Network
MEDIA KUPANG - Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) merupakan salah satu negara di dunia, yang dulunya merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Timor Leste (Timor Lorosae) pada waktu itu menjadi provinsi ke-27 dengan nama Timor Timur.
Namun pada tahun 1999, dalam referendum yang diawasi PBB waktu itu, mayoritas penduduk Timor Timur memilih untuk merdeka sehingga wilayah ini menjadi terpisah secara administratif dari bagian barat pulau Timor yang masih menjadi bagian dari NKRI hingga saat ini.
Sebagai satu negara tentu tak lepas dari kekuatan militer sebagai penjaga kedaulatan dan keamanan negara.
Baca Juga: Ribut-ribut Soal SK Tenaga Kontrak Daerah, Tahun Depan Pemkab Dilarang Rekrut Tenaga Honorer
Dikutip Media Kupang dari kanal YouTube Tujuh Detik, Minggu, 3 April 2022, negara dengan luas 15.410 KM² tersebut telah beberapa kali membenahi kekuatan militernya meski belum terlihat signifikan.
Tak seperti di Indonesia, militer di negara Timor Leste hanya terdiri atas dua kategori yaitu F-FDTL (Falintil - Forcas Defesa Timor Leste) yang berada di garis terdepan dan bertugas menjaga keamanan negara dari ancaman baik di darat, laut maupun udara.
Sedangkan F-FNTL (Policia Nacional de Timor Leste) lebih berfokus di dalam negeri seperti keamanan antar kota, menjaga keamanan rakyat sipil serta menjadi polisi domestik.
Dibalik pembentukan militer ini terdapat pertentangan pendapat antara pemimpin kala itu.
Jose Ramos-Horta, presiden Timor Leste kala itu bahkan berpendapat bahwa negara tak perlu dilengkapi dengan militer. Namun akibat konflik yang semakin meluas pasca referendum kala itu mengakibatkan militer dengan personil ribuan orang tersebut akhirnya dibentuk.
Militer Timor Leste (F-FDTL) awalnya merupakan gerakan nasional pembebasan tentara (Falintil) yang bertugas sebagai angkatan bersenjata untuk pembebasan Timor Timur.
Falintil akhirnya berubah secara resmi menjadi F-FDTL pada tanggal 1 Februari 2001.
Sebanyak 650 anggota F-FDTL yang pertama direkrut dari 1736 mantan Falintil yang melamar untuk menjadi anggota.
Ke-650 anggota tersebut kemudian mengikuti pelatihan pada tanggal 29 Maret pada tahun itu juga.
F-FDTL batalyon satu dibentuk pada 29 Juni 2001 dan baru mencapai kekuatan penuh menjelang akhir tahun tepatnya tanggal 1 Desember, sedangkan batalyon dua dibentuk tahun berikutnya.
Nama negara kecil ini bahkan tidak tercantum dalam data Global Fire Power. Hal ini bisa mengindikasikan kekuatan militernya yang belum seberapa bila dibanding dengan negara-negara lain. ***
