Mengenal Lie Detector, Alat Pendeteksi Kebohongan yang Dipakai Polri untuk Periksa Tersangka Kasus Brigadir J

- 7 September 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi pemeriksaan menggunakan Lie Detector. Dalam kasus pembunuhan Brigadir J, tim penyidik Bareskrim Polri menggunakan alat pendeteksi kebohongan untuk menghimpun dan memperkaya alat bukti.
Ilustrasi pemeriksaan menggunakan Lie Detector. Dalam kasus pembunuhan Brigadir J, tim penyidik Bareskrim Polri menggunakan alat pendeteksi kebohongan untuk menghimpun dan memperkaya alat bukti. /Tangkapan layar YouTube/Seeker.

Baca Juga: AC Milan Ungguli Inter Milan dalam Derby Della Madonnina, Rafael Leao jadi Pemain Kunci Kemenangan Milan

Sensor Blood Pressure Cuff, berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung. Sensor kabel ini ditempelkan pada bagian lengan dengan mendeteksi aliran darah ataupun denyut jantung.

Sensor Skin Resistance, berfungsi untuk mendeteksi keringat yang ada di tangan. Umumnya, kabel sensor ditempelkan pada jari tangan. Dengannya, keringat yang keluar dideteksi sebagai situasi berbohong.

2. Pertanyaan Penuntun

Untuk memperlancar deteksi, penguji akan memberikan beberapa pertanyaan terkait topik yang diselidiki kebenarannya. Akan ada grafik pada Lie Detector yang dapat dibaca penguji.

Hasil grafik tersebut akan digunakan penguji sebagai penentu. Apakah seseorang berbohong atau jujur.

Efektivitas Hasil Lie Detector

Dalam sebuah jurnal yang ditulis Asep Ridwan Murtado pada 2011 lalu, diungkapkan bahwa keakuratan hasil Lie Detector umumnya mencapai 90 persen.

Hal itu menandakan, alat pendeteksi kebohongan ini sangat efektif digunakan dalam upaya pembuktian dan penyelesaian perkara. Namun, pada dasarnya tingkat akurasi tersebut tidak bergantung pada alat semata.

Baca Juga: Mutilasi di Timika: Potongan Tubuh Warga Papua Diisi di Enam Karung, Delapan Oknum Anggota TNI AD Terlibat

Halaman:

Editor: Efriyanto Tanouf

Sumber: Halo Sehat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah