Tangani Masalah Stunting Desa Pagomog Nagekeo Alokasikan Puluhan Juta Dana Desa Tahun Anggaran 2022

- 6 Mei 2022, 18:53 WIB
Suasana pengukuran kesehatan anak di posyandu Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, Nagekeo, NTT, Jumat (6/5/2022) (ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi)
Suasana pengukuran kesehatan anak di posyandu Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, Nagekeo, NTT, Jumat (6/5/2022) (ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi) /

MEDIA KUPANG – Sekitar Rp 37 juta dari Rp1,1 miliar dana desa tahun anggaran 2022 dialokasikan pemerintah Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengatasi masalah stunting.

Dana senilai puluhan juta tersebut dialokasikan bagi 45 bayi/balita di Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, kabupaten setempat yang mengalami stunting.

Pasalnya Desa Pagomogo merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Nangaroro dengan kasus stunting tertinggi.

Baca Juga: Terlepas Dari Genggaman Orang Tua, Bocah 9 Tahun Asal Jawa Barat Meninggal Dunia di Air Terjun Green Canyon

Baca Juga: Pemkab Manggarai Barat Dorong UMKM Kembangkan Potensi dan Produk Lokal Masuk Hotel

Berdasarkan data jumlah bayi/balita desa setempat, terdapat 45 anak stunting dari total 56 anak tahun ini.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi pemerintah desa setempat mengalokasikan Rp 37 juta dari Rp1,1 miliar dana desa tahun anggaran 2022 untuk mengatasi masalah stunting.

Dikutip dari ANTARA, Desa Pagomogo di Kabupaten Nagekeo, NTT memanfaatkan Rp37 juta dari Rp1,1 miliar dana desa tahun anggaran 2022 untuk menangani masalah  stunting yang dialami oleh 45 bayi/balita.

"Desa Pagomogo merupakan desa dengan kasus stunting tertinggi di Kecamatan Nangaroro. Dari 56 anak, ada 45 anak stunting tahun ini," kata Sekretaris Desa Marsianus Sale ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, 6 Mei 2022.

Baca Juga: Pengukuhan Pengurus KBP3 Alor, Lay Djaranjoera : Anak Polisi Tidak Akan Purna

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina karena NATO? Ini Kata Paus Fransiskus

Anggaran sebesar Rp37 juta terbagi dalam dua jenis intervensi.

Pertama, dana Rp31 juta yang dialokasi untuk intervensi pemberian makanan tambahan (PMT) berupa susu dan telur bagi 45 anak.

Berikutnya, dana Rp6 juta yang difokuskan pada persoalan ibu hamil.

Marsianus mengatakan desa memang mengalokasikan dana untuk PMT setiap tahun.

Pada tahun 2021, desa menggunakan Rp24 juta dari Rp1,3 miliar untuk penanganan masalah kekerdilan pada 44 anak termasuk ibu hamil.

Baca Juga: Pengukuhan Pengurus KBP3 Alor, Lay Djaranjoera : Anak Polisi Tidak Akan Purna

Baca Juga: Yuk, Intip Fitur Rahasia Whatsapp Web dan Fungsinya di Sini

Kini, dana sebesar Rp37 juta juga digunakan untuk hal serupa. Pelayanan kesehatan untuk 45 anak tersebut akan dilakukan terpusat di Pondok Bersalin Desa (Polindes).

Menurut dia butuh kerja keras semua pihak untuk menurunkan jumlah kasus hingga Agustus 2022.

Apalagi pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan khususnya kekerdilan masih rendah.

Masyarakat masih menganggap kekerdilan merupakan hasil genetik sehingga tidak menjadi suatu masalah bagi tumbuh kembang anak.

Namun, pemerintah desa terus memberikan edukasi bersama bidan desa dan petugas gizi.

Kini, pemberian susu dan telur akan dilakukan setiap dua minggu sekali, dari sebelumnya sebulan sekali.

Baca Juga: Pasutri Penista Agama Asal Sukabumi Diciduk Polisi, Terancam Hukuman 5 tahun Penjara

Baca Juga: Pengusaha Wajib Bayar Upah Pekerja yang Lembur di Hari Libur Kalau Tidak Mau Didenda Rp 100 Juta

Selain intervensi anggaran untuk PMT, Pemerintah Desa Pagomogo di Kecamatan Nangaroro juga memberi stimulan dana sebesar Rp1,5 juta ke masing-masing kelompok dasa wisma dalam rangka menurunkan angka kekerdilan.

Stimulan dana itu diberikan untuk membuat kebun keluarga sehat.

Bidan Desa Pagomogo Elfin Paa menjelaskan tingginya angka kekerdilan di Desa Pagomogo disebabkan rendahnya masyarakat menjaga pola makan yang sehat.

Hasil studi kasus yang dilakukan bidan desa dan petugas gizi menunjukkan bahwa masyarakat masih rendah mengonsumsi makanan mengandung protein.

Dari hasil evaluasi selama ini, pemberian PMT setiap bulan kepada anak yang mengalami kekerdilan sangat tidak efektif.

Baca Juga: Nelayan Sumba Timur Ditemukan Dalam Kondisi Tidak Bernyawa Setelah Dilaporkan Hilang

Baca Juga: Usai Tabrak Karang Kapal Sabuk Nusantara 91 kandas Bersama Ratusan Orang di Pulau Setabok

Dia menilai pemberian rangsangan untuk meningkatkan pertumbuhan anak harus dilakukan dua minggu sekali.

Oleh karena itu bidan desa bekerja sama dengan petugas gizi dari Puskesmas Nangaroro untuk pengadaan susu dan telur sebagai rangsangan pertumbuhan anak.

"Solusinya harus tingkatkan melalui pemberian susu dan telur," kata Elfin menegaskan. ***

Editor: Royan B

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x