Munir Said Thalib, Koordinator KontraS saat itu. Ia berhasil mengungkap Tim Operasi Mawar sebagai pelaku penculikan 13 aktivis selama tahun 1997 hingga 1998.
Baca Juga: Kejagung Tunjuk 43 Jaksa Usut Kasus Brigadir J Soal 'Obstruction of Justice' Ferdy Sambo Cs
Atas usaha Munir itu, Muchdi Purwoprandjono diberhentikan dari jabatannya selama 52 hari. Akibatnya, muncul ketidaksukaan Muchdi terhadap aktivis Munir.
Dilansir dari Telegraf Bjorka, pada 27 Maret 2003, Muchdi Purwoprandjono diangkat menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Deputi V. Hacker Bjorka mengklaim, posisi itu berpeluang menghentikan usaha Munir.
"A position that opens up many opportunities to stop the activities of the victim of the late Munir that has harmed the defendant (Posisi yang membuka banyak peluang untuk menghentikan aktivitas korban Munir sebab telah merugikan terdakwa)."
Disebut Hacker Bjorka, Muchdi Purwoprandjono memanfaatkan jaringan non-organik BIN. Ialah seorang pilot PT. Garuda Indonesia Airways, Pollycarpus Budihari Priyanto diminta untuk membunuh Munir.
Hal itu dikarenakan, saat itu Munir akan pergi ke Belanda dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia. Pollycarpus lalu membuat surat rekomendasi kepada Garuda Indonesia Airways untuk ditempatkan di bidang Corporate Security.
Namun, Pollycarpus tidak menjelaskan tujuan utamanya. Beberapa hari kemudian, ia memutuskan untuk berterus terang bahwa dirinya mendapat tugas dari Muchdi Purwopranjono untuk membunuh aktivis Munir.
Kepada Direktur Utama Garuda Indonesia Airways, Indra Setiawan, pilot Pollycarpus memberikan sebuah amplop. Diketahui, amplop BIN itu berisi surat yang telah ditandatangani dengan nomor R-451/VII/2004.