Jejak Para Penambang Emas di Tengah Hutan Korowai Papua, Datang dari Segala Penjuru Tanah Air

- 14 April 2022, 22:09 WIB
Lokasi penambangan emas rakyat
Lokasi penambangan emas rakyat /Antaranews/

Mulai dari pemuda, orang tua lanjut usia (lansia) hingga anak-anak memegang handphone android, berbagai merk. Meski di tengah hutan, ada pemasangan wifi satelit berkat penukaran emas, sehingga bisa menelpon keluarga dan kerabat dengan menggunakan voucher internet yang juga ditukar dengan emas.

Berkat penjualan emas, pemilik dusun dan koperasi menyiapkan mesin genset. Kabel dan lampu dibeli oleh masing-masing penambang. Pada malam hari, lokasi pertambangan itu terang benderang, ibarat kota kecil di tengah hutan.

Meski kehidupan berubah seperti orang kota, namun tak ada pasokan minuman keras di daerah itu, tak ada bar dan karaoke di lokasi pertambangan.

Wilayah pertambangan itu masuk Kabupaten Pegunungan Bintang. Bupati Pegunungan Bintang Costan Otemka mengatakan penambangan itu sudah diusulkan tahun lalu untuk ditutup.

Tapi, urusan penutupan penambangan ini masuk kewenangan Pemerintah Provinsi Papua, lantaran lokasi itu berada di antara Kabupaten Boven Digoel, Pegunungan Bintang, Mappi, Yahukimo dan Kabupaten Asmat.

Melalui surat Gubernur Papua nomor 540/6583/SET tertanggal 9 Juni 2020 yang ditandatangani Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal, tentang penghentian aktivitas pertambangan rakyat karena COVID-19, dalam surat itu tertera memperhatikan laporan Bupati Boven terkait corona, disampaikan bahwa wilayah pertambangan itu sudah diajukan kepada Menteri ESDM RI untuk ditetapkan sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR) dan hingga saat ini masih dalam proses.

Yasminta Rhidian Wasaraka, aktivitas lingkungan mengatakan aktivitas pertambangan itu akhirnya membuat sungai daeram kabur. Erosi terjadi besar-besaran di sungai itu.

“Itu kan mempengaruhi pencarian masyarakat, artinya masyarakat yang tadinya giat di dusun kemudian makan ikan, sungainya tercemar,” katanya.

Sebelum sungai daeram tercemar, bukan karena logam berat tetapi air menjadi kabur karena lumpur akibat aktivitas pertambangan itu, air sungainya jernih. Masyarakat bisa menyelam untuk mencari ikan, kini sudah tidak.

Pertambangan itu sebenarnya memotong salah satu mata pencaharian masyarakat Korowai.

Halaman:

Editor: Marselino Kardoso

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah