaan setelah ada kecurangan dalam pemilu 8 November yang dimenangkan secara telak oleh Partai NLD Suu Kyi. Tetapi klaim kecurangan ini ditolak oleh komisi pemilihan umum.
Junta militer berjanji akan menggelar pemilu baru, tapi belum menetapkan tanggal.
Negara-negara Barat telah menyerukan pembebasan Suu Kyi dan mengutuk kekerasan tersebut. Negara-negara ASEAN telah menawarkan untuk membantu menyelesaikan krisis, tetapi Myanmar memiliki catatan panjang menolak intervensi dari luar.***