Baca Juga: Belu Masih 'Ribut', Dua Kabupaten ini Sudah Nikmati Pinjaman Daerah Ratusan Miliar dari Bank NTT
Dilansir dari Telegraf Bjorka, pada 27 Maret 2003, Muchdi Purwoprandjono diangkat menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Deputi V. Hacker Bjorka mengklaim, posisi itu berpeluang menghentikan usaha Munir.
"A position that opens up many opportunities to stop the activities of the victim of the late Munir that has harmed the defendant (Posisi yang membuka banyak peluang untuk menghentikan aktivitas korban Munir sebab telah merugikan terdakwa)."
Disebut Hacker Bjorka, Muchdi Purwoprandjono memanfaatkan jaringan non-organik BIN. Ialah seorang pilot PT. Garuda Indonesia Airways, Pollycarpus Budihari Priyanto diminta untuk membunuh Munir.
Hal itu dikarenakan, saat itu Munir akan pergi ke Belanda dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia. Pollycarpus lalu membuat surat rekomendasi kepada Garuda Indonesia Airways untuk ditempatkan di bidang Corporate Security.
Namun, Pollycarpus tidak menjelaskan tujuan utamanya. Beberapa hari kemudian, ia memutuskan untuk berterus terang bahwa dirinya mendapat tugas dari Muchdi Purwopranjono untuk membunuh aktivis Munir.
Baca Juga: Raja Charles III Ganti Ratu Elizabeth II, Ada 23 Calon Penerus Takhta Kerajaan Inggris
Kepada Direktur Utama Garuda Indonesia Airways, Indra Setiawan, pilot Pollycarpus memberikan sebuah amplop. Diketahui, amplop BIN itu berisi surat yang telah ditandatangani dengan nomor R-451/VII/2004.
Untuk memastikan keberangkatan Munir, Pollycarpus menelepon istri Koordinator KontraS, Suciwati. Istri Munir itu menjawab, keberangkatan akan berlangsung pada Senin, 6 September 2004.
Adapun nomor penerbangan pesawat yang ditumpangi Munir yaitu Garuda Boeing 747-400 GA-974. Mereka satu pesawat. Pollycarpus lalu membawa Munir ke Coffee Bean melalui Gate 42 ketika mendarat di Bandara Changi Singapura.