Tanggapan Berbagai Pihak Terkait Kerumunan Warga, Saat Menyambut Kedatangan Jokowi di NTT

25 Februari 2021, 16:48 WIB
Kerumunan yang terjadi di Kota Maumere, saat Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sikka, Provinsi NTT /Foto : istimewa

MEDIA KUPANG - Presiden RI, Joko Widodo, melakukan kunjungan kerja ke Provinsi NTT, pada Selasa, 23 Februari 2021.

Dalam kunjungan kerjanya tersebut, Presiden Jokowi meninjau lumbung pangan Food Estate di Kabupaten Sumba Tengah serta meresmikan dan meninjau Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka.

Kehadiran orang nomor satu di Indonesia ini, menarik perhatian ribuan warga. Dalam berbagai video, terlihat ribuan warga memenuhi jalanan yang akan dilewati Presiden Jokowi.

Baca Juga: Bupati Sikka Sebut Nama Yance Maring dan Penegerian Unipa, Jokowi Angguk-angguk

Seperti halnya Tambolaka, ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya, terlihat masyarakat begitu antusias bahkan berebut ingin menyalami Presiden Jokowi. Begitu juga terjadi di Kabupaten Sumba Tengah, ketika Jokowi hendak meninjau lumbung pangan Food Estate.

Hal yang sama juga terjadi di pertigaan Jalan Adi Sucipto, tepatnya di Hotel Permata Sari, Maumere, Kabupaten Sikka. Dimana, terjadi kerumunan warga yang begitu padat saat ingin melihat Jokowi dari dekat.

Selain itu, warga juga memadati sepanjang jalan ke arah timur, hingga menuju Bendungan Napun Gete untuk melihat seorang Kepala Negara tersebut. Banyaknya kerumunan ini, akhirnya menjadi sorotan dari berbagai pihak.

 

Satgas Covid-19

Menurut Juru Bicara Satgas Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito, di masa pandemi Covid-19, kerumunan menjadi salah satu yang seharusnya dihindari.  saat mengomentari kerumunan kedatangan Jokowi.

"Mohon agar pemerintah daerah antisipatif terhadap kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan," katanya, ketika mengomentari kerumunan warga saat kedatangan Jokowi di NTT beberapa hari lalu.

Prof. Wiku juga mengimbau kepada masyarakat, agar tetap disiplin untuk mengikuti protokoler kesehatan, meskipun dirinya memahami antusiasme masyarakat menyambut kedatangan Presiden Jokowi.

Baca Juga: Dokter Tirta Angkat Bicara Terkait Kerumunan Warga Saat Kunjungan Presiden Jokowi di Maumere

"Masyarakat harus menghindari kegiatan yang berpotensi mengumpulkan banyak orang/berkerumunan. Kita semua harus melakukan penyesuaian agar bisa meminimalisasi penularan Covud-19," tuturnya.


Politisi PKS

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera Foto : twitter Mardani Ali Sera

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera, juga menyindir aksi Jokowi yang tak mengantisipasi kerumunan di tengah kasus Covid-19 yang kian meningkat.

Padahal, menurut Mardani, Jokowi pernah menyampaikan kekecewaan atas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tak berjalan efektif.

"Presiden kecewa dan marah karena PPKM/PSBB tidak efektif, kasus terus naik. Karena daerah kurang tegas, sehingga masyarakat kurang patuh protokol kesehatan. Tapi beberapa kali Presiden menyebabkan kerumunan, warga mencontoh pemimpinnya?" ucanya melalui Twitter, pada Rabu, 24 Februari 2021.

Baca Juga: Bendungan Napun Gete, Mahakarya Jokowi Untuk Sikka

Mardani mengatakan, saat Jokowi membagikan suvenir kepada masyarakat yang sudah diketahui berkerumanan itu, seharusnya bisa diantisipasi sebelumnya.

"Ini bukan yang pertama Pak Jokowi bagi-bagi suvenir atau nasi kotak yang menimbulkan kerumunan. Sebelumnya bagi-bagi nasi kotak, kemarin bagi-bagi suvenir. Jika itu sudah dipersiapkan di mobil, namanya bukan spontanitas," terangnya.

"Harusnya istana bisa antisipasi dalam kunker, kalau ada potensi kerumunan," tambahnya.


Anggota DPR dari NTT

Anggota DPR RI, Benny K. Harman Foto : twitter Benny K Harman

Aksi Jokowi juga mengundang komentar dari anggota DPR asal Manggarai NTT, Benny K. Harman. Dirinya bahkan membandingkan peristiwa Jokowi dengan kerumunan menyambut kedatangan Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab di Bandara Soekarno-Hatta, pada 10 November 2020 lalu.

Kemudian, pada tanggal 13 November 2020, kerumunan kembali terjadi saat Habib Rizieq ke Megamendung, Bogor, untuk mengunjungi ponpesnya. Akibat peristiwa di Megamendung itulah, Rizieq jadi tersangka.

Selain itu, Rizieq juga ditetapkan sebagai tersangka kasus kerumunan di kediamannya di Petamburan, Jakarta Barat. Rizieq kini harus tinggal didalam jeruji besi, di Rutan Polda Metro Jaya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Sebut, Air Kunci Kemakmuran di NTT

"Teringat saya dengan masyarakat sambut Habib Rizieq di Bandara Soetta, saat pulang dari luar negeri. Seolah tidak percaya bahaya Covid-19. Monitor!" ucap Benny melalui Twitternya, pada Rabu, 24 Februari 2021.

"Luar biasa rakyat Maumere Flores sambut Presiden Jokowi. Mereka tumpah ruah ke jalan, rela terpapar Covid-19 hanya untuk melihat langsung wajah Presiden," tuturnya.


Politisi Partai Demokrat

Tak jauh berbeda dengan rekan sesama politisinya di Partai Demokrat, Benny K. Harman, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Irwan juga menyebutkan bahwa, kejadian kerumunan saat menyambut kedatangan Jokowi itu merupakan kecolongan, yang berujung pada pelanggaran protokol kesehatan.

"Tentu ini sebuah kecolongan dan bentuk kecerobohan berat Istana ya, dalam kunjungan Presiden di tengah pandemi Covid-19," terangnya, pada Rabu, 24 Februari 2021.

Irwan menuturkan, peristiwa yang terjadi di NTT kemarin merupakan blunder parah dari pemerintah. Padahal ketentuan-ketentuan terkait protokol kesehatan, dibuat oleh pemerintah.

Baca Juga: Dukung Ketahanan Pangan, Kapolres Belu Tanam Jagung

"Peristiwa kerumunan di NTT ini saya pikir blunder terparah dari Istana, karena ini sudah pada contoh bagaimana pelanggaran pelaksanaan protokol Covud-19, yang mana aturannya dibuat sendiri oleh pemerintah," bebernya.


Politisi PPP

Hal berbeda disampaikan oleh Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi, yang merupakan salah satu partai koalisi pemerintah. Achmad menilai, kerumunan yang terjadi saat kunjungan kerja Presiden Jokowi itu, tanpa ada unsur kesengajaan sama sekali.

"Kalau dilihat dari situasinya, tidak ada unsur kesengajaan. Ya, karena spontanitas. Misalnya sedari awal sudah mematuhi protokol kesehatan," katanya, pada Rabu, 24 Februari 2021.

Menurut Achmad, Jokowi tidak setiap saat berkunjung ke NTT. Sehingga masyarakat secara naluriah ingin mengabadikannya agar tak kehilangan momentum.


Politisi PDIP

Senada, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hendrawan Supratikno juga menyampaikan hal yang sama dengan rekan sesama koalisinya, Achmad Baidowi.

Menurut Hendrawan, kerumunan yang terjadi, sifatnya spontanitas dan tidak ada unsur kesengajaan.

"Ini sifatnya spontan, sehingga tidak sepenuhnya masuk protokol antisipasi," katanya

Baca Juga: Jokowi Kunjungi Sumba, Laiskodat : Sudah Saatnya Pulau Sumba Keluar dari Kemiskinan

Kendati pun demikian, dirinya meminta agar kejadian serupa, tak terulang lagi. Sehingga perlu adanya antisipasi sedini mungkin untuk kedepannya.

"Demi keelokan narasi, hal-hal demikian harus diantisipasi di masa depan dan tidak sepantasnya dijadikan tontonan," terangnya.


Epidemiolog

Epidemiolog Universitas Griffith, Dicky Budiman, juga akhirnya ikut bersuara atas kerumunan tersebut. Dicky menyayangkan kerumunan itu terjadi di tengah pandemi Covid-19, yang belum mereda di Indonesia.

Dicky bahkan mengkritik Presiden Jokowi, yang seharusnya bisa memperingatkan bawahannya, akan adanya potensi kerumunan begitu Dia tiba.

Menurut Dicky, Jokowi dapat memberikan bantuan dengan menyalurkannya lewat Dinas Sosial setempat untuk meminimalisasi kerumunan.

Baca Juga: Woow..Warga Sikka Membludak di Jalanan, Sambut Kedatangan Presiden Jokowi

"Pak Presiden harusnya mengingatkan anak buahnya. Kondisi kita ini belum aman, kalau mau memberikan bantuan, ya, berikanlah bantuan langsung lewat Dinsos atau apa, atau kalau mau, ya, perwakilannya saja diundang. Sehingga jumlah (masyarakat) tidak banyak," tuturnya, pada Rabu, 24 Februari 2021.

Padahal, lanjut Dicky, potensi kerumunan seharusnya sudah diantisipasi oleh Paspampres dan Pemda setempat. Terlebih dalam kunjungan itu, Jokowi memang berniat menyapa masyarakat dengan memberikan bantuan.

Akibat kerumunan itu, Dicky juga mengkhawatirkan akan berimbas pada munculnya potensi penularan kasus Covid-19 yang semakin meningkat di Provinsi NTT.***

Editor: Eryck S

Tags

Terkini

Terpopuler