Buron Selama 22 Tahun, Perampok Uang Tentara Edi Sampak Berhasil Ditangkap, Begini Kisahnya

- 5 Februari 2022, 11:32 WIB
Edi Sampak
Edi Sampak /Tangkapan layar YouTube Umbra Skull/

Petualangan Eddy Sampak
Kaburnya Eddy bikin gempar lagi. Banyak pihak waswas, terutama Enung Sampena. ”Saya sampai stres karena takut,” tuturnya. Apalagi, selama bertahun-tahun petugas tak berhasil mengendus jejak Eddy.

Ke mana saja Eddy bertualang? Penuturan Eddy kepada petugas, dari Cimahi ia langsung ke Serang, Banten. Eddy kemudian mengantongi kartu tanda penduduk dengan nama Shiddiq. Dia kemudian berkeliling ke sejumlah kota, seperti Palembang, Lampung, Jambi, dan Bengkulu.

Eddy menggeluti banyak profesi. Dari pedagang hingga menjadi ustad. Lelaki asal Banten ini rajin mengirim wesel pos kepada istri ketiganya, Saeti, yang tinggal di rumah sederhana di Jayanti, Tangerang. Saeti, janda tiga anak asli Tangerang, dikawininya sebelum pembantaian itu terjadi.

Merasa aman, Eddy kemudian menetap di kota itu. Tak jelas sejak kapan. Menurut tetangganya, sudah sangat lama. Warga pun tahu siapa sebetulnya suami Saeti ini. Kepada warga, Eddy bilang kasusnya sudah selesai. Warga percaya.

Desember lalu, beberapa kenalan Eddy mengajaknya menerbitkan koran dan tabloid. Eddy setuju. Celakanya, ia nekat memakai kembali nama aslinya, kendati agak diubah susunannya: Maulana Eddy Sampak.

Nama ini tercantum dalam masthead di tabloid berita Alternatif dan koran Surya Pos Banten. Di dua media cetak itu, Eddy masing-masing menjadi pembina dan penasihat. Agaknya nama terang itulah yang tercium petugas keamanan. Eddy akhirnya tertangkap.

Ny. Saeti, 55 tahun, berharap suaminya bisa diampuni. ”Sudahlah, dia sudah tua, bungkuk dan tangannya sulit digerakkan,” ujarnya sedih. Tapi harapannya ini agaknya sia-sia.

Sebuah sumber di Polisi Militer Kodam III/Siliwangi mengatakan, Eddy tetap akan dieksekusi. ”Kami menunggu tim eksekutor untuk melaksanakan pidana mati Eddy Sampak,” kata sumber itu. Eddy sendiri dikabarkan pasrah.

Dendam Gagal Jadi Lurah

Melansir dari Sukabumi.xys, pembunuhan terhadap Serma Sutarjat dirancang oleh Eddy Sampak, karena dia merasa dendam terhadap rekannya itu. Pasalnya, karena Sutarjat, ambisi Eddy untuk menjadi Kepala Desa Nagrak, Kabupaten Cianjur, gagal
total.

Halaman:

Editor: Marselino Kardoso

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah