Surat Terbuka dan Peneguhan dari Goenawan Mohamad kepada Bharada E

- 14 Februari 2023, 13:17 WIB
Bharada E (Foto: Antara)
Bharada E (Foto: Antara) /google/

Tidak, mereka tak menggerutu. Mereka bukan pengeluh. Seperti kau dan ayah-ibumu, mereka hanya warga yang berada di tepi jalan, kadang terluka ketika sejarah Republik berjalan, dengan rapi dan mantap atau dengan kacau dan sewenang-wenang. Seperti Eleizer dalam Alkitab, mereka hanya disebut sesekali. Tapi mereka penting dalam bangunan sosial, karena mereka tak menghendaki ketidak-adilan.

Baca Juga: Siswi SMA Bugil di Dalam Mobil Dinas DPRD Jambi Akhirnya Buka Suara, Ternyata Begini Kisahnya

Dan kau memilih jadi polisi. Kau jadi penegak hukum. Di zaman dulu orang akan menyebutmu “hamba wet”. Kau tak bertanya — kau tak boleh bertanya — apa gerangan “wet” itu, apa hukum itu, selain sendi ketertiban masyarakat.

Kau, hamba, tak menyidik kemungkinan bahwa aturan dan undang-undang yang jadi hukum itu jangan-jangan hanya bungkus bagus buat penindasan dan rasa haus kekuasaan.

Sebenarnya tak amat jauh untuk melihat kenyataan itu. Kau bagian sebuah organisasi yang ditentukan hukum berhak memegang senjata dan menggunakan kekerasan. Dalam posisi istimewa itu, dua kemungkinan bisa terjadi.

Baca Juga: Wakil Bupati Manggarai Timur Tutup Kegiatan Pelatihan Kerja

Pertama, organisasimu — Kepolisian Republik Indonesia — akan merasa dipercayai dan sebab itu membalas hormat kepada jutaan orang yang mempercayainya, jutaan orang yang disebut “rakyat”. Kedua sebaliknya: kalian yang dengan sah menggunakan senjata akan merasa begitu kuat dan begitu menakutkan, hingga tak gampang ditentang dan digugat.

Kekuasaan macam itu bisa tak terkendali. Banyak yang tahu, di kamar-kamar tahanan polisi, penyiksaan dan pemerasan tak jarang dilakukan, dan hampir selamanya dibiarkan. Pelan-pelan, brutalitas itu jadi “kebudayaan”.

Itu yang juga kau saksikan dalam perbuatan atasanmu, Jenderal Sambo. Ia personifikasi “kebudayaan brutalitas” itu. Ia membunuh Yosua karena sakit hati pribadi, bukan untuk keamanan Republik; ia memerintahkan anak buahnya siap menembak dan menghapus jejak. Dengan jumawa ia yakin, saat itu ia akan bebas.

Baca Juga: Dinas Dukcapil Manggarai Timur Turun Lapangan Data Dokumen Kependudukan di Desa Satar Nawang

Halaman:

Editor: AS Rabasa

Sumber: Goenawan Mohamad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x