4. Filosofi tentang kematian
Beberapa orang memiliki filosofi berbeda tentang kematian. Bahkan muncul istilah “orang yang bunuh diri, bukan ingin mengakhiri hidupnya, tetapi ingin mengakhiri rasa sakit yang dirasakan.” Rasa sakit di sini bisa mengacu pada rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Orang-orang seperti ini tidak dalam keadaan depresi. Mereka melihat tidak adanya peluang untuk hidup, sehingga memilih takdirnya sendiri dengan mempercepat untuk mengakhiri rasa sakit tersebut.
5. Sakit mental lainnya
Studi Psychological Autopsy menemukan bahwa dalam kasus bunuh diri ditemukan adanya satu atau lebih diagnosis sakit mental pada 90% orang yang bunuh diri. Juga ditemukan satu dari dua puluh orang yang menderita skizofrenia mengakhiri hidupnya. Kasus bunuh diri juga ditemukan pada kelainan kepribadian seperti antisosial, borderline, dan narcissistic personality disorder.
Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru PT CJ feed and Care Indonesia untuk SMK dan S1, Paling Lambat 19 Agustus 2022
Faktor lainnya yang harus diwaspadai, seperti:
- Pengalaman buruk yang memicu trauma
Trauma yang terjadi pada masa kecil dapat terbentuk di dalam alam bawah sadar seseorang. Pada akhirnya, akan terasa adanya kesulitan untuk keluar dari trauma tersebut. Trauma tersebut akan menghambat seseorang, bahkan jika seseorang tidak sanggup memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri atas hal buruk yang terjadi padanya. Dampak fatalnya, ia berisiko bunuh diri.
- Faktor keturunan