Sejarah Partai Komunis di Indonesia, Ternyata Pernah Dilarang oleh Kolonial Belanda

- 28 September 2022, 17:03 WIB
Gambar DN Aidit dalam FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI (1984)
Gambar DN Aidit dalam FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI (1984) /Miju/Tangkapan Layar YouTube Hendra Ahya

Tujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam afal yang dibuat ini beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini membuuat rakyat marah dan mengutuk PKI.

Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang menghadapi Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat direbut kembali oleh TNI dan polisi. Dalam operasi ini Muso sukses ditembak mati sedangkan Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh pautannya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Restrukturisasi PKI

Pada 1950, PKI memulai kembali aktivitas penerbitannya, dengan organ-organ utamanya yaitu Harian Rakjat dan Bintang Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno.

Aidit dan himpunan di sekitarnya, termasuk pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Pada masa itu, tak satupun di antara mereka yang berusia semakin dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI mengembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada 1959.

Baca Juga: Ini Lowongan Kerja dari Komisi Pemilihan Umum Menjelang Pemilu 2024

Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan militan, yang disertai oleh tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di Area dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali memperagakan usaha di bawah tanah untuk sementara saat.

Pemilu 1955

Pada Pemilu 1955, PKI menguasai tempat ke empat dengan 16% dari semuanya suara. Partai ini memperoleh 39 kursi (dari 257 kursi yang diperebutkan) dan 80 dari 514 kursi di Konstituante.

Pada Juli 1957, kantor PKI di Jakarta diserang dengan granat. Pada bulan yang sama PKI memperoleh banyak kemajuan dalam pemilihan-pemilihan di beberapa kota. Pada September 1957, Masjumi secara buka menuntut supaya PKI dilarang.

Halaman:

Editor: Primus Nahak

Sumber: unkris.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah