Dari Prancis ke Korea Selatan: Jean Louis Courjault, Veronique dan Dua Jasad Bayi dalam Kulkas

1 September 2022, 05:30 WIB
Sketsa yang mengisahkan Jean Louis Courjault dan Veronique, pasangan suami istri asal Prancis yang pindah ke Korea Selatan. Di rumah mereka terdapat dua jasad bayi di dalam kulkas. /AFP/Benoit Peyrucq

MEDIA KUPANGDua jasad bayi ditemukan di dalam kulkas di rumah seorang expatriat asal Prancis di Korea Selatan.Tak ada bercak darah, tak ada tanda perampokan ataupun senjata.

Jean Louis Courjault dan Veronique Courjault, sepasang suami-istri asal Prancis. Mereka menikah pada tahun 1994, dan dikaruniai dua orang anak. Masing-masing lahir pada tahun 1994 dan 1997.

Jean Louis Courjault mendapatkan pekerjaan baru. Ia bersama istri dan anak-anaknya lalu pindah dari Prancis ke Korea Selatan pada tahun 2022.

Baca Juga: 10 Orang Tewas dalam Kecelakaan Maut di Bekasi, Korbannya Anak-Anak dan Orang Dewasa

Perusahaan tempat Jean Louis Courjault bekerja menyediakan rumah di kawasan yang cukup elit. Rumah itu memiliki tiga lantai, dan halaman belakang.

Setelah empat tahun di Korea Selatan, pada awal Juli 2006 mereka memutuskan berlibur ke kampung halaman di Prancis. Usai berlibur, Jean Louis Courjault kembali ke Korea Selatan. Ia sendiri.

Ada pertemuan di perusahaan yang tidak bisa ditunda. Istri dan anak-anaknya memutuskan untuk tetap tinggal di Prancis, dan nantinya menyusul.

Pada 23 Juli 2006, Jean Louis Courjault menerima telepon dari penjaga perumahan. Katanya, ada paket berisikan daging ikan beku yang ditujukan kepada Jean.

Jean Louis Courjault bergegas pulang. Ia mengambil paket, lalu menyiapkan kulkas untuk menyimpan daging ikan tersebut.

Beberapa makanan yang sudah basi dibuangnya. Dan, ia menemukan bongkahan plastik di rak keempat, juga kelima pada kulkas itu.

Jean Louis Courjault mengira, itu makanan lezat. Secara perlahan, ia mulai membuka plastik itu.

Dua Jasad Bayi di dalam Kulkas

Jean terkejut. Bongkahan plastik itu bukanlah makanan, malainkan dua jasad bayi yang telah membeku. Salah satu jasad bayi dalam plastik itu dibalut dengan handuk.

Jean Louis Courjault yang belum fasih berbahasa Korea, meminta koleganya untuk menghubungi polisi agar segera datang untuk melakukan investigasi.

Kulkas yang digunakan untuk menyimpan dua jasad bayi. Jung Yeon Je.

Usai tiba, polisi pun tidak menemukan keanehan. Tidak ada tanda-tanda perampokan, senjata, ataupun bercak darah.

Siapakah kedua bayi ini? Apa yang telah mereka alami?

Kepada pihak kepolisian Korea Selatan, Jean Louis Courjault mengatakan, ada orang yang sengaja masuk untuk menjebaknya dengan meletakkan dua jasad bayi di dalam kulkas di rumahnya.

Polisi itu lalu memeriksa untuk mengetahui, berapa lama kedua jasad bayi itu disimpan di dalam kulkas. Juga apa penyebab adanya jasad-jasad itu. Tim auptopsi pun dihadirkan.

Usai melakukan autopsi, tim menyatakan bahwa kedua bayi itu meninggal sesaat setelah dilahirkan. Tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh mereka.

Baca Juga: Unggah Pas Foto bersama Marshel, Celine Evangelista Mohon Doanya, Tanda Segera Menikah?

Sayangnya, oleh sebab dibekukan, tim otopsi tidak dapat mengetahui kapan tepatnya kedua bayi malang itu tewas. Hanya ada keyakinan, kedua bayi itu dilahirkan bukan di rumah sakit.

Keyakinan itu muncul sebab tali pusar masih menempel di tubuh mereka. Selain itu, ada tanda pemutusan dengan tali dan benda tumpul.

Polisi sempat mencurigai Jean Louis Courjault dan Veronique Courjault. Jean diperiksa, tetapi ia dengan tegas menyangkal tuduhan polisi.

Ia bilang, pada Desember 2003, istrinya telah melakukan operasi terkait dengan sistem reproduksinya. Jadi, Veronique Courjault tidak mungkin hamil lagi.

Dilansir Liberation, Jean mengatakan, “bukan istri saya yang melahirkan anak-anak ini, dan kami bukan orang tua dari anak-anak ini.”

Tiga hari setelah penyelidikan, Jean kembali ke Prancis. Ia pun meninggalkan DNA-nya kepada polisi.

Di kawasan tempat tinggal Jean, ada banyak CCTV. Sebelum mereka berlibur ke Prancis, Jean sempat meninggalkan kunci kepada temannya, Martin. Biar sesekali mengecek rumah mereka.

Dari rekaman CCTV, selama tiga minggu, Martin terlihat empat kali masuk ke rumah Jean Louis Courjault. Martin menghabiskan waktu sekitar tujuh menit di dalam rumah itu.

Martin sempat dicurigai. Tetapi alibi Martin cukup kuat, akhirnya ia pun dilepas pihak kepolisian Korea Selatan.

Baca Juga: Saling Sayang, Irjen Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi pada Adegan ke-71 Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J

Ada keanehan. Plastik dan handuk yang digunakan untuk membungkus kedua jasad bayi itu, bermerk sama dengan yang ada di dalam rumah Jean.

Selain itu, sesuai hasil test DNA, Jean terbukti adalah ayah dari kedua bayi malang itu. Sedangkan Veronique Courjault yang masih berada di Prancis, belum bisa diambil DNA-nya untuk diperiksa.

Pihak kepolisian Korea Selatan pun tidak menyerah. Mereka mengumpulkan barang-barang di rumah itu untuk mendapatkan DNA Veronique Courjault.

Dilansir Unanswered Questions, barang-barang yang diambil di antaranya, tiga sikat gigi dan tiga sisir. Barang-barang itu lalu dibawa untuk diteliti.

Pihak kepolisian Korea Selatan ketika memeriksa kulkas berisikan dua jasad bayi. Jung Yeon Je

Bagaimana hasilnya? Ditemukan tiga DNA pria diduga milik Jean Louis Courjault dan putranya. Selain itu, ditemukan juga tiga DNA perempuan dari orang yang sama.

Apakah milik Veronique Courjault? Ataukah suaminya punya selingkuhan?

Diketahui, keluarga Jean Louis Courjault sempat memiliki seorang pekerja rumah tangga berkewarganegaraan Filipina. Ia dicurigai berselingkuh dengan Jean. Namun, tidak ditemukan kesamaan DNA dari sisir yang ditemukan di rumah itu.

Pihak kepolisian Korea pun mengundang keluarga itu untuk diinvestigasi. Namun pengacara Jean menolak, mengingat tidak adanya bukti yang cukup untuk mencurigai Veronique Courjault.

Detektif Cheon Hyungil, salah satu petugas yang menangani kasus ini. Ia sangat yakin, tersangka kasus itu adalah Veronique Courjault.

Suatu hari, Cheon membahas kasus itu dengan istrinya. "Mungkinkah, pelakunya adalah Veronique?” tanya istrinya.

"Tidak mungkin, kan istrinya sudah melakukan operasi dan tidak mungkin hamil lagi," jawab Cheon.

"Jangan-jangan istrinya operasi karena melahirkan di rumah secara asal-asalan,dan akhirnya ada yang salah dengan sistem reproduksinya," balas istri Cheon penuh analisa.

"Kamu tulis novel, ya? Istrinya tuh kan sudah operasi sejak tiga tahun yang lalu," jawab Cheon.

"Nah, kan katamu tim autopsi tidak tahu kapan bayinya meninggal," sanggah istrinya.

Saat itu juga, detektif Cheon langsung yakin bahwa Veronique Courjault harus dibawa ke Korea untuk diinvestigasi lebih lanjut.

Sayangnya, pada masa itu pihak otoritas Prancis sepertinya tidak percaya dengan hasil penyelidikan kepolisian Korea Selatan. Hal itu karena teknologi tes DNA yang riskan keliru.

Baca Juga: Tim Siber Polda NTT Tangkap 13 Pelaku Judi Online, Tujuh Orang Ditetapkan Sebagai Tersangka

Tidak banyak yang bisa dilakukan otoritas Korea Selatan, mengingat Veronique Courjault berkewarganegaraan Prancis. Tim penyelidikan Korea Selatan sendiri, masih bersikeras untuk memecahkan misteri kasus itu.

Investigator akhirnya mendapatkan sample tissue milik Veronique Courjault saat dioperasi di rumah sakit di Korea Selatan. Berdasarkan hasil tes DNA, ia adalah ibu dari kedua bayi malang itu.

Akibat berita yang simpang siur, pada 22 Agustus 2006, Jean dan Veronique bersama pengacara mereka mengadakan konferensi pers. Mereka membantah semua tuduhan kepada Veronique.

Jean dan Veronique saat memberikan keterangan pers. Alain Jocard

Jean Louis Courjault menegaskan, hal itu dilakukan oleh musuhnya di perusahaan untuk menjatuhkan nama baik keluarganya.

Menemui jalan buntu, pemerintah Korea Selatan lalu mengalihkan kasus itu untuk diinvestigasi di Prancis. Tes DNA kembali dilakukan, hasilnya tetap sama. Pasangan suami-istri itu adalah orang tua biologis dari kedua jasad bayi yang telah beku.

Pengakuan Mengejutkan

Hampir setahun, tepatnya 12 Oktober 2007, Veronique Courjault akhirnya mengakui perbuatannya kepada pihak kepolisian. Ia melahirkan kedua bayinya pada tahun 2002 dan 2003 di rumahnya di Korea Selatan.

Mengejutkan, itu bukan kali pertama dilakukan Veronique Courjault. Ia mengaku pernah melakukan aksi sadir yang sama pada tahun 1999 di Prancis.

Saat itu, bayinya tidak dibekukan di kulkas. Tapi ia membuangnya di perapian. Veronique Courjault membakar bayi yang adalah darah dagingnya.

Veronique Courjault akhirnya dibawa ke persidangan. Ketika disidang, ia menyatakan, "mereka bukanlah anak, melainkan bagian dari diri saya yang telah saya bunuh."

Pemeriksaan pun dilanjutkan. Setelah enam bulan, tim profesional menyebut Veronique memiliki ‘denial of pregnancy’. Kondisi di mana seseorang berkeinginan untuk hamil, tapi dia tahu, bisa juga tidak bahwa dirinya hamil.

Oleh sebab itu, setiap mengetahui kondisi kehamilannya, Veronique Courjault akan melupakan hal tersebut. Namun, ketika kehamilan memasuki masa kelahiran, dirinya akan berusaha untuk membunuh bayi yang dikandungnya.

Baca Juga: Empat Warga Timika Papua Dibunuh, Enam Prajurit TNI Angkatan Darat Ditahan sebagai Tersangka

Investigator di Korea Selatan juga sempat menemukan 10 ribu file foto keluarga Jean Louis Courjault selama di sana. Tetapi tidak ada satu pun foto yang menunjukkan kehamilan istrinya.

Sedangkan seorang tetangga dekat mereka mengatakan, Veronique Courjault mengenakan bikini saat kehamilannya berumur sekitar tujuh bulan. “Bagaimana mungkin ia tidak hamil?”

Akibat kondisi kesehatan mentalnya, Veronique Courjault dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Ia beberapa kali menerima remisi.

Veronique Courjault bebas lebih cepat pada 2010 lalu. Sementara itu, suaminya Jean Louis Courjault dinyatakan tidak bersalah karena tidak mengetahui kehamilan itu.

Sedangkan kedua jasad bayi itu dikuburkan oleh ayah mereka, Jean Louis Courjault. Dan olehnya juga, kedua bayi itu diberi nama Thomas dan Alexandre.

Jean Louis Courjault menyesal, ia merasa menjadi ayah yang paling berdosa. Meski Thomas dan Alexandre dibunuh oleh istrinya, ia merasa turut membunuh anak-anak yang dicintainya.

Seseorang tidak menjadi ayah yang baik setelah mengetahui bahwa anak-anak itu dibunuh. Seorang ayah tidak mampu memberi kasih sayang, setelah anak-anaknya tiada.

Seorang ayah tidak lebih dari pengkhianat sebab tidak pernah merasakan kehadiran anak-anak yang dicintai. Jean Louis Courjault, salah satu ayah dimaksud.***

Disclaimer: artikel ini diolah dari cuitan akun Twitter @apriseuldiyana pada 19 Agustus 2022 lalu.

Editor: Efriyanto Tanouf

Tags

Terkini

Terpopuler