Kembangkan Holtikultura, KWT Melati Manfaatkan Dana Desa untuk Sekolah Lapang

14 Juni 2021, 12:16 WIB
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Riit, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Salviana Erosvita /Media Kupang/Eryck S.

MEDIA KUPANG - Untuk mengembangkan tanaman holtikultura khusus tomat, Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Desa Riit, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, memanfaatkan Dana Desa untuk melaksanakan Sekolah Lapang (SL), yang didampingi oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Nita.

Menurut Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Salviana Erosvita, pihaknya memperoleh ilmu tentang cara bertani tomat melalui Sekolah Lapang (SL), dan mendapatkan bimbingan dari BPP Kecamatan Nita.

Ditemui di lahan milik kelompoknya, pada Minggu, 13 Juni 2021, Eros sapaannya menceritakan, ketika mendengar adanya alokasi Dana Desa di Bidang Pemberdayaan, dirinya mulai mengusulkan terkait SL tomat pada tahun 2018 lalu, namun hingga 2019 belum terjawabi juga usulannya itu.

Baca Juga: Gunakan Terasering, KWT Melati Sukses Kembangkan Holtikultura

Namun perjuangannya tak hanya sampai disitu. Di tahun 2019, dia pun akhirnya membentuk Kelompok Dasawisma, dengan nama Manu Walu.

Yang mana, kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya tersebut yaitu menanam tanaman holtikutura dan Tanaman Obat Keluarga (Toga) di pekarangan rumah.

"Ketika itu, kelompok kami sampai ikut lomba di tingkat kecamatan dan kami mendapatkan juara satu. Sedangkan di tingkat kabupaten, kami mendapat juara dua," katanya.

Baca Juga: Bangkitkan Semangat dan Jiwa Bahari Bangsa, Lanal Maumere Gelar Ekspedisi Perahu Layar

Lebih lanjut Eros menambahkan, pada tahun 2020, barulah terjawab usulan SL tomat, yang diusulkan dari tahun 2018 lalu itu.

Sehingga, pihaknya mulai mempersiapkan SL dan persiapan pembukaan lahan di bulan November 2020, serta melakukan penanaman tomat pada bulan Februari 2021.

"Kami mulai melakukan penanaman tomat pada bulan Februari 2021, dengan pembibitannya dari Dana Desa, setelah mendapatkan bekal ilmu dari BPP Nita saat kegiatan SL," terangnya.

Baca Juga: Kades Munaseli-Alor Keluhkan Pemboman Ikan Dan Potasium Kerap Terjadi Diwilayahnya

Sebagai ketua kelompok, dirinya pun merelakan lahannya untuk dijadikan kebun contoh (demplot) dengan modal nekat dan berani, yang dikerjakan oleh 12 orang perempuan sebagai anggota kelompoknya.

"Lahan ini kami ibu-ibu semua yang kerjakan, tidak ada bantu dari bapak-bapak," jelasnya.

Untuk depannya, pihaknya juga akan menindaklanjuti sesuai arahan dan harapan dari BPP Nita.

Penyuluh Swadaya Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Nita, Erik Paji Media Kupang/Eryck S.

"Jadi, kedepannya kami akan rembuk lagi dalam kelompok kami. Apakah kami lanjut kerja di lahan milik saya ini ataukah di lahan milik masing-masing tapi tetap dalam kelompok, supaya bisa membuka lahan terasering seperti ini," tukasnya

Senada, Penyuluh Swadaya Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Nita, Erik Paji mengatakan, pihaknya memulai kegiatan SL tersebut, berdasarkan usulan dari KWT Melati kepada Pemerintah Desa Riit.

"Ini memang usulan dari mereka. Karena pola pembangunan di wilayah desa itu, mengikuti apa yang diusulkan dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga mereka mengusulkan kegiatan SL budidaya tomat ini," katanya.

Baca Juga: Pemilihan Putera-Puteri Tari Indonesia 2021, Bupati Sikka Sebut Belum Bisa Memberikan yang Terbaik

"Mungkin juga yang mereka rasakan selama ini bahwa, mereka mempunyai niat untuk menanam tanaman tomat, hanya saja masih minim pengetahuan. Maka, harus ditingkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)nya melalui SL," tuturnya.

Menurut Erik, karasteristik setiap orang memang berbeda tetapi diakuinya, mendidik perempuan jauh lebih gampang ketimbang laki-laki.

Karena baginya, hanya dengan 12 orang perempuan dan memiliki lahan seluas 0,2 Hektare saja, mereka bisa bekerja, membudidayakan serta menghasilkan tomat secara baik.

Baca Juga: Ini Keunggulan KN SAR Puntadewa 250, Kapal Rescue Baru Milik Basarnas Maumere

Lanjut Erik, untuk kedepannya harus dikembangkan lagi tanaman holtikultura seperti cabai, wortel, kentang dan kubis (kol) di tempat ini, karena sesuai dengan kondisi geografisnya yakni berada di daerah dataran tinggi.

Dirinya pun berharap agar kelompok tani lainnya juga dapat belajar di KWT Melati dan harus melirik bahwa budidaya tomat juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

"Kelompok tani lainnya juga harus mengikuti apa yang sudah dibuat. Kalaupun belum tahu, maka belajarlah kepada orang yang sudah pernah mengikuti kegiatan SL. Dan mereka yang sudah pernah mengikuti kegiatan SL pun harus berbagi ilmu dengan yang lainya, demi kemajuan Desa Riit ini," ungkapnya.

Baca Juga: Kasus Pemukulan Karyawan SPBU oleh Oknum Anggota TNI-AD di Sikka, Memasuki Tahap Persidangan

Sementara itu, Tenaga Ahli Bidang Ekonomi, Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kabupaten Sikka, Kornelis Soge menjelaskan, pelaksanaan kegiatan SL di Desa Riit, Kecamatan Nita tersebut, menggunakan Dana Desa sebesar Rp42.000.000.

Kegiatan ini, lanjut Kornelis, merupakan program Padat Karya Tunai Desa (PKTD) sebagai bagian dari pemulihan ekonomi, akibat dari pandemi COVID-19, yang membuat ekonomi negara Indonesia mengalami keterpurukan.

Dikatakan Kornelis, hampir semua desa di wilayah Kabupaten Sikka, sedang didorong oleh pihaknya untuk melakukan SL, dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional tersebut.

Baca Juga: Nyong Franco : Lagu Gemu Famire, Berkat yang Luar Biasa dan Milik Kita Semua

"Jadi tidak hanya pada pertanian saja, ada peternakan, kelautan, budidaya ikan air tawar. Saat ini juga kita sedang mendorong beberapa desa untuk budidaya kopi," jelasnya.

Untuk itu, dia pun berharap agar 12 orang anggota KWT Melati ini, kedepannya dapat menanam di kebunnya masing-masing secara bergotong-royong.

"Harapannya, dengan ilmu yang mereka dapatkan melalui SL ini, mereka harus menanam di kebunnya masing-masing. Tidak hanya tomat, tetapi bisa juga cabai dan lainnya," pungkasnya.***

 

 

Editor: Eryck S

Tags

Terkini

Terpopuler