Hacker Bjorka Orang Indonesia? Pengamat Linguistik Angelina Dea Kuliti Tata Bahasa Inggris yang Digunakan

- 14 September 2022, 19:52 WIB
Pengamat Linguistik Angelina Dea curiga kalau Hacker Bjorka adalah orang Indonesia. Tampak dalam tata Bahasa Inggris yang digunakannya.
Pengamat Linguistik Angelina Dea curiga kalau Hacker Bjorka adalah orang Indonesia. Tampak dalam tata Bahasa Inggris yang digunakannya. /Diolah dari akun Twitter @bjorkanism dan Pixabay/Media Kupang/HET.

MEDIA KUPANG – Seorang pengguna Twitter sekaligus pengamat linguistik membongkar tata Bahasa Inggris yang digunakan Hacker Bjorka ketika membocorkan berbagai data yang diretasnya.

Melalui akun Twitternya @angelinadeaid, Angelina Dea ulas secara detail teknis penggunaan Bahasa yang digunakan Hacker Bjorka.

Sejauh hasil pengamatannya, ia cukup yakin bahwa Hacker Bjorka adalah orang Indonesia. Keyakinannya itu diperkuat dengan penggunaan Bahasa Inggris yang menurutnya sangat ‘Indoglish’.

Baca Juga: Isi Rekening Para Ajudan Irjen Ferdy Sambo Capai Rp300 Juta Setiap Bulan, Milik Putri Candrawathi?

Berikut, hasil pengamatan yang dihimpun MediaKupang.com dari akun Twitter Angelina Dea. Kata ataupun kalimat yang diulas dibuat tebal.

Melihat lexicon (collections of words) yang dipakai Bjorka, saya cukup yakin bahwa dia adalah orang Indonesia,” tulis Angelina pada akun Twitternya pada 12 September 2022.

Lebih lanjut ia menjelaskan, penggunaaan double conjunctionbecause since” setelah tanda titik, adalah tipikal khas orang Indonesia untuk menulis Bahasa Inggris dengan style ‘Indoglish’.

Ia membuka ulasannya pada tulisan Hacker Bjorka berikut ini. “Jokowi promises to resolve Munir’s death case were again billed. Because since the contract was made, Munir’s case is still being handled.”

Angelina Dea melanjutkan temuan lainnya. dikatakannya bahwa dalam Bahasa Inggris, kata ‘because’ tidak boleh diletakkan di awal kalimat.

Baca Juga: Lukas Enembe Dicekal Usai Jadi Tersangka oleh KPK, Kuasa Hukum: Kriminalisasi, Gubernur Papua Tidak Curi

Tendensi Hacker Bjorka untuk menulis ‘because’ di awal kalimat ini menunjukkan kebiasaan dalam Bahasa Indonesia yang cenderung memulai kalimat alasan dengan ‘karena’ atau ‘karena pada saat itu’.

Tulisan Hacker Bjorka yang diulasnya yaitu “Muchdi used BIN’s non-organic network, Pollycarpus Budihari Priyanto a pilot if PT Garuda Indonesia Airways, to kill Munir’s soul. Because at that time, it was known that Munir would fly to the Netherlands using Garuda Indoensia.”

Selanjutnya, kata janggal yang ditemukan Angelina Dea adalah ‘founding’ dalam kalimat Hacker Bjorka berikut ini. "Tuesday at around 10.47 am, Polly contacted Budi Santoso and said: “Founding big fish in Singapore.”

Angelina Dea menjelaskan, jika Hacker Bjorka menggunakan translator tool untuk menerjemahkan teks Polly, di manapun translation tool akan menerjemahkannya sebagai ‘finding’ atau ‘found’.

Fakta bahwa kata ‘founding’ ditulis di sini menunjukkan dua kemungkinan. Pertama adalah typo.

Kemungkinan kedua yang lebih masuk akal adalah Hacker Bjorka menerjemahkan teks tersebut secara manual. Ini berarti terbukti bahwa dia memahami Bahasa Indonesia dengan baik.

Baca Juga: Sakit Hati Disebut Gerombolan, Prajurit TNI AD Serentak Kecam Effendi Simbolon, Dandim 0623 Cilegon Ikut Murka

Pengamat Linguistik itu pun menemukan kejanggalan lain dari kata Bahasa Inggris yang digunakan Hacker Bjorka. Menurutnya, cerita Bjorka tentang ‘old man’ ini memiliki tenses inconsistency.

Dalam Bahasa Inggris, untuk menceritakan orang yang sudah meninggal, seseorang akan otomatis menggunakan ‘past tense’ karena mereka sudah tidak ada di dunia ini.

Perhatikan kejanggalan yang dimaksud Angelina Dea dalam kutipan berikut ini. “Last year he just passed away. This old man has taken care of me since I was born. He wants to go back and do something with technology even though he sees how sad it is to be a habibie.”

Angelina Dea mengatakan, dirinya “selalu melihat kesalahan umum seperti yang Bjorka buat pada orang Indonesia di mana mereka selalu campur aduk dalam menggunakan tenses.”

Menurutnya, “kata kerja (verb) dalam Bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan ketika kita menceritakan masa lalu, sekarang, dan masa depan.”

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Rabu14 Septmber 2022, Allah Mengutus AnakNya ke Dunia Bukan untuk Menghakimi

Temuan lainnya lagi yaitu dalam kalimat Hacker Bjorka “hi again everyone. let’s make a noise again today.”

Penggunaan ‘make a noise’, kata Angelina Dea, kebanyakan orang Indonesia mengasosiasikan suara dengan 'a' (bisa dihitung).

Padahal dalam Bahasa Inggris, ‘noise’ itu termasuk uncountable noun, sehingga lebih natural jika menggunakan ‘some’, bukan ‘a’.

Bukti lainnya ditemukan dalam kalimat yang ditulis Hacker Bjorka berikut ini. “Even though he is a smart old man.”

Menurut Angelina Dea, kalimat tersebut merupakan dependant clause. Artinya, dia memerlukan kalimat lain agar menjadi kalimat kompleks yang utuh.

Ia merinci, jika diterjemahkan, klausa itu menjadi: “Biarpun dia adalah orang tua yang pintar.

Dalam Bahasa Indonesia, sering kita lihat orang memakai kalimat seperti ini. Namun kalimat ini sebenarnya tidak utuh atau tidak sempurna.”

Ciri-ciri kecil yang dilanturkan Hacker Bjorka, “semakin memberi kecurigaan bahwa Bjorka adalah orang Indonesia.”

Baca Juga: Kejagung Tunjuk 43 Jaksa Usut Kasus Brigadir J Soal 'Obstruction of Justice' Ferdy Sambo Cs

Kejanggalan yang lainnya, Angelina Dea menemukan frasa ‘have breathed free air’ yang menurutnya terkesan seperti terjemahan literal dari Bahasa Indonesia: “menghirup udara bebas” - gaya idiom Bahasa Indonesia yang sangat khas.

Angelina Dea pun menegaskan, thread yang dibuatnya karena “tertarik untuk mengamati bahasa yang Bjorka pakai.”

Terlepas dari analisa saya, kemungkinan pun saya masih bisa salah karena perlu kajian yang jauh lebih dalam untuk melihat kasus Bjorka ini,” tutupnya.***

Editor: Efriyanto Tanouf

Sumber: Twitter @angelinadeaid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x