Kepala SMAN Oenopu Diduga Lakukan Pungli, Bernadus Leki Bilang Begini

10 Agustus 2022, 22:27 WIB
Bernadus Leki, S.Si- Kepala SMAN Oenoou, TTU /AS Rabasa /Foto pribadi

MEDIA KUPANG - Kepala SMAN Oenopu di Kecamatan Biboki Tanpah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Bernadus Leki diduga melakukan pungutan liar (Pungli).

Pungli tersebut diduga dilakukan terhadap ratusan siswa kelas tiga dalam kegiatan perpisahan yang berlangsung bulan Mei 2022 lalu.

Dilansir RealitasTTU.com, dugaan pungli ini diungkapkan salah seorang guru komite yang tak mau namanya disebutkan dalam pemberitaan karena takut sang kepala sekolah.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Kamis 11 Agustus 2022, Bukan Hanya Sampai Tujuh Kali

"Ini yang saya foto ambil saat dong tulis anak - anak punya nama waktu setor uang. Pakai inisial sa te nanti kami tidak baku enak. Apalagi saya guru komite. 110 anak itu setor sembarang sa. ada yang kasi langsung ke dia, ada yang kasi ke wali kelas. Bahkan ada anak yang kasi ke pak Mikhael tapi dia tidak setor juga. Bilang dia pakai beli rokok ko apa ko? itu hari dia cerita," ujar guru komite yang datang memberikan data kepada tim Realitas, Selasa 2 Agustus 2022 malam.

Diceritakan, aksi pungli terhadap siswa kelas tiga SMAN Oenopu itu berlangsung pada bulan Mei 2022 terhadap 110 siswa dengan alasan untuk biaya perpisahan.

Anehnya, setelah uang uang terkumpul dari para siswa tidak dimanfaatkan untuk kepentingan acara perpisahan tapi digunakan sendiri oleh sang kepsek yang tidak diketahui oleh guru lainnya.

Baca Juga: Panen Jagung di Food Estate, Gubernur NTT Viktor Laiskodat Sebut Dapat Laporan Soal Perilaku Bupati Belu

"Kami semua guru tidak tahu karena itu dia perintah langsung di wali kelas dong. ada empat wali kelas yang jalankan itu terus setor ke dia. Dia isi di dia punya tas anyam itu. Kami kaget karena waktu perpisahan, Ibu Ana Tefa lapor bilang kegiatan perpisahan itu pakai dana dari uang ujian yang siswa dong satu orang 250 ribu. Terus yang suruh wali kelas dong pungut tambah 50 ribu kali 110 anak ini untuk apa?," tambahnya.

Emirensiana Banu, wali kelas XII IPS 3, saat dikonfirmasi Selasa, 2 Agustus 2022 mengakui, ada pungutan liar yang dilakukan dirinya atas perintah pimpinan Kepsek Leki. Menurut Emi, uang dipungut dari murid - muridnya kemudian diserahkan langsung olehnya kepada Kepsek Leki.

"Iya iya om pak. iya itu untuk perpisahan, siswa dong itu ada yang tidak setor. Yang saya pegang itu 900 karena ada 18 siswa terus saya serahkan ke pak kepala,". Ujar Emi.

Hal senada disampaikan juga oleh Ladislaus Top, Wali Kelas XII IPS 2. Namun Ladis menjelaskan, tidak semua muridnya mengumpulkan uang tapi hanya sebagian siswa yang mengumpulkan dan ia langsung menyerahkannya kepada Kepsek Leki.

Kepala Sekolah bersama staf dewan guru SMAN Oenopu Foto pribadi

Baca Juga: Jadwal Kapal Laut Sekitar Wilayah NTT, Kamis 11 Agustus 2022, Kapal Ferry, Kapal Perintis dan Kapal Cepat

"o ya...kalau itukan saya sebagai wali kelas jadi saya terima, ada...kami terima. Kalau untuk saya, itu hari saya punya saya langsung kasi ke kepala sekolah. saya punya itu hari yang kumpul ada sepeluh orang ya 500," kata Ladis, Selasa 2 Agustus 2022.

Terpisah, wali kela XII IPS 1 Eka A.Selan yang juga dikonfirmasi Rabu, 3 Agustus 2022 mengatakan, ikut menjalankan istruksi kepala sekolah dalam melakukan pungutan yang tujuannya adalah untuk kegiatan perpisahan bersama para siswa tersebut.

"oh iya betul bapak, benar itu sumbangan, sumbangan untuk mau kegiatan. Sebagian inisiatif dari sekolah, ada sebagian inisiatif dari guru guru, wali kelas, untuk kegiatannya. uang yang terkumpul itu dikasi ke bendahara Mama Ana. Jumlah pastinya nanti saya lihat catatan dulu," ujarnya.

Pungutan liar dengan beralasan untuk biaya perpisahan juga diakui oleh Petronela Muti, wali Kelas XII MIPA SMAN Oenopu saat dikonfirmasi melalui telfon selulernya, Rabu 3 Agustus 2022. Namun Petronela menjelaskan, pungutan tersebut berawal dari kesepakatan antara wali kelas dengan murid - murid. Namun karena kesepakatan itu diketahui Kepsek, sehingga Kepsek Leki meminta untuk semua pungutan itu diserakan langsung kepadanya.

"Yang berkaitan dengan itu kami ada masuk ke kelas itu karena dong sepakat baru ini kumpul untuk sebenarnya antara wali kelas saja dengan dong tapi bilang mau kumpulkan semua jadi itu dong sendiri yang kasi kumpul uang, tidak setor kasi saya karena waktu itu memang yang mau perpisahan itu untuk hari terakhir itu saya tidak ada jadi saya datang juga dong su ator setornya di bagian konsumsi atau waktu itu di pak kepala tidak salah. saya datang dong tinggal kasi tahu saya saja," katanya.

Klarifikasi Kepala Sekolah

Terkait berita dugaan pungli, Kepala SMAN Oenopu Bernadus Leki kepada Media Kupang, Rabu 10 Agustus menjelaskan bahwa tidak benar dirinya melakukan pungli.

"Saya, Kepala Sekolah SMAN Oenopu Bernadus Leki, S.Si menyampaikan bahwa pemberitaan yang menyatakan tentang kepala sekolah SMAN oenopu diduga pungli itu tidak benar," ujarnya.

Lanjut Bernadus, "Tidak ada pungli karena semuanya kita rapatkan bersama dewan guru dan disepakati bersama. Selanjutnya hasil rapat dewan guru memutuskan dan menugaskan teman-teman wali kelas untuk menanyakan kepada siswa/i kelas XII apakah mereka bersedia untuk menyumbang atau tidak, guna kelancaran acara makan bersama orang tua pada pengumuman kelulusan tanggal 5 mei 2022 itu.

Baca Juga: Kencan Dengan Tuhan : Renungan Katolik Tanggal 10 Agustus 2022

Keputusan dari para siswa bersama wali kelas, bersedia menyumbang untuk acara makan bersama pada pengumuman kelulusan.

Jumlah uang yang terkumpul dari 106 siswa hanya 52 siswa saja yang mengumpulkan uang dengan jumlah sebesar 2.600.000. Uang yang terkumpul dari siswa itu diserahkan kepadanya selaku kepala sekolah untuk mengamankan saja.

Selanjutnya uang yang tersersebu diserahkan kepada bendahara untuk mengatur demi kelancaran dan suksesnya acara. Uang tersebut diteruskan oleh bendahara kepada dewan guru yang ditugaskan sebagai seksi konsumsi, dan pembiayaan hal-hal lain yang membutuhkan biaya seperti sewa tenda, sound system, minuman, sirih pinang, rokok dan lain-lain.

"Sebagai Kepala sekolah, saya tahu diri dan hanya berusaha membantu mengamankan uang dari wali kelas bersama siswa yang menyumbang karena saat itu ada Wali Kelas tidak berada di tempat. Jadi sebenarnya kata pungli itu tidak benar," tegasnya.

Baca Juga: Umat Muslim Akan Ikut Perarakan Arca Bunda Maria Pada Festival Golo Koe

Lebuh lanjut Bernadus menyampaikan beberapa poin yang menjadi Kesepakatan dalam rapat:

  1. Kesepakatan dalam rapat dewan guru ditindaklanjuti oleh Wali kelas XII dan para siswanya untuk berkontribusi dalam kegiatan pengumuman kelulusan. Hal itu pun tidak diwajibkan dan atau dipaksakan. Terbukti sesuai laporan dari para wali kelas, siswa yang memberi sumbangan sukarela untuk kelancaran acara tersebut hanya 52 orang dengan uang sejumlah Rp.2.600.000.
  2. Saya (Kepala Sekolah) mengetahui sesugguhnya bahwa siswa kelas XII sebenarnya adalah 106 orang, tidak seperti yang diberitakan oleh media bahwa 110 siswa.
  3. Saya mengajak semua warga sekolah dalam hal ini guru, pegawai dan masyarakat khususnya orang tua/wali siswa, mari selalu berpikir positif dalam melayani anak-anak bangsa dengan semangat gotong royong, kerja cerdas, kerja ikhlas demi meningkatan mutu pendidikan di NTT secara khusus di SMAN Oenopu. Kita sebagai guru jangan hanya bekerja keras tapi harus sampai pada kerja cerdas dan kerja ikhlas.
  4. Semua rangkaian acara pada pengumuman kelulusan siswa kelas XII Tahun Pelajaran 2021/2022 berjalan lancar, di mana semua yang hadir terlebih orang tua/wali siswa merasa senang atas keberhasilan anak-anak mereka. Guru, pegawai, orang tua dan siswa serta undangan yang hadir saat itu, ikut makan dan minum bersama dan mengikuti acara perpisahan pengumuman kelulusan tanggal 5 mei 2022 itu.

Selanjutnya, salah seorang guru atas nama; Mikhael cunino,S.Pd yang adalah guru pada SMAN Oenopu, mengatakan bahwa pernyataan uang yang dipakai untuk beli rokok itu tdk benar, itu uang pribadinya.

"Sesungguhnya hal-hal yang berkaitan dengan urusan dalam hal ini acara perpisahan siswa Menjadi tugas Wakasek Kesiswaan dan teman-teman wali kelas, namun karena H-1 kesiswaan tidak terlalu aktif ditambah wali kelas yang kebetulan ada kesibukan sehingga mereka tidak berada di sekolaah, maka Selaku Pimpinan ditemani beberapa orang guru harus turun tangan dan bekerja ekstra supaya acara bisa berjalan sesuai hasil rapat bersama dewan guru dan pegawai," demikian Bernadus. ***

Editor: AS Rabasa

Tags

Terkini

Terpopuler