Pesawat China Jatuh, 132 Orang Belum Jelas Nasibnya, KBRI Beijing Terus Pantau

- 21 Maret 2022, 20:16 WIB
Arsip - Pesawat-pesawat China Eastern Airlines dan Shanghai Airlines terlihat di Bandara Internasional Hongqiao di Shanghai, China, di tengah wabah COVID-19, 4 Juni 2020.
Arsip - Pesawat-pesawat China Eastern Airlines dan Shanghai Airlines terlihat di Bandara Internasional Hongqiao di Shanghai, China, di tengah wabah COVID-19, 4 Juni 2020. /ANTARA/Reuters/Aly Song

MEDIA KUPANG - Pesawat penumpang domestik milik maskapai penerbangan China Eastern Airlines jatuh di Daerah Otonomi Guangxi, Senin (21/3/2022) sore, menyebabkan kebakaran hutan di perbukitan Kabupaten Tengxian. Nasib 132 orang dalam pesawat belum diketahui.

Pesawat Boeing 737 yang bertolak dari Kunming di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou di Provinsi Guangdong tersebut mengangkut 132 orang yang terdiri dari 123 penumpang dan sembilan awak kabin, demikian pernyataan departemen kegawatdaruratan Guangxi.

Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) belum bisa memberikan keterangan mengenai nasib 132 orang yang berada di dalam pesawat bernomor penerbangan MU-5735 itu.

Baca Juga: Polisi Tangkap Ayah Kandung yang Mencabuli Anaknya Hingga Tewas

Pesawat tersebut bertolak dari Bandara Internasional Changshui, Kunming, pada pukul 13.15 waktu setempat (12.15 WIB).

Pesawat tersebut dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Baiyun, Guangzhou, pada pukul 15.07 (14.07 WIB).

Data penerbangan menunjukkan bahwa pada pukul 14.19 (13.19 WIB) pesawat tiba-tiba meluncur dari ketinggian 8.869 meter dengan kecepatan 845 kilometer per jam. Pada pukul 14.21, pesawat milik maskapai yang berkantor pusat di Shanghai itu hilang dari pantauan radar ADS-B, demikian laman berita setempat.

Pasukan pemadam kebakaran dan tim SAR dari Kota Wuzhou mulai dikerahkan ke lokasi kejadian di wilayah selatan daratan Tiongkok itu pada pukul 15.00 (14.00 WIB).

Sejumlah foto dan video jatuhnya pesawat tersebut menyebar dengan cepat di media sosial China, utamanya Weibo dan WeChat, beberapa saat setelah kejadian.

Dalam sebuah video terlihat warga mengamankan puing-puing pesawat yang diduga bagian ekor atau sayap MU-5735 dan kebakaran di titik jatuhnya pesawat itu.

Baca Juga: Bupati TTS Egusem Piether Tahun Segera Diperiksa Polisi Terkait Laporan Ketua DPRD

Daerah Otonomi Guangxi berada di antara Provinsi Yunnan dan Provinsi Guangdong di wilayah selatan China dan berbatasan langsung dengan Vietnam.

Dari Beijing, Kedutaan Besar RI di Beijing dan Konsulat Jenderal RI di Guangzhou saling berkoordinasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang data korban jatuhnya pesawat penumpang.

“Kami monitor terus kejadian sore ini. Kami terus koordinasikan dengan KJRI GZ (Guangzhou),” kata Wakil Kepala KBRI Beijing Dino R Kusnadi.

Sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan ada atau tidaknya korban warga negara Indonesia dalam pesawat nahas itu. “Informasi penumpang belum dikeluarkan oleh FAO (Kantor Urusan Luar Negeri) setempat,” kata Dino menambahkan.

Foto dan gambar yang beredar media-media sosial China menunjukkan kobaran api di atas perbukitan dan warga di sekitar lokasi menemukan puing-puing pesawat yang jatuh itu.

Guangxi diapit oleh Yunnan dan Guangdong di wilayah selatan China yang berbatasan langsung dengan Vietnam.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Ganjar Unggul di Jatim dan Lampung, Prabowo di Jabar

Kunming dan Guangzhou menjadi pintu utama penerbangan internasional tujuan China selama masa pandemi COVID-19, termasuk penerbangan dari Indonesia.

Para pengguna penerbangan internasional wajib menjalani karantina di kedua kota tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke kota-kota besar lainnya di China, termasuk Beijing yang sampai saat ini belum membuka jalur penerbangan internasional secara langsung.

Insiden tersebut merupakan kecelakaan udara terburuk pertama di China sejak peristiwa jatuhnya pesawat di Yinchun, Provinsi Heilongjiang, pada 2010, seperti dilaporkan media setempat, yang dikutip dari Antara, Senin, 21 Maret 2022.

Otoritas penerbangan China pada 19 Februari 2022 merilis bahwa waktu penerbangan sipil yang aman berhasil melampaui 100 juta jam, catatan terbaik dalam sejarah industri penerbangan sipil China.***

Editor: Fredrikus Wilhelmus Wahon

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah