Waduh! Terjadi 167 Kali Letusan dan 381 Kali Gempa Hembusan di Puncak Gunung Ili Lewotolok Lembata

17 Mei 2022, 20:20 WIB
Ilustrasi - Seorang pengendara bermotor berlatar Gunung Ili Lewotolok yang masih mengeluarkan material vulkanik di Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, NTT, Rabu 2 Desember 2020. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha. /

MEDIA KUPANG - Sejak tanggal 10 hingga 16 Mei 2022 sedikitnya tercatat 167 kali gempa letusan terjadi di puncak Gunung Ili Lewotolok, di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selain gempa letusan, gempa hembusan juga terjadi dan terekam sebanyak 381 kali di puncak gunung  tersebut.

Dikutip Media-Kupang.com dari Antara, informasi terkait aktivitas gempa tersebut berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, di Kabupaten Lembata, NTT, Selasa 17 Mei 2022.

Baca Juga: Semakin Terkendali Penanganan Covid 19 di Indonesia, Jokowi Longgarkan Penggunakaan Masker di Area Terbuka

Baca Juga: Polisi Tahan 5 Tersangka Kasus Korupsi Program Sanitasi Lingkungan di Dinas PUPR Belu

"Sampai dengan saat kegempaan di Gunung Ile Lewotolok masih didominasi oleh gempa-gempa yang berkaitan dengan pelepasan material vulkanik ke permukaan seperti gempa letusan dan gempa hembusan," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Ili Lewotolok, Stanis Ara Kian dalam laporannya yang diterima ANTARA di Kupang, Selasa, 17 Mei 2022 sore.

Stanis mengatakan bahwa getaran menerus yang berkaitan dengan pergerakan magma ke permukaan masih terekam seperti tremor harmonik terjadi sebanyak 55 kali dan tremor non-harmonik yang terjadi sebanyak 642 kali. Sementara itu gempa vulkanik dalam sendiri terekam sebanyak 15 kali.

Tetapi ujar dia jika dibandingkan dengan pekan lalu, kegempaan gunung yang sempat meletus pada 29 November 2022 itu mengalami peningkatan pada gempa tremor.

Baca Juga: Kasus Dugaan Suap Persetujuan Izin, Sejumlah Ruangan di Balai Kota Ambon Disegel Tim Penyidik KPK

Baca Juga: Mulai Mengaspal di NTT Mobil Listrik Melintasi Jalanan Labuan Bajo, Lebih Efisien Dibanding Mobil Konvensional

Ia pun mengatakan bahwa secara visual gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal tinggi sekitar 50-1.000 meter di atas puncak.

"Letusan teramati berwarna putih hingga kelabu dengan tinggi kolom sekitar 200-500 meter di atas puncak," tambah dia.

Lebih lanjut kata dia, berdasarkan pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) dalam pekan ini menunjukkan hasil pengukuran yang berfluktuasi dalam rentang dua centimeter cm, namun pada periode ini cenderung mendatar/stabil pada titik LWT 1 dan pada LWT 2.

Baca Juga: JPU Kejari Alor Limpahkan Perkara DAK Pendidikan Tahun 2019 Ke Hakim Tipikor

Baca Juga: Berdiri Sejak Tahun 1988, KSP Puskopcuina Bantu Berdayakan Masyarakat

Ia menjelaskan,  potensi ancaman bahaya saat ini yaitu berupa lontaran batu atau lava pijar ke segala arah di dalam radius tiga km dari puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok.

Potensi ancaman bahaya lainnya berupa gas-gas vulkanik beracun di daerah puncak atau kawah, longsoran material lapuk dari area puncak jika kestabilannya terganggu yang dapat memicu terjadinya awan panas ke sektor Tenggara-Timur.

"Hujan abu jika terjadi erupsi besar yang penyebarannya bergantung pada arah dan kecepatan angin, dan aliran lahar pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok pada saat musim hujan," tambah dia.

Baca Juga: Mengapa Kejari Alor 'Diam' Dalam Pengusutan Pengadaan Mobil Bumdes Di Dishub Alor

Baca Juga: Sebulan Berlalu, Tahanan Kasus Pembunuhan yang Kabur dari Lapas Atambua Belum Juga Ditemukan

Dari sejumlah laporan itu Stanis menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok masih tinggi dimana erupsi masih berpotensi terjadi.

Tingkat aktivitas nya masih berada pada Level III atau Siaga sejak 29 November 2020 lalu. Sehingga masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti rekomendasi dari PVMBG dan arahan dari pemda.***

Editor: Royan B

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler