Buka Isolasi Kampung Derok, Blasius: Saat Musim Hujan dan Banjir Kami Kesulitan Makanan

8 September 2022, 17:04 WIB
Ketua Adat Kampung Deruk, Desa Motadik, Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Blasius Manek Halek /John Taena/Media Kupang

MEDIA KUPANG - Sejak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan atas pejajahan pada 77 tahun yang lalu, hingga saat ini lebih dari 150 kepala keluarga di Kampung Derok, Desa Motadik, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT) belum menikmati manfaat kemerdekaan.

Jalan raya dan akses transportasi merupakan salah satu kebutuhan warga untuk bisa keluar dari keterisolasian dengan dunia luar. Hal ini yang dialami oleh warga Timor Tengah Utara yang berada di perbatasan Kabupaten Belu.

Ketika musim hujan tiba dan terjadi banjir, maka sekitar 150 KK di Kampung Derok, Desa Motadik, Kecamatan Biboki Anleu akan terisolasi selama berbulan-bulan. Hal ini disebabkan tidak ada akses untuk bisa menyeberangi aliran sungai yang terjadi banjir.

Baca Juga: Akan Ditahbis, Jaringan Aktivis Minta GMIT Coret Vikaris Pelaku Kekerasan Seksual di Alor dari Calon Pendeta

Tak jarang, warga mengalami kekurangan pangan selama musim hujan. Banjir dan keterisolasian adalah faktor penyebab utama. Warga tidak bisa membeli bahan makanan di pasar ataupun toko penjual sembako.

“Saat musim hujan kalau ada banjir kami semua tidak bisa ke mana-mana, terisolasi di dalam kampung. Selain tidak bisa beribadah karena banjir, kami juga kesulitan makanan. Kami memang punya uang tetapi tidak bisa belanja ke pasar,” demikian Ketua Adat Kampung Deruk, Blasius Manek Halek.

Kepada mediakupang.pikiran-rakyat.com di Kampung Derok, Selasa 6 September 2022, Manek Halek mengatakan, pernah ada petugas dari salah satu instansi pemerintah melakukan survei ke lokasi itu.

Berdasarkan hasil survei dari petugas, diketahui jikalau pembangunan jembatan untuk membuka isolasi warga kampung tersebut tidak bisa dilakukan. Pasalnya pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk membangunan jembatan.

Baca Juga: Anggota Polisi Digerebek Selingkuh Dengan Istri Orang

“Pernah beberapa petugas entah dari instansi mana, mereka datang survei kali untuk bangun jembatan tetapi mereka bilang itu tidak bisa karena butuh dana miliaran jadi kecuali dana pusat. Katanya begitu,” ujarnya.

Tidak mau terus menunggu dalam ketidak pastian, Ketua Adat Kampung Deruk, Blasius Manek Halek bersama Babinsa Desa Motadik, Sertu Abilio Da Costa memutuskan menghimpun para tokoh masyarakat untuk membuka akses jalan raya.

Tujuannya agar warga setetempat tidak terus terisolasi di dalam kampung itu.

Ide membuka akses jalan raya dengan cara swadaya inipun disambut dengan baik. Selama kurang lebih dua tahun terakhir, warga setempat terus bekerja keras untuk mengumpulkan dana guna menyewa alat berat.

Setelah terkumpul dana yang cukup dan bisa menyewa alat berat, ketua Ketua Adat Kampung Deruk, Blasius Manek Halek kemudian melakukan pendekatan dengan salah satu pengusaha untuk menyewa escavator guna melakukan penggusuran dan pembukaan jalan raya.

Baca Juga: Viral Goyang Bento Mahasiswa Unika St Paulus Ruteng

“Minggu lalu saya pergi ketemu pemilik alat berat untuk sewa. Waktu itu pemilik alat berat tidak percaya karena ini bukan dana desa tapi swadaya murni. Saya berusaha jelaskan untuk kasih yakin sampai buat surat pernyataan kesanggupan bayar baru dia setuju,” kisahnya.

Segenap warga Kampung Derok, lanjutnya, sangat membutuhkan akses jalan raya selama ini namun baru terwujud pada awal September 2022 ketika bangsa Indonesia usai merayakan HUT kemeredekaanya yang ke 77 tahun.

“Kami sendiri yang mengalami kesulitan selama puluhan tahun jadi sekarang kami swadaya untuk membuka akses jalan raya supaya jangan terisolasi lagi,” tandasnya.(*)

Editor: John Taena

Tags

Terkini

Terpopuler