Hacker Bjorka Ungkap Kronologi Pembunuhan Munir, Sebut Muchdi Purwoprandjono Aktor Intelektual

- 12 September 2022, 09:29 WIB
Hacker Bjorka mengungkap kronologi pembunuhan Munir Said Thalib, ia pun menyebut Muchdi Purwoprandjono sebagai aktor intelektual dalam kasus tersebut.
Hacker Bjorka mengungkap kronologi pembunuhan Munir Said Thalib, ia pun menyebut Muchdi Purwoprandjono sebagai aktor intelektual dalam kasus tersebut. /Kolase foto diolah/Media Kupang/HET.

MEDIA KUPANG – Klaim mengejutkan disampaikan Hacker Bjorka melalui akun Twitternya @bjorkanism. Peretas data Menkominfo itu membeberkan kronologi dan profil pembunuh Munir Said Thalib.

Kronologi dan profil orang yang diduga membunuh Munir disampaikan Hacker Bjorka sebagai jawaban bagi masyarakat Indonesia atas kasus yang belum diusut tuntas. Khususnya, aktor intelektual di balik pembunuhan Munir.

"Yea I know you guys have been waiting for this. So, who killed this good man? (Ya aku tahu kalian telah menunggu ini. Jadi, siapa yang membunuh pria baik (Munir) ini?)," cuit Hacker Bjorka melalui akun Twitternya @bjorkanism pada Minggu, 11 September 2022.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Senin 12 September 2022, Sang Perwira yang Merasa Dirinya Tak Pantas di Hadapan Tuhan

Kronologi Pembunuhan Munir Versi Hacker Bjorka

Hacker Bjorka menyebut, pembunuh Munir bernama Muchdi Purwoprandjono. Sosok yang diduganya, saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Berkarya.

"He is Muchdi Purwoprandjono who currently serves as Chairman of the Berkarya Party (Dia adalah Muchdi Purwopranjono yang kini sedang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Berkarya)."

Munir Said Thalib, Koordinator KontraS saat itu. Ia berhasil mengungkap Tim Operasi Mawar sebagai pelaku penculikan 13 aktivis selama tahun 1997 hingga 1998.

Atas usaha Munir itu, Muchdi Purwoprandjono diberhentikan dari jabatannya selama 52 hari. Akibatnya, muncul ketidaksukaan Muchdi terhadap aktivis Munir.

Baca Juga: Belu Masih 'Ribut', Dua Kabupaten ini Sudah Nikmati Pinjaman Daerah Ratusan Miliar dari Bank NTT

Dilansir dari Telegraf Bjorka, pada 27 Maret 2003, Muchdi Purwoprandjono diangkat menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Deputi V. Hacker Bjorka mengklaim, posisi itu berpeluang menghentikan usaha Munir.

"A position that opens up many opportunities to stop the activities of the victim of the late Munir that has harmed the defendant (Posisi yang membuka banyak peluang untuk menghentikan aktivitas korban Munir sebab telah merugikan terdakwa)."

Disebut Hacker Bjorka, Muchdi Purwoprandjono memanfaatkan jaringan non-organik BIN. Ialah seorang pilot PT. Garuda Indonesia Airways, Pollycarpus Budihari Priyanto diminta untuk membunuh Munir.

Hal itu dikarenakan, saat itu Munir akan pergi ke Belanda dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia. Pollycarpus lalu membuat surat rekomendasi kepada Garuda Indonesia Airways untuk ditempatkan di bidang Corporate Security.

Namun, Pollycarpus tidak menjelaskan tujuan utamanya. Beberapa hari kemudian, ia memutuskan untuk berterus terang bahwa dirinya mendapat tugas dari Muchdi Purwopranjono untuk membunuh aktivis Munir.

Baca Juga: Raja Charles III Ganti Ratu Elizabeth II, Ada 23 Calon Penerus Takhta Kerajaan Inggris

Kepada Direktur Utama Garuda Indonesia Airways, Indra Setiawan, pilot Pollycarpus memberikan sebuah amplop. Diketahui, amplop BIN itu berisi surat yang telah ditandatangani dengan nomor R-451/VII/2004.

Untuk memastikan keberangkatan Munir, Pollycarpus menelepon istri Koordinator KontraS, Suciwati. Istri Munir itu menjawab, keberangkatan akan berlangsung pada Senin, 6 September 2004.

Adapun nomor penerbangan pesawat yang ditumpangi Munir yaitu Garuda Boeing 747-400 GA-974. Mereka satu pesawat. Pollycarpus lalu membawa Munir ke Coffee Bean melalui Gate 42 ketika mendarat di Bandara Changi Singapura.

Di Bandara, Pollycarpus memesan minuman untuk keduanya. Munir tidak tahu, bahwa salah satu minuman telah dicampur racun arsenik. Minuman beracun itulah yang diminum Munir.

Penerbangan dilanjutkan, dua jam sebelum pesawat Garuda Indonesia mendarat di Bandara Schipol Amsterdam, Belanda, Munir Said Thalib dinyatakan meninggal dunia.

Hacker Bjorka menyebut, sebanyak 3,1 miligram racun arsenik ada dalam tubuh Munir,, sebagaimana hasil autopsi otoritas Belanda.

Klaim Hacker Bjorka Telah Retas Data BIN hingga Presiden Jokowi

Diberitakan sebelumnya, Hacker Bjorka bahkan mengklaim, dirinya berhasil meretas data (surat-menyurat) milik Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Hal itu disampaikannya melalui sebuah grup Telegram.

Atas klaim itu, pihak Pemerintah Indonesia pun buka suara. Dikatakan bahwa, tidak ada data Presiden Jokowi yang diretas lalu dibocorkan ke publik melalui berbagai media sosial.

Baca Juga: Babak Kedua Penyisihan Grup A El Tari Memorial Cup XXXI Menjadi Pertandingan Bergengsi

Pemerintah Indonesia melalui Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres), Heru Budi Hartono membantah klaim Hacker Bjorka.

“Pihak Sekretariat Negara akan menyampaikan. Tidak ada isi surat-surat yang bocor,” kata Heru di Jakarta, sebagaimana dilansir PMJ News pada Minggu, 11 September 2022.

Kasetpres Heru pun menegaskan, klaim Hacker Bjorka atas surat rahasia dari BIN, termasuk surat ataupun data Presiden Jokowi merupakan informasi bohong (hoaks).

Selain itu, aksi yang dilakukan oleh Hacker Bjorka, kata Heru, merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

“Saya tegaskan, itu sudah melanggar hukum UU ITE. Saya rasa pihak penegak hukum akan memproses secara hukum dan mencari pelakunya.”

Baca Juga: Jelang Flobamora Film Festival, Bioskop Pasiar KFK Jemput Penumpang di Terminal Bolok NTT

Diketahui, melalui akun Twitternya @bjorkanism, Hacker Bjorka mengungkapkan alasan, mengapa ia meretas data pemerintah Indonesia.

Ia menganggap, Pemerintah Indonesia terlampau sewenang-sewenang dalam berbagai kebijakan. Di satu sisi, tidak ada perlawanan masif terhadap kesewenang-wenangan itu.

Oleh karenanya, Hacker Bjorka mengklaim dirinya sebagai martir bagi rakyat Indonesia. Meretas data Pemerintah Indonesia, dianggapnya sebagai pelajaran yang harus diberi.

Sebelumnya, Hacker Bjorka pun mengklaim, dirinya telah menjual 105 juta data milik warga negara Indonesia (WNI). Data itu diambil dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Selain itu, Hacker Bjorkan juga mengklaim telah mengantongi 1,3 miliar data registrasi SIM card prabayar Indonesia. data itu terdiri dari nomor telepon, operator seluler, tanggal registrasi bahkan Nomor Induk Kependudukan (NIK).***

Editor: Efriyanto Tanouf

Sumber: Pikiran Rakyat PMJ News Telegraf Bjorka


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x