"Saya bertanya ke teman-teman, mereka menjawab tidak ada. Saya bertanya dua kali ke mereka siapa yang berteriak Sambo. Mereka jawab tidak ada," cerita Bruder Legi.
Baca Juga: Ini Beberapa Penganiayaan yang Dialami Artis Lesti Kejora
Pada kesempatan itu, aparat tersebut berusaha agar tuduhannya benar, bahkan sampai meminta sumpah.
"Lalu polisi tersebut berusaha untuk menang, berusaha agar ada yang mengaku sampai diminta untuk sumpah," lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Pater Otto Gusti Madung, SVD selaku Rektor IFTK Ledalero mengaku bahwa pihaknya mendukung hal-hal baik yang dilakukan oleh pihak kepolisian, hal-hal yang positif untuk kepentingan publik.
Lanjutnya, jika ada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan publik, tentu akan ada kontrol sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, sebagai bagian dari Tri darma perguruan tinggi, lewat kontrol kehidupan publik.
Baca Juga: Putri Candrawathi Akhirnya Mengenakan Kaos Orange 077
Namun, Pater Otto juga menyatakan kecemasannya pada Polisi sebagai simbol kekuasaan negara menjadi simbol tindakan represif, contohnya sikap polisi atas mahasiswa IFTK Ledalero yang dituduh meneriakkan "Sambo" itu.
"Untuk kami itu simbol represif, membuat publik takut," ujar Pater Otto.
Menurut Pater Otto, teriakan "Sambo" itu kalau memang terjadi bukan sebuah tindakan kriminal, tapi ungkapan kemarahan masyarakat yang sudah membayar pajak terhadap kinerja kepolisian.