Kekurangan Air Bersih Saat Musim Kemarau, Warga Kampung Derok TTU Terpaksa Minum Kencing Ternak

9 September 2022, 14:03 WIB
Salah satu warga Kampung Derok, Desa Motadik, Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Monika Bete (55), sedang mengambil air minum di kali./ Selasa 6 September 2022/John Taena/Media Kupang. /

MEDIA KUPANG - Sekitar 150 Kepala Keluarga di Kampung Derok, Desa Motadik, Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) hingga saat ini belum menikmati manfaat kemerdekaan.

Lebih dari 300 jiwa penduduk Kampung Derok masih jauh dari sentuhan berbagai program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah daerah hingga pusat.

Akses jalan raya, pendidikan, kesehatan, air bersih, penerangan listrik, rumah layak huni hingga saat ini masih jauh dari kata layak.   

Hal ini disaksikan mediakupang.pikiran-rakyat.com saat mengunjungi Kampung Derok, Desa Motadik, kecamatan setempat, Selasa 6 September 2022.

Baca Juga: Miris, Demi Dapatkan KTP dan Kartu Keluarga, Warga Kampung di TTU ini Rogoh Kocek Hingga Rp500 Ribu

Kampung Derok dan Kefamenanu, Kabupaten TTU berjarak sekitar 100 kilo meter dan butuh waktu empat hingga lima jam perjalanan.

Setelah tiba di Desa Motadik yang terletak jalur Pantura, selanjutnya menempuh perjalan sekitar delapan hingga sembilan kilo meter dengan melintasi medan yang cukup berat dan menantang.

Kurang lebih lima kilo meter dari pertigaan jalur Pantura, harus melintas sebuah kali sepanjang kurang lebih 40 meter, hingga mencapai Kampung Derok yang berjarak sekitar empat kilo meter dari kali tersebut.

Rumah-rumah semi permanen ditopang oleh tiang-tiang kayu, berdinding pelapah gewang dan beratapkan daun tanpa listrik.

Kering dan tandus. Demikian pemandangan sepanjang jalan hingga tiba sebuah pusat pemukiman penduduk terisolasi di daerah pantai utara tersebut.

Baca Juga: Tak Diperhatikan Pemerintah, Warga Kampung Derok Kabupaten TTU Swadaya Buka Jalan Baru

Kesan terpencil, terisolasi dan tertinggal tentunya akan hadir dengan sendirinya dalam benak setiap orang kota yang baru mengunjugi Kampung Derok.

Menurut cerita warga setempat, lokasi itu tidak bisa diakses pada musim hujan. Penyebabnya adalah banjir.

Pasalnya banjir dari Lidak, Kabupaten Belu yang melintasi kali Derok dan Maukita menuju ke laut selama musim hujan tidak memungkin untuk diseberangi.

Tak jarang, warga setempat akan kekurangan bahan makanan karena terisolasi pada musim hujan.

“Kalau musim hujan dan banjir kami sering kekurangan makanan karena tidak bisa ke mana-mana dan terisolasi di sini. Kami memang punya uang, tapi tidak bisa menyeberang ke pasar atau kios,” ujar Ketua Adat Kampung Derok, Blasius Manek Halek.

Derok tidak hanya menyimpan kisah pilu bagi warganya di musim hujan yang kelimpahan air hingga banjir.

Keluar dari banjir di musim hujan, orang-orang Kampung Derok akan dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih.

Anak-anak Kampung Derok, Desa Motadik, Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten TTU, usai mengambil air untuk dibawa pulang ke rumah./Selasa 6 September 2022/John Taena/Media Kupang

Baca Juga: Di Motadik Kabupaten Timor Tengah Utara Manusia dan Ternak Rebutan Air Minum

Stok air bersih setiap saat terus berkurang hingga sulit didapat pada musim kemarau. Tak jarang untuk mendapatkan setetes air minum, warga kampung harus berebutan dengan kawanan ternak di sepanjang kali.

Biasanya warga akan menusuri kali selama musim kemarau untuk mencari dan menumakan air untuk diminum.

Menggali pasir dan membersihkan untuk menemukan mata air kemudian menunggu hingga bersih untuk ditimba adalah rutinitas mereka.

Usai ditampung dan diambil untuk dibawa ke rumah, mata air akan diserang oleh kawanan ternak sapi yang juga berburu air minum di musim kemarau.

“Setiap kali kita datang ambil air harus berebatan dengan sapi, karena kalau kita habis gali pasir dan tanmpung nanti kalau pulang sapi datang minum. Namanya juga hewan kalau dia minum pasti injak kasih rusak,” kisah Ketua RT 12 A, Dusun Derok, desa setempat, Siprianus Moruk.

Sambil menampung air di Kali Derok, Moruk bercerita Kepada mediakupang.pikiran-rakyat.com jikalau air yang mereka ambil untuk diminum sekeluarga tak jarang masih tercium  aroma kecing ternak sapi.

"Air minum ini memang bau kecing sapi tapi mau bagaimana lagi? Terpaksa dan mau tidak mau kita minum,” tutur Moruk.

Baca Juga: Seorang Lansia di Kefamenanu Diduga Tewas Gantung Diri, Keluarga Tolak Permintaan Autopsi Polres TTU

Cerita Moruk dibenarkan oleh dua orang warga RT 12 B, dusun setempat masing-masing, Silvester Manek (29) dan Makarius Tahoni (27).

Jarak yang ditempuh oleh mereka, setiap hari akan bertambah jauh seiring waktu musim kemarau. Ketika memasuki puncak musim kemarau, mereka akan berjalan kaki menusuri kali hingga sembilan kilo meter menuju hulu untuk bisa mendapatkan air minum.

Bagi kaum pria, mereka mampu membawa maksimal empat jerigen air masing-masing berkapasitas lima liter.

Sementara kaum perempuan biasanya dua sampai tiga jeringan atau 15 liter dan satu jerigen (lima liter) bagi anak-anak.

Persoalan air bersih yang dihadapi oleh para penduduk Derok sudah pernah dicarikan solusi oleh pemerintah.

Bantuan tandon air bagi setiap kepala keluarga adalah salah satu solusi yang diberikan pemerintah.

Bukan manfaat yang diperoleh warga melainkan beban. Pasalnya tarif yang dipatok oleh para pengusaha air bersih untuk bisa melayani penduduk Kampung Derok mencekik leher.

Rp 500 ribu adalah harga yang dipasang untuk satu tangki air bersih dengan kapasitas 5000 liter.

Baca Juga: Seorang Kakek di TTU Ditemukan Tak Bernyawa di Kebunnya, Ada Bekas Jeratan Tali pada Bagian ini

Masuk akal tarif seperti itu jikalau dilihat dari jarak tempuh dan ekstremnya medan yang harus ditempuh oleh kendaraan pengangkut air bersih untuk mencapai pemukiman warga Kampung Derok.

Kesulitan air minum warga Kampung Derok ini diakui oleh Babinsa Desa Motadik, Kecamatan Biboki Anleu, Sertu Abilio Da Costa.

Air Minum-Tiga orang anak sedang mengambil air minum di kali Derok, Desa Motadik, Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT. /Selasa 6 September 2022/John Taena/Media Kupang

Menurut dia, warga setempat hanya akan membeli air minum dari jikalau hendak mengadakan sebuah acara.

Sertu Abilio Da Costa mengatakan, “Memang air di sini sulit, apalagi bulan-bulan depan nanti air pasti sudah tidak ada. Ada acara-acara kalau mau datangkan tangki juga itu paling murah Rp 350 ribu. Bahkan sampai rp 500 ribu juga mereka upayakan karena air tidak ada.”

Dikisahkan Sertu Abilio Da Costa, sejak bertugas di wilayah itu pada tahun 2010 silam, air minum sudah menjadi persoalan yang lumrah.

Dikatakannya, “Saya sudah mengabdi di sini sejak tahun 2010. Selain mendengar cerita dari masyarakat saya juga menyaksikan dan mengalami sendiri. Sejak bangsa ini merdeka sampai sekarang, masyarakat di sini masih terisolasi.”

Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Sertu Abilio Da Costa kepada warga Derok adalah swadaya mandiri untuk membuka.

Ide tersebut langsung disambut untuk warga dan baru terwujud setelah melalui perjalanan kurang lebih dua tahun.

Baca Juga: Wouw, Kapolres TTU Berikan Penghargaan Kepada Anggota Yang Menangkap Pelaku Judi Online

Pasalnya mereka harus mengumpulkan dana terlebih dahulu untuk bisa menyewa dan mendatangkan alat berat.

Hasilnya pada Selasa 6 September mereka bisa mulai pekerjaan membuka jalan yang dilakukan secara swadaya mandiri tanpa dukungan dana desa atau pemerintah.

“Kemungkinan di TTU ini yang pertama masyarakat swadaya sendiri sewa alat berat untuk buka jalan. Masyarakat suka rela untuk kumpul dana dan bekerja buka jalan supaya jangan terisolasi,” ujar Sertu Abilio Da Costa.

Rencananya, jikalau jalan yang dikerjakan secara swadaya mandiri oleh warga Derok ini sudah selesai, langkah selanjutnya adalah mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk memerhatikan kebutuhan penerangan listrik, air bersih, rumah layak huni, pendidikan dan kesehatan warga.

“Mudah-mudahan pemerintah dari daerah sampai pusat bisa pantau karena ini masih banyak banyak kekurangan. Masih banyak yang harus dibantu oleh pemerintahlah karena ini memang warga Indonesia, tidak mungkin orang Timor Leste yang datang bantu kan?” tandas Sertu Abilio Da Costa. ***

Editor: John Taena

Tags

Terkini

Terpopuler