Renungan Harian Katolik Senin 1 Agustus 2022, Kemurahan Hati Selalu Datangkan Berkat Berlimpah

31 Juli 2022, 23:33 WIB
St Arnoldus Janssen, Pendiri SVD-SSpS /Ryohan B/Tim BC SVD-SSpS

MEDIA KUPANG - Pembaca Media Kupang yang budiman, selamat memulai hari yang baru.

Hari ini Senin 1 Agustus 2022, tim penulis bible center SSpS-SVD Ruteng melalui Media Kupang menyajikan renungan harian katolik bagi anda sekalian.

Oh ya, hari ini Umat Katolik sedunia memperingati hari raya St. Alfonsius de Liguori

Dan Bacaan suci hari ini diambil dari Injil Matius : 14:13-21.

Selanjutnya mari ikuti renungan berikut ini :

Kemurahan hati selalu mendatangkan berkat berlimpah

Niat untuk “mengasingkan diri”, menyepi dan beristirahat sejenak tidak kesampaian.

Yesus terus dibanjiri oleh orang banyak yang datang dari berbagai kota dengan berbagai alasan dan kondisi mereka masing-masing.

Yesus tidak terusik. Ia tetap melayani mereka sesuai kondisi dan kebutuhan mereka. Walau hal itu cukup mengkhwatirkan para murid berhubung persediaan makanan mereka yang tidak seberapa.

Namun Yesus tetap sebagai inisiator utama untuk berbuat sesuatu bagi mereka. Para murid hanya diminta untuk merelakan apa yang mereka miliki.

Dan semuanya terjadi di luar dugaan. Semuanya dipuaskan, berkecukupan bahkan berkelimphan.

Kadang kita takut atau enggan memberi apa yang kita miliki karena terlalu kuatir, cemas dan ingat diri.

Padahal memberi dengan murah hati selalu mendatangkan berkat dan sukacita yang berlimpah seperti yang dialami oleh para murid.

Mari kita belajar dari Yesus yang selalu peduli pada situsi sesma dan para murid yang rela memberi dari kekurangan mereka demi kebaikan sesama.

Juga St. Alfonsius de Liguori yang rela melepaskan kehebatannya sebagai seorang doctor hukum dan advokat untuk melayani sesama melalui hidup yang dipersembahkan kepada Allah. ***

 Baca Juga: Ayo Intip Ramalan Zodiak Lengkap, Senin, 1 Agustus 2022. Taurus : Dikecewakan Pasangan

Mengenal St. Alfonsius de Liguori

Siapakah St. Alfonsius de Liguori yang diperingati pada hari ini?

Dikutip dari dalam web katolisitas.org, St. Alfonsus de Liguori dikenal sebagai Uskup, Doktor Gereja, dan pendiri kongregasi Redemptoris.

Ia lahir pada tanggal 27 September 1696, di Marianella, dekat Naples, Italia. Ia berasal dari keluarga yang saleh dan terhormat.

Alfonsus adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Karena kecerdasannya, ia menerima gelar doktor di bidang hukum di Universitas Naples, di usia 16 tahun.

Di usia 19 tahun Alfonsus telah bekerja sebagai pengacara, dan meniti kariernya dengan sukses.

Setelah menjadi pengacara selama delapan tahun, ia mengalami kekalahan dalam membela satu perkara.

Pengalaman ini membuatnya merenungkan jalan hidupnya, dan menyadari akan kehidupan dunia yang sementara saja sifatnya.

Suatu waktu di tahun 1723, pada saat mengunjungi rumah sakit bagi para pengidap penyakit yang tak tersembuhkan, Alfonsus menerima suatu penglihatan dan dorongan untuk membaktikan dirinya sepenuhnya kepada Allah dengan menjadi imam.

Alfonsus menanggapi panggilan Allah itu dengan bergabung dalam kehidupan religius, meskipun ia tidak memperoleh dukungan dari keluarganya.

Akhirnya ia setuju untuk menjadi imam tetapi tinggal di rumah sebagai anggota misionaris sekular. Ia ditahbiskan pada tanggal 21 Desember 1726.

Tugasnya di enam tahun pertama adalah mewartakan Injil ke seluruh Naples. Ia banyak mengajar tentang pertobatan, yang telah terlebih dulu dialaminya sendiri.

Pertobatannya membuatnya melihat Allah tidak pertama-tama sebagai “hakim” tetapi sebagai Sahabat dan Penebus.

Di tahun 1729, Alfonsus pindah ke Chiflese College yang didirikan di Naples oleh Fr. Matthew Ripa, Rasul yang mewarta di Cina.

Di sana ia bertemu dengan Uskup Thomas Falcoia, pendiri Kongregasi Pekerja yang Saleh.

Persahabatannya dengan Uskup Falcoia dan juga dengan Sr. Maria Celeste, membantu Alfonsus untuk mendirikan Kongregasi Penebus yang Mahakudus (Most Holy Redeemer), tanggal 9 November 1732.

Lembaga ini langsung menghadapi berbagai permasalahan, dan hanya dalam waktu satu tahun, anggota yang bertahan hanyalah seorang bruder, di samping Alfonsus sendiri.

Para anggota yang lain meninggalkannya dan mendirikan kelompok religius mereka sendiri.

Alfonsus memulai kembali, merekrut anggota-anggota baru dan di tahun 1743 menjadi kepala biara dari dua buah kongregasi, satu untuk para pria dan yang lain untuk para wanita.

Paus Benediktus XIV memberikan persetujuannya untuk kongregasi para pria di tahun 1749 dan untuk wanita di tahun 1750.

Sementara itu, Alfonsus melanjutkan misi khotbahnya ke daerah-daerah pedalaman dan menulis buku.

Ia menolak untuk diangkat menjadi uskup Palermo, tetapi di tahun 1762 ia harus menerima perintah Paus untuk menerima tugas kepemimpinan di keuskupan St. Agatha dari kaum Goths, dekat Naples.

Di keuskupan tersebut ia mempunyai umat sekitar tiga puluh ribu orang, yang kurang berpendidikan, dan sekitar empat ratus imam yang kurang bermutu.

Selama tiga belas tahun Alfonsus memberi makan orang miskin, mengajar keluarga-keluarga, membenahi seminari dan biara-biara, mengajar teologi, dan menulis.

Baginya, tak cukup mengajar orang-orang untuk bertobat secara pribadi, tetapi juga agar umat Kristen yang telah bertobat bersama-sama turut berusaha mengubah struktur masyarakat yang masih menerapkan perbudakan dan pelacuran.

Tujuan perjuangannya adalah untuk mencapai kebaikan dan kesejahteraan bersama, atas dasar kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.

Kesederhanaan dan matiraganya sangatlah ketat dan setiap harinya Alfonsus menderita akibat sakit rematik yang telah merusak bentuk tubuhnya.

Ia menghabiskan beberapa tahun untuk minum dari pipa, sebab kepalanya terlalu membungkuk ke muka.

Serangan demam rematik sejak Mei 1768 sampai Juni 1769, membuatnya lumpuh. Namun ia tidak diperkenankan mengundurkan diri dari keuskupannya, sampai tahun 1775.

Tahun 1780, Alfonsus diperdaya untuk menandatangani perjanjian kepatuhan dengan pihak kerajaan untuk kongregasinya.

Kepatuhan ini mengubah ketentuan yang asli dan sebagai akibatnya otoritas Alfonsus tidak diakui di kalangan Redemptoris.

Dipecat dan dikeluarkan dari kongregasinya sendiri, membuat Alfonsus menderita kesedihan yang mendalam.

Tetapi ia dapat mengatasi depresinya. Ia mengalami berbagai penglihatan, melakukan mukjizat-mukjizat, dan bernubuat.

Ia wafat dengan tenang pada tanggal 1 Agustus 1787 di Nacora, Pagani, dekat Naples, di saat doa Angelus didaraskan.

St. Alfonsus Liguori dibeatifikasi tahun 1816 dan dikanonisasikan tahun 1839. Di tahun 1871, Alfonsus dinyatakan sebagai Doktor Gereja oleh Paus Pius IX.

Tulisannya dalam hal moral, teologi, dan hal-hal asketis memberikan pengaruh yang besar dan terus bertahan.

Contohnya adalah tulisannya tentang Teologi Moral dan Kemuliaan Maria (the Glories of Mary). Ia dikuburkan di biara di Pagani. Tempat suci dibangun di St. Agatha dari Goths.

Alfonsus adalah pelindung dari para bapa pengakuan, teolog moral, karya apostolik awam. Dalam gambar-gambar liturgis, kerap ia digambarkan sebagai seseorang yang membungkuk karena rematik.

 

Editor: Ryohan B

Tags

Terkini

Terpopuler