Kasus Gagal Ginjal Anak Meresahkan, Simak Dua Peringatan Penting Bupati Belu Dokter Agus Taolin

23 Oktober 2022, 11:43 WIB
Bupati Belu Dokter Agus Taolin gelar rapat sika[i kasus gagal ginjal /Fredrik Bau/FB Prokopim Setda Belu

MEDIA KUPANG - Kasus gagal ginjal anak yang mencuat akhir-akhir ini cukup meresahkan terutama para orang tua.

Tercatat sudah lebih dari 200an anak yang dilaporkan menderita gagal ginjal akut.

Terhadap hal ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu bergerak cepat menggelar rapat dengan pimpian rumah sakit, pimpinan klinik serta tenaga kesehatan di Kabupaten Belu.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Minggu 23 Oktober 2022, Orang yang Meninggikan Diri Akan Direndahkan

Rapat tersebut dipimpin langsung Bupati Belu, Dokter Agus Taolin pada Jumat 21 Oktober 2022.

Dalam rapat tersebut, Bupati Belu yang adalah dokter spesialis ini mengeluarkan dua imbauan dan peringatan kepada warga masyarakt Kabupaten Belu dan juga tenaga medis dalam menyikapi kasus gagal ginjal dimaksud.

Dilansir akun facebook prokopim Setda Belu, masyarakat di wilayah perbatasan RI-RDTL, Kabupaten Belu diminta agar tetap tenang dan waspada terhadap gejala Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA).

Permintaan itu terkait dengan berita di Media Sosial, Media Online, dan Surat Kabar yang sudah banyak menginformasikan kasus GgGAPA yang ditengarai ikut meresahkan masyarakat dan insan-insan kesehatan.

Baca Juga: Dari Pramugari ke Biara : Kisah Perjalanan Hidup Suster Evelyn yang Tak Terduga

"Sudah tercatat seratusan lebih anak di seluruh Indonesia yang meninggal dunia akibat penyakit GgPAP ini dan kasus kematian terbanyak ada di Jakarta dan beberapa daerah lainnya seperti di Sumatera Utara, Bali, Yogyakarta dan satu kasusnya di NTT, yang disinyalir atau diduga terkait dengan kandungan bahan di dalam obat sirup terutama obat penurunan panas, yang berdampak pada terjadinya kasus gagal ginjal akut atipikal progresif ini," jelas Bupati Belu, dr. Taolin Agustinus, Sp.PD-KGEh, FINASIM di Galeri Tenun Haliwen, Jumat, (21/10/2022).

Sebagai penanggungjawab daerah ini, Bupati Belu mengaku mengambil inisiatif untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar tetap tenang dan waspada.

"Tenaga kesehatan juga "awareness" terhadap kondisi sakit anak-anak. Kapan harus hati-hati, kemudian bagaimana menyikapi obat-obat itu. Informasi ini harus sampai kepada masyarakat," katanya.

Bupati Belu juga tidak ingin agar anak-anak dan masyarakat di wilayahnya mengalami Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) apalagi sampai terdapat kasus kematian.
“Tidak boleh ada hal-hal begini di Belu, Jangan sampai ada anak Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal dan meninggal,” pinta dokter Agus Taolin.

Oleh karena itu, Bupati Belu menghimbau kepada masyarakat agar tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai ditemukan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

"Masyarakat hendaknya tetap tenang dan waspada terhadap gejala GgGAPA seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil (BAK) secara mendadak. Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi (kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dll)," pinta Bupati Belu. 

Hentikan Peredaran Obat Sirup

Selain meminta masyarakat tetap tenang, Bupati Belu, dokter Agus Taolin, Sp.PD-KGEH, FINASIM meminta agar peredaran obat sirup dihentikan.

Dia menghimbau kepada Para Direktur Rumah sakit, baik swasta maupun rumah sakit pemerintah agar menyikapi perkembangan situasi gangguan gagal ginjal yang sedang dialami oleh anak - anak dan menghentikan peredaran obat sirup yang ada di rumah sakit, puskesmas dan apotik - apotik.

Imbauan Bupati Belu tersebut sesuai himbauan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), setelah menyikapi hasil investigasi Kemenkes RI dan BPOM RI terkait penyebab Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (GgGAPA) serta meningkatnya kasus GgGAPA secara cepat.

"Para Tenaga Kesehatan untuk menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etigon glikol atau dietilen glikol. Bila memerlukan obat sirup khusus, seperti obat epilepsi atau lainnya yang tidak diganti sediaan lain, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak," ujarnya.

Dikatakannya, kalaupun harus diberikan obat sirup, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.

"Peresapan obat puyer monoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan dan tata cara pemberian," jelasnya.

Dia mengimbau kepada seluruh tenaga kesehatan untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal GgGAPA baik dirawat inap maupun di rawat jalan.

"Rumah sakit perlu meningkatkan kewaspadaan deteksi dini GgGAPA dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus GgGAPA," tandasnya. ***

Editor: Fredrik Bau

Sumber: FB Prokopim Setda Belu

Tags

Terkini

Terpopuler