Ada Kekuatan Pihak Lain dalam Laga Arema vs Persebaya? TGIPF Periksa PSSI dan PT LIB Soal Tragedi Kanjuruhan

11 Oktober 2022, 07:22 WIB
Seorang Aremania berdoa di depan pintu tribun 12 Stadion Kanjuruhan. Terkait Tragedi Kanjuruhan, TGIPF akan periksa PSSI dan PT LIB, diduga ada indikasi kekuatan pihak lain dalam laga Arema vs Persebaya. /ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

MEDIA KUPANG – PSSI dan PT Liga Baru Indonesia (LIB) akan dipanggil dan diperiksa Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) terkait Tragedi Kanjuruhan.

Dalam jadwal, TGIPF akan memeriksa PSSI dan PT LIB pada Selasa, 11 Oktober 2022, hari ini. Hal itu disampaikan anggota TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Rhenald Kasali.

"PSSI akan kita panggil. Sejumlah pihak yang terkait dengan ini semua, kita akan klarifikasi," kata Rhenald di Jakarta pada Senin, 10 Oktober 2022, dilansir PMJ News.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Selasa 11 Oktober 2022, Standar Kebenaran dan Kesucian Hidup Orang Farisi

Lebih lanjut ia menegaskan, selain PSSI dan PT LIB, pihak lain juga akan diperiksa TGIPF, khususnya yang mengatur laga Arema vs Persebaya digelar pada malam hari.

"Kita akan panggil semua. PT LIB akan datang, akan kita minta klarifikasi. Akan dipanggil beberapa pihak."

Dijelaskan juga, ada pihak yang memiliki kekuatan dan mengatur agar pertandingan tetap digelar malam hari. "Misalnya ada surat dari Kapolres yang meminta agar dilaksanakan sore hari.”

Menurutnya, “kalau memang itu ditolak, mengapa polisi dan Polres kalah, dan harus tetap dijalankan pada malam hari?"

Baca Juga: Kejari Jakarta Selatan Sebut 30 Jaksa Siap Kawal Sidang Ferdy Sambo Cs, Polri Kerahkan 170 Personel Polisi

Rhenald Kasali menduga, ada indikasi kekuatan pihak lain yang menghendaki laga Arema vs Persebaya tetap dilangsungkan pada malam hari, 1 Oktober 2022 lalu.

“Kami pertanyakan mengapa ada seperti ini ada indikasi-indikasi. Kemungkinan besar di situ ada pihak tertentu yang punya kekuatan untuk mengatur itu tetap malam hari."

Penyebab Korban Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan Bukan Gas Air Mata

Diberitakan sebelumnya, Polri menyebut, gas air mata yang diledakkan polisi dalam Tragedi Kanjuruhan bukan penyebab meninggalnya ratusan korban yang sejauh ini sebanyak 132 orang.

Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, efek gas air mata justru berkurang ketika sudah kedaluwarsa. Ia berkata demikian atas dasar keterangan ahli.

"Saya mengutip apa yang disampaikan Doktor Masayu. Di dalam gas air mata memang ada kedaluwarsanya, ada expired-nya. Ditekankan, harus mampu membedakan, ini kimia, beda dengan makanan," kata Irjen Dedi di Mabes Polri, Jakarta pada Senin, 10 Oktober 2022.

Baca Juga: Tersangka Pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo Cs Siap Diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Irjen Dedi melanjutkan, "zat kimia atau gas air mata ini, ketika dia expired justru kadar kimianya itu berkurang. Sama dengan efektivitasnya gas air mata ini, ketika ditembakkan, dia tidak bisa lebih efektif lagi."

Ia menjelaskan, jika gas air mata belum kedaluwarsa, maka partikel dalam lebih efektif. Artinya gas air mata akan terasa perih di mata apabila tidak kedaluwarsa.

"Kalau dia tidak expired dan ditembakkan, ini kan partikel GA ini kan terjadi partikel-partikel seperti serbuk bedak, ditembakkan, ketika jadi ledakan di atas, maka akan timbul partikel-partikel yang lebih kecil lagi dari bedak yang dihirup, kemudian kalau kena mata mengakibatkan perih."

Dengannya, Polri mengklaim bahwa 132 orang yang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan tidak disebabkan oleh ledakan gas air mata yang ditembakkan polisi.

Klaim itu didasarkan pada “penjelasan para ahli, dokter spesialis yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun korban yang luka.”

Baca Juga: Ulang Tahun Beatifikasi Beato Carlo Acutis, Milenial Pertama yang Dibeatifikasi dalam Sejarah Gereja Katolik

Selain itu, Irjen Dedi mengatakan, klaim itu juga datang “dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata.”

Lantas, apa penyebab ratusan orang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan?

Irjen Dedi bilang, korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan disebabkan karena kekurangan oksigen akibat berdesak-desakan.

“Penyebab kematian adalah kekurangan oksigen. Karena terjadi berdesak-desakan. Kemudian terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan, yang mengakibatkan kekurangan oksigen pada pintu 13, pintu 11, pintu 14 dan pintu 3,” tutupnya.***

Editor: Efriyanto Tanouf

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler