Universitas Indonesia Pilih Belu untuk Advokasi Cegah Stunting, Bupati Bilang Harus Realistis

5 Agustus 2022, 15:02 WIB
Bupati Belu, Dokter Agus Taolin saat membuka kegiatan advokasi pencegahan stunting Rabu 3 Agustus 2022 /Ryohan B/Facebook

MEDIA KUPANG  - Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) memilih Kabupaten Belu, wilayah Perbatasan Negara RI-RDTL sebagai lokasi untuk advokasi pencegahan stunting.

Kabupaten Belu dipilih sebagai lokasi Pelatihan Pencegahan Stunting, agar para dokter khususnya di wilayah perbatasan RI-RDTL dapat mengadvokasi resiko angka stunting melalui strategi-strategi pencegahan.

Demikian disampaikan Staf Pengajar FKUI, dr. Travino Aristarkus Pakasi saat kegiatan Pelatihan Pencegahan Stunting Untuk Dokter di Layanan Primer di Aula Hotel Matahari Atambua, Rabu 3 Agustus 2022.

Baca Juga: Amerika dan China Tegang Usai Pelosi ke Taiwan, Kilas Sejarah Konflik

Dalam pelatihan yang dibuka secara langsung oleh Bupati Belu, Dokter Agus Taolin dan diikuti para dokter dari Kabupaten Belu dan Timor Tengah Selatan (TTS), Dokter Trivano mengatakan,  pelatihan ini dilakukan untuk mengingatkan kembali para dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dikatakannya, stunting menjadi masalah serius dan pemerintah fokus mencari solusi untuk menyelesaikan masalah ini.

Oleh karena itu, pemerintah meluncurkan strategi percepatan pencegahan stunting sebagai acuan bersama dalam pelaksanaan program.

Baca Juga: Setengah Hari Tayang 'Pengabdi Setan 2' Tembus 500 Ribu Penonton, Pecahkan Rekor 'KKN di Desa Penari'

Sebagai bentuk implementasi aksi intervensi, Pemerintah Kabupaten Belu menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) untuk melaksanakan Pelatihan Pencegahan Stunting Untuk Dokter di Layanan Primer.

 

"Kami datang dengan berbagai macam layanan di bidang kesehatan, sekaligus melatih dokter-dokter di Kabupaten Belu, seperti pelatihan alat pengukuran USG mengunakan komputer dan alat -alat lainnya," ujar dr. Travino.

Dirinya berharap, tindak lanjut pemerintah kabupaten/kota dapat mendorong puskesmas dalam melakukan pendataan dan analisis masalah gizi, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, peningkatan peran kader, advokasi camat dan lurah, mobilisasi masyarakat, serta implementasi komunikasi antarperilaku.

Baca Juga: Jessica Iskandar Ditipu 10 Milyar, Ayahnya Pikiran sampai Masuk Rumah Sakit

Selain itu, pemerintah desa dapat melaksanakan sosialisasi kebijakan, rembug stunting desa, peningkatan kapasitas kader dan pelayanan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, serta implementasi komunikasi antar perilaku. 

Bupati Belu Dokter Agus Taolin dalam arahannya usai membuka kegiatan itu mengatakan, kegiatan ini harus ada standarisasi dalam alat ukur, kemudian variasi dari observasi, termasuk subyektivitas dalam pemakaian USG.

"Di NTT, penggunaan alat ukur harus sesuai standarisasi dan aplikasi yang digunakan juga harus disesuaikan. Kendati kita sudah mengetahui, namun kita masih mau menggunakan alat yang belum memenuhi standar," katanya.

Baca Juga: Jadwal Kapal Laut Sekitar Wilayah NTT, Jumat 5 Agustus 2022, Kapal Ferry, Kapal Perintis dan Kapal Cepat

Bupati yang juga Dokter Ahli Penyakit Dalam ini mengingatkan, agar pelayanan kesehatan selalu menggunakan peralatan yang sesuai standar pelayanan nasional.

"Sebagai akademisi institusi, kita menjadi pemasok ilmu kepada semuanya. Dari lembaga pendidikan, kita juga sudah melakukan kerjasama dengan UI, UGM dan UNDIP," sebut Bupati Taolin.

Tidak hanya kerja sama, diskusi terkait penanganan dan pengendalian, sudah kita lakukan agar bagaimana menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

"Jadi kita kuasai ilmunya dulu, kemudian standarisasi alat yang di pergunakan seperti apa, baru bisa kita praktekkan di lapangan," tandas Bupati Belu Dokter Agus Taolin.

Dikatakannya, hasil rakor dengan Gubernur NTT sebelumnya, ditekankan bahwa, kita boleh berambisi untuk menurunkan stunting, tetapi juga harus realistis melihat kondisi dan kemampuan daerah. ***

 

Editor: Ryohan B

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler