Kembangkan Holtikultura di NTT, Kemenko Perekonomian Gunakan 'Inclusive Closed Loop System'

27 April 2021, 17:12 WIB
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Holtikultura, Kemenko Perekonomian RI, Yuli Sri Wilanti /Media Kupang/Eryck S.

MEDIA KUPANG - Kementerian Koordinator Bidang Perekomian (Kemenko Perekonomian) RI, saat ini sedang melakukan pengembangan agribisnis holtikultura dengan menggunakan Inclusive Closed Loop System (Sistem Kemitraan Saling Menguntungkan). Yang mana, Closed Loop tersebut merupakan sebuah sistem kemitraan yang mensinergikan rantai pasok pertanian terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.

Dalam pola kemitraan ini, petani sebagai tokoh utama akan dihubungkan langsung dengan semua stakeholder. Sehingga, dapat berbagi peran dengan semua stakeholder yang ada, mulai dari penyedia benih, pupuk, perlindungan tanaman, melakukan pendampingan terhadap para petani, membiayai dan memberikan dukungan permodalan, serta siapa yang akan menjadi jadi off-taker.

Demikian disampaikan oleh Yuli Sri Wilanti, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Holtikultura, Kemenko  Perekonomian RI, usai melakukan diskusi bersama para petani milenial di kebun Irigasi Tetes milik Yance Maring, Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, pada Selasa, 27 April 2021.

Baca Juga: Temuan Mayat di Pulau Kambing-Alor, Polisi Belum Pastikan Apakah Korban Bencana Seroja Atau Bukan

"Intinya kita mau membangun ekosistem agribisnis holtikultura yang benar-benar dapat meningkatkan nilai tambah untuk para petani. Jadi kita ingin menggandeng mereka, karena di Kemenko Perekonomian ada Inclusive Closed Loop System itu," ucapnya.

Untuk itu, dirinya sudah melakukan diskusi bersama para petani muda di Kabupaten Sikka dan mendengarkan semua inisiasi mereka. Kemudian, pihaknya juga ingin mengkolaborasikan dan menggandeng dengan semua pihak, untuk memastikan dari hulu dan hilir bisa berkesinambungan dan dapat berjalan lebih baik.

"Kami di Kemenko Perekonomian memang fungsinya untuk mengkoordinasikan dengan kementerian terkait misalnya, menggandeng Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Desa dan PDTT. Karena mereka mempunyai program-program yang bisa diintergrasikan, untuk mendorong pengembangan holtikultura disini," katanya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Sampaikan Belasungkawa atas Gugurnya Bringjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya

Dengan demikian, pihaknya juga akan mengidentifikasi, mendorong dari pemanfaatan dana desa, pengembangan Bumdes, pemanfaat dana-dana untuk koperasi, untuk pengembangan digitalisasi pertanian. Sehingga semuanya itu akan diintegrasikan, agar menjadi sebuah program yang benar-benar sempurna secara bertahap.

Melihat optimisme para petani muda yang berkumpul bersama dirinya tersebut, Yuli mengatakan bahwa semangat mereka merupakan nomor satu. Karena ketika petani muda mempunyai semangat untuk melakukan perubahan dalam berusaha tani, pastinya ada jalan dan juga memperoleh kemudahan.

"Jadi saya yakin teman-teman yang muda ini, bisa bergerak untuk menginspirasi teman-teman petani ataupun masyarakat yang lainnya," terangnya.

Para petani milenial di Kabupaten Sikka berpose bersama Tim Kemenko Perekonomian, usai berdiskusi di kebun Irigasi Tetes milik Yance Maring Media Kupang/Eryck S.

Namun, lanjut Yuli, pada intinya kita harus berusaha tani secara kelembagaan, dengan berkolaborasi dan tak bisa kita bekerja sendiri. Harus berbagi tugas, siapa yang melakukan produksi, siapa yang melakukan pemasaran, kemudian dikonsolidasikan dalam satu kelembagaan. Dimana, bisa melalui Bumdes, koperasi, tetapi yang jelas harus dibangun ekosistem secara bersama.

Yuli menjelaskan, hal ini menjadi tantangan buat para petani muda yang berada di NTT, namun dirinya meyakini bahwa para petani milenial tersebut bisa melakukan itu demi meningkatkan produktifitas hasil pertanian mereka.

Tetapi, diakui Yuli juga, tak hanya cukup dengan peningkatan produktifitas saja, melainkan harus memastikan pemasarannya. Sebab, identifikasi dan mapping pasar itu menjadi poin pertama. Sehingga, jikalau sudah mengetahui kebutuhan pasar, maka kita bisa merencanakan produksi sesuai dengan yang dibutuhkan pasar.

Baca Juga: Kemendes PDTT Sebut Drip Irrigation System, Sebuah Kebangkitan Anak Muda NTT di Bidang Pertanian

"Petani harus menanam sesuai komoditas kebutuhan pasar. Jadi, poin pertama adalah pasar dulu, baru kita berangkat untuk menanam apa, demi memenuhi kebutuhan pasar itu,"

Sementara, terkait lahan Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation System) milik Yance Maring yang sudah dikunjungi dirinya sebanyak dua kali itu, Yuli mengungkapkan bahwa lahan tersebut sangat luar biasa karena menggunakan teknologi yang sangat canggih. Dimana, telah dipelajari oleh Yance di Israel beberapa tahun lalu.

"Inilah yang menjadi solusi dari kebutuhan para petani disini, yang memang mengalami kesulitan air. Artinya dengan teknologi Drip Irrigation System ini, mereka bisa melakukan budidaya dengan penghematan air," ungkapnya.

Baca Juga: Kejari Kalabahi Terus Bergerak Usut Dana Covid-19, Dalami BKK dan BTT

Menurut Yuli, pengembangan teknologi pertanian seperti ini yang perlu didukung di semua tempat, terutama di NTT. Sehingga, dirinya pun mendorong para petani milenial, agar bisa melakukan budidaya tanaman dengan menggunakan teknologi.

"Saya yakin dengan teknologi itu, pastinya dapat meningkatkan produktifitas. Kalau produktifitasnya meningkat, maka pendapatan petani juga akan meningkat," pungkasnya.***

 

Editor: Eryck S

Tags

Terkini

Terpopuler