Baca Juga: Jadi Pemimpin Kerajaan Inggris di Usia ke-25, Ratu Elizabeth II Meninggal Dunia dalam Usia 96 Tahun
Sebelumnya, Juru Bicara BIN, Wawan Hari Perwanto menegaskan, Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengamankan berbagai data.
"Sampai saat ini masih aman, kita tetap berupaya karena ini user kita,” kata Wawan pada Sabtu, 10 September 2022 kemarin. Lebih lanjut ia memastikan, semua dokumen ataupun surat-surat penting lainnya “itu harus betul-betul terlindungi.
BIN, sebagaimana kata Wawan, selalu memperkuat sistem keamanan siber dengan enkripsi yang terus diperbarui. Pengamanan juga diperketat dengan sistem persandian yang diklaimnya sulit diretas oleh Hacker.
Diketahui, melalui akun Twitternya @bjorkanism, Hacker Bjorka mengungkapkan alasan, mengapa ia meretas data pemerintah Indonesia.
Ia menganggap, Pemerintah Indonesia terlampau sewenang-sewenang dalam berbagai kebijakan. Di satu sisi, tidak ada perlawanan masif terhadap kesewenang-wenangan itu.
Baca Juga: Raja Charles III Ganti Ratu Elizabeth II, Ada 23 Calon Penerus Takhta Kerajaan Inggris
Oleh karenanya, Hacker Bjorka mengklaim dirinya sebagai martir bagi rakyat Indonesia. Meretas data Pemerintah Indonesia, dianggapnya sebagai pelajaran yang harus diberi.
"Those who criticize are permanently removed in the wrong way. various ways have been done, including the correct way. did it work ? so i chose to be a martyr to make a change by slapping their face,” cuit Hacker Bjorka melalui akunnya @bjorkanism pada Minggu, 11 September 2022.
(Berbagai cara telah diupayakan, termasuk cara yang benar. Apakah itu berhasil? Saya memilih menjadi martir untuk membuat perubahan dengan menampar wajah mereka)."