Renungan Harian Katolik, Minggu 6 Februari 2022 Berdaya Guna Karena Kasih Karunia Tuhan

- 6 Februari 2022, 08:39 WIB
RD. Maxi Un Bria
RD. Maxi Un Bria /Royan B/Media Kupang

 

Lukas 5 :1-11

MEDIA KUPANG - Dapatkah seseorang mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri bila tidak dianugerahkan dari Allah ?

Dapatkah Salomo menjadi raja berhikmat kalau bukan Allah yang memberi hikmat?

Memang Salomo telah berdoa dengan rendah hati dan hanya memintakan hikmat dalam mengadili, namun Allah memberi lebih dari yang diminta yakni hikmat, kemuliaan dan kekayaan.

Begitu besar kasih karunia Allah bagi Salomo karena Allah telah mengenal ketulusan hati dan keluhuran motivasi Saloma dalam berdoa.

Selanjutnya Alkitab mencatat, Nabi Yesaya diutus Allah untuk mengingatkan Israel agar tidak berpaling dari Allah.

Terhadap pertanyaan Allah “ Siapakah yang akan diutus? Dan siapakah yang akan pergi atas nama-Ku ? Yesaya dengan rela dan tegas menjawab ,” Inilah aku, utuslah aku “.

Kerelaan dan kesiapan Yesaya dalam mengikuti bimbingan Allah, menjadikannya penuh hikmat dan menjadi nabi yang sangat berpengaruh dalam ziarah bangsa Israel menuju tanah terjanji. Kasih Karunia Allah menyertai Nabi Yesaya dan bangsa Israel.

Seperti Yesaya yang dipilih Allah sebagai nabi bagi bangsa Israel, demikian pun Rasul Paulus pada zamannya ‘ditangkap’ dan diutus Tuhan sebagai rasul bagi bangsa-bangsa.

Meskipun Paulus dikenal sebagai penjahat dan pendosa, ia telah digunakan Tuhan sebagai pewarta Injil dan saksi kebangkitan Kristus yang efektif.

Semua itu telah terjadi , semata-mata karena kasih karunia Tuhan bagi dirinya. Rasul Paulus insaf bahwa ketaatan untuk berpegang teguh dan hidup menurut Injil menghasilkan keselamatan dan buah-buah yang menggembirakan dalam hidup.

Ia bersaksi “ Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, dan tidak layak disebut Rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah.

Tetapi berkat kasih karunia Allah aku menjadi sebagaimana aku sekarang ini, dan kasih karunia yang dianugerahkan- Nya kepadaku tidaklah sia-sia”.

Paulus bertobat dan berubah dari seorang pendosa dan penjahat menjadi pewarta Injil dan saksi Kritus yang berdampak bagi pertumbuhah iman jemaat, semata-mata karena kasih karunia Tuhan.

Memang kelihatannya ia telah bekerja keras dalam mewartakan Injil yang berdampak bagi banyak orang, tetapi dengan rendah hati, ia mengakui bahwa bukanya aku, melainkan karena kasih karunia Allah yang menyertaiku.

Seperti Rasul Paulus yang bertobat karena pengalaman unik berjumpa dengan Tuhan dalam perjalanan ke Kota Damsyk, Simon Petrus pun ‘ ditangkap ‘ Tuhan di pantai setelah semalam suntuk berupaya menangpak ikan tanpa hasil seekorpun.

Yesus meminta Petrus untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jala. Ia menuruti permintaan Yesus dan hasilnya luar biasa.

Pengalaman Simon Petrus mengajarkan bahwa kerelaan dan kesediaan hati – ketaatan untuk mengikuti permintaan Yesus untuk mencoba dan kembali mencoba lagi, yakni bertolak ke tempat yang lebih dalam untuk menebarkan jala,

dapat menghasilkan mujizat yang menakjubkan. Mereka menangkap begitu banyak ikan, hingga jala hampir koyak.

Simon Petrus menemukan dirinya sebagai orang yang berdosa dan merasa tidak layak mengikuti Tuhan, telah dipilih Tuhan menjadi Murid-Nya.

Ia beralih profesi dari penjala ikan menjadi menjala manusia karena berkat kasih karunia Tuhan bagi dirinya.

Demikianlah yang telah terjadi Salomo menjadi raja yang berhikmad. Yesaya menjadi Nabi utusan Tuhan yang berpengaruh bagi bangsa Israel.

Paulus menjadi rasul yang terefektif wartanya bagi banga-bangsa dan Simon Petrus dipilih menjadi murid dan penjala manusia, semata-mata karena kasih karunia Tuhan.

Dari pengalaman iman Raja Salomo, Nabi Yesaya, Rasul Paulus dan Simon Petrus Rasul, kita dapat belajar bahwa kesadaran untuk menempatkan diri sebagai orang yang berdosa dan yang tidak layak di hadapan Tuhan,

disertai dengan sikap rendah hati dan kerelaan untuk mengikuti bimbingan Tuhan, dapat mengubah persepsi dan perilaku hidup kita secara menakjubkan.

Karena berkat Kasih Karunia Tuhanlah, kita kini, yang berharap dan percaya kepada-Nya, dirahmati dan dijadikan-Nya berhikmat, berdaya guna, berkreasi, berinovasi, dan mampu menggadakan banyak kebaikan dan sukacita dalam setiap relasi sosial, tugas dan pekerjaan yang dijalani. Amin. *** RD. Maxi Un Bria

Editor: Royan B


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah