Peristiwa Madiun 1948
Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan pendudukan Belanda melaksankan sebuah perundingan yang dikenal sebagai Perundingan Renville.
Hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda. Sebaliknya,RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang dimiliki.
Oleh karena itu, kabinet Amir Syarifuddin dianggap merugikan bangsa, kabinet tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Dia terpaksa menyerahkan mandatnya kepada presiden dan dialihkan kabinet Hatta.
Baca Juga: Miris, Bocah SD Berusia 11 Tahun ini Tega Rudapaksa Gadis 7 Tahun, Warganet Prihatin
Kemudian Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948. Himpunan politik ini berupaya menaruh diri sebagai oposisi terhadap pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR kemudian bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu perebutan kekuasaan.
Beberapa usaha yang dibuat yang dijalankan himpunan ini ditengahnya dengan melancarkan propaganda anti pemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi, pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang sejak lama telah menetap di Moskow, Uni Soviet. Muso menggabungkan diri dengan Amir Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan dia sukses mengambil alih pucuk pimpinan PKI. S
esudah itu, dia dan kawan-kawannya meningkatkan usaha yang dibuat teror, mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekan kepemimpinan Soekarno-Hatta. Puncak perjuangan yang dibuat PKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September 1948 di Madiun, Jawa Timur.